"KEMARIN, lo pesen cincinnya sama siapa?" tanya Riri sewaktu mereka sampai di toko perhiasan yang didatangi Raffa kemarin.
"Sekretaris gue," jawab Raffa singkat.
"Oh!" Riri mengangguk-angguk mengerti, dia pikir, Raffa membawa salah satu kenalan perempuannya atau selingkuhannya mungkin, tapi ternyata, hanya sekretaris. "Hm," gumamnya.
Tiba-tiba saja pikiran bahwa Raffa ada affair dengan sekretarisnya membuat Riri terusik.
"Kenapa?" Dahi pria itu mengernyit.
"Yakin cuma sekretaris?"
Pertanyaan itu disambut dengan helaan napas kasar. Raffa memejamkan mata. Dia tidak berniat menyembunyikan keberengsekannya, Riri berhak tahu, walau lebih baik perempuan itu tidak tahu, tapi mereka akan
RAFFA mengernyitkan dahi, tatapannya mengikuti kepergian Verga yang masuk ke restoran Nayla. "Apa yang dia rencanain, sih? Jangan usilin hubungan gue kenapa? Gue usilin balik hubungan lo, baru tahu rasa!"Raffa menghela napas kasar. Dia ikut bangkit dan lantas mengikuti kepergian Verga. Daripada terjadi apa-apa dengan Riri dan Verga, lebih baik, Raffa melihatnya sendiri."Gue kira, lo nggak mau ikut masuk." Senyuman miring pria itu sungguh mengganggu."Gue nggak mau lo macam-macam sama calon tunangan gue," dengkusnya seraya menyejajarkan langkah mereka."Riri ada di sini?" Verga memandang lurus. "Kebetulan banget, gue jadi bisa ngenalin dia sama pacar gue sebelum putus."Raffa mengerling. Kelihatannya memang pria yang baik, tapi aslinya bukan. Mana m
"LO beneran udah belok, ya, Raf?"Pertanyaan itu sejak tadi membuat Raffa bergidik, walau ia tak membalas apa pun, tapi tetap saja membayangkan dia menyukai Verga membuatnya merasa ngeri."Kalau lo udah belok, pertunangannya kita batalin aja. Gue nggak mau tunangan sama cowok-"Raffa menginjak rem tanpa berpikir dua kali. Tidak peduli di belakangnya ada mobil yang siap mencium bokong mobilnya dan mengantarkan mereka pada malaikat maut, yang Raffa pedulikan hanya kalimat wanita di sampingnya ini."Ngomong sekali lagi, gue perkosa lo di sini.""Eh, eh ...." Riri mangap-mangap mendengar ucapan Raffa. "Abisnya, lo sama Kak Verga deket amat, gue sampai curiga sama kalian berdua."Bunyi klakson mobil di belakang sana membuat Raffa segera membelokan mobilnya ke pelataran parkir sebuah mal."Lo curiga apa cemburu? Lo takut gue ada main sama laki s
PERTUNANGAN Riri dan Raffa dihadiri banyak orang. Kebanyakan dari mereka adalah tamu August juga teman-teman arisan Alin dan Rosa. Sedangkan Arya tidak mengundang banyak relasi bisnisnya, tapi tetap saja, mereka sudah hadir, lantaran Raffa yang kabarnya baru menjadi direktur utama tengah bertunangan. Mereka pasti penasaran, wanita seperti apa yang dipilih playboy satu itu untuk menjadi pendampingnya.Ethan, Nayla, dan Evan datang dengan pakaian seragam. Mereka duduk di salah satu meja dan memperhatikan pasangan baru yang sedang saling tatap dan bertukar cincin di atas panggung.Damian datang bersama kekasihnya. Mereka sedang mencicip minuman di seberang, walau mungkin hanya Damian saja, karena kekasihnya sibuk mengomel sejak tadi.Sedangkan Verga berdiri sendirian dalam gelap. Tubuh tingginya menyender tembok. Matanya mengawasi sepasang kekasih yang tengah bertukar cincin di atas podium.Verga
RAFFA tidak tahu hasilnya akan separah ini. Dia pikir, meminum sedikit saja alkohol takkan membuat Riri jatuh mabuk dan tidak bisa membawa tubuhnya untuk berdiri. Raffa tidak memikirkan sampai sejauh ini, karena jelas-jelas di malam pertemuan pertama mereka, Riri terlihat sanggup meminum alkohol bersamanya.Alhasil, Raffa membawa Riri ke salah satu kamar di hotel. Tidak peduli nanti Rosa maupun August akan mencincangnya, atau Arya dan Arlin yang langsung membunuhnya, sekarang Raffa perlu mengamankan Riri dari dunia.Raffa tidak mau Riri terlihat oleh rekan-rekan bisnis August dalam keadaan mabuk dan meracau tidak jelas."Gue itu masih muda, tapi gue udah berbakat sejak kecil, Om!"Raffa tersenyum tipis. Riri pasti masih terpikir soal kata-kata Husein.Orang itu ... Raffa baru ingat kalau Dara adalah perempuan yang pernah mau dijodohkan dengannya. Sosok yang Raffa nilai bisa men
RIRI hanya mendengar kabar dari Nayla jika di malam pertunangannya, dia nyaris tidur dengan Raffa. Riri ingat jelas, dia meminum sedikit alkohol malam itu, tapi entah mengapa dia bisa mabuk dan lepas kendali.Riri masih bisa mengingatnya samar-samar. Saat ia menggoda Raffa dan mengajak laki-laki itu bercinta.Pipi perempuan itu memerah dan ia langsung menundukkan kepala. Lebih lagi, Raffa kini ada di sebelahnya."Kenapa?" Raffa menoleh, dia melihat Riri menunduk sambil geleng-geleng kepala. "Jadi ke restoran Nayla, nggak?"Riri mengangguk dan Raffa dibuat kesal, lantaran Riri yang biasanya banyak omong, kini irit sekali bicaranya."Lo kenapa, sih, Ri? Sariawan?" tanyanya geram.Riri menggeleng."Terus kenapa dari tadi diam aja? Ngomong apa, kek, sepi banget hidup gue kalau lo diam terus kayak gitu."Riri terbatuk-batuk mendengar b
"GUE mau ngomong sesuatu sama lo."Riri yakin tidak pernah mengenal perempuan ini sebelumnya. Ia sangat yakin, ini pertemuan pertama mereka. Namun, tatapan perempuan itu terlihat begitu mengintimidasi sekaligus membenci Riri secara bersamaan."Siapa, ya?"Jujur saja, Riri takut berhadapan dengan perempuan seperti ini. Sudah tidak jelas kenal darimana, tapi mau nyari gara-gara."Bisa bicara di tempat lain?"Riri mengernyitkan dahi. Tentu saja tidak. Dia tidak sebodoh kelihatannya. Jika ia mengikuti keinginan perempuan itu, apa benar dirinya akan selamat nanti? Tatapan mata perempuan itu terasa ganjil dan Riri bukan perempuan bodoh yang rela memasukkan diri sendiri dalam lubang maut."Enggak, soalnya gue ada janji di sini."Perempuan itu menghela napas kasar. "Oke." Dia menatap Riri tajam. "Gue penasaran, sebenernya, lo naksir sama Verga atau Raffa
PROYEK ini bisa dibilang sangat penting. Jika berhasil, Raffa bisa melebarkan bisnisnya ke luar negeri. Walaupun tidak mendatangkan keuntungan dalam waktu dekat, tapi bisnis properti bisa menguntungkannua di masa depan.Raffa sudah mengatur semuanya. Mencari jalan-jalan agar rencananya dapat terlaksana. Pertemuannya dengan perwakilan dari perusahaan properti yang ada di Jepang sebagai bentuk kerjasama pun menjadi awal dari segalanya.Diva, mantan sekretaris Raffa yang dulu kini diangkat menjadi sekretarisnya lagi. Naik jabatan, atau bisa dibilang, tetap menjadi orang kepercayaan Raffa di perusahaan itu.Dalam hal pekerjaan, Diva memang selalu profesional, tapi di luar itu semua, cintanya pada Raffa takkan bisa dielakkan.Pembicaraan terjadi cukup intens. Penawaran sepuluh hektar tanah kosong yang diajukan membuat Raffa menimang-nimang terlebih dahulu. Gambar ada di hadapan, tapi Raffa tetap pe
UNTUK pertama kalinya Raffa dibuat merinding hanya karena melihat Riri berdiri di depannya. Ekspresi datar, tangannya berkacak pinggang, bibirnya membentuk seutas garis lurus, dan tatapan tajamnya yang menghunus.Raffa berani bersumpah, dia takkan membuat Riri mengeluarkan ekspresi mengerikan ini lagi!"Ikut gue!"Tanpa ragu ataupun berpikir dua kali, Riri menarik tangan Raffa dan menyeret laki-laki itu untuk masuk ke restoran. Ruang santai yang berada di restoran, ruangan yang biasa dipakai koki dan beberapa pelayan itu kini diisi oleh Nayla, Damian, Verga, dan Riza.Raffa mengatupkan mulut saat melihat Riza tengah menatapnya. Verga berdiri, tangannya sudah gatal ingin menghiasi wajah tampan Raffa dengan luka lebam, tapi Damian menahan tangannya."Jangan dulu, belum tentu Raffa yang hamilin dia, kan?" terang Damian yang memang tidak berniat memihak siapa pun sekarang. "Lagian,