Beranda / Romansa / Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini / Bab 4. Aku Istrimu, Namun Bukan Prioritasmu

Share

Bab 4. Aku Istrimu, Namun Bukan Prioritasmu

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-25 13:20:35

Sesampainya di rumah, Elizabeth berdiam diri di dalam ruangan pribadinya. Berjam-jam dia tenggelam dalam kesedihan yang menyesakkan.

"Ternyata kehadiranku sama sekali tak berarti untuk suamiku. Apa ini yang disebut cinta lama adalah pemenang yang sesungguhnya?" ucap Elizabeth lirih dan sedih.

Air mata Elizabeth menetes, namun ia menyekanya cepat. Situasi menyedihkan ini membuat Elizabeth merindukan sosok Nenek dan Bibi yang merawatnya, dan mereka kini jauh berada di Vienna.

Tak lama setelah itu terdengar suara klakson mobil yang cukup keras.

"Dia sudah pulang." Elizabeth membuka gorden dan mengintip ke bawah sana.

Rupanya benar, itu suara dari mobil Evan. Dengan perlahan-lahan, Elizabeth beranjak berdiri meninggalkan ruangan itu dan bergegas menemui sang suami di kamarnya.

Elizabeth menarik gagang pintu kamar dan melangkah ke dalam, ia melihat Evan yang tengah melepaskan tuxedo hitamnya.

"Kau sudah pulang? Tumben sekali sampai larut malam…" kata Elizabeth sambil berjalan ke arah Evan. “Dari mana saja?”

"Ada urusan penting di luar," jawab Evan tak acuh sembari melepaskan kancing lengan kemejanya.

Jawaban yang suaminya berikan membuat Elizabeth merasa tercekik. Jelas-jelas dia berbohong, suaminya tidak jujur. Sampai hati Evan berdusta pada Elizabeth demi mantan istrinya!

Saat Evan hendak melangkah, Elizabeth menahan lengannya dan wanita itu mendongak menatap wajah tampan milik Evan dengan tatapan sayu.

"Kalau aku boleh tahu… apa seharian ini kau menghabiskan waktumu dengan Clarisa?" tanya Elizabeth, tampak berusaha menekan perasaan sedihnya.

Evan menatap Elizabeth sejenak, lalu berkata, "Siapapun yang aku temui, tidak ada urusannya denganmu, Elizabeth!"

"A-aku hanya bertanya…." kata Elizabeth, terkejut dengan ucapan keras dari suaminya.

Evan melepaskan tangan Elizabeth dari lengannya. "Aku sangat lelah hari ini, jangan membuatku kesal."

"A-aku mengerti." Elizabeth membalikkan badannya melangkah mendekati ranjang dan duduk di sana.

Laki-laki itu kini melepaskan kemeja putihnya, Evan hendak melangkah ke kamar mandi, tapi deringan ponsel menyita perhatiannya. Pria itu dengan cepat menjawab panggilan yang tampaknya sangat penting.

"Halo... Apa?! Kecelakaan?! Di rumah sakit mana kau sekarang? Aku akan segera ke sana, tunggu sampai aku datang. Jangan ke mana-mana!"

Suara Evan terdengar diliputi rasa cemas. Laki-laki itu segera memutus panggilan itu. Gegas Evan meraih kemeja di dalam lemari dan memakinya terburu-buru.

Wajah dan ekspresinya menunjukkan kalau laki-laki itu tengah sangat mengkhawatirkannya sesuatu.

Elizabeth yang penasaran, mendekati suaminya dan bertanya, "Ada apa? Kau mau ke mana malam-malam begini?"

"Aku harus ke rumah sakit," jawab Evan datar.

Wajah Elizabeth menjadi tegang. "Rumah sakit? Siapa yang sakit?"

"Clarisa kecelakaan beberapa menit yang lalu. Aku harus segera ke sana!"

Mendengar nama Clarisa yang disebut oleh sang suami, Elizabeth berdiri mematung dengan perasaan terluka.

Lagi-lagi Clarisa. Dalam segala situasi, tampaknya sudah jelas kalau Elizabeth pasti akan selalu kalah dari wanita itu.

"Apa dia tidak punya keluarga yang lain sampai-sampai harus kau yang datang?" Elizabeth memberanikan diri untuk bertanya di sisa-sisa pertahanan dirinya.

Evan berdecak mendengar pertanyaan Elizabeth. "Ck! Aku terburu-buru Elizabeth! Clarisa sendirian di sana! Bagaimana kalau dia terluka parah?!"

Bibir Elizabeth seketika terkatup rapat. Jemari tangannya meremas ujung dress yang kini ia pakai.

Guratan panik dan cemas di wajah Evander begitu terpancar jelas, betapa khawatirnya dia mendengar kabar mantan istrinya kecelakaan.

Saat Evan hendak melangkah ke arah pintu, Elizabeth mencekal lengan sang suami. "Nanti kau akan kembali pulang, kan?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Tidak bila dia terluka parah," ujar Evan melepaskan tangan Elizabeth begitu saja.

Laki-laki itu berjalan terburu-buru meninggalkan Elizabeth dan kembali pergi untuk menemui mantannya yang tengah terluka di rumah sakit.

Elizabeth terdiam menatap pintu kamar yang masih terbuka dengan nanar.

"Padahal dia tidak pernah sepanik itu saat aku sakit. Tapi dengan Clarisa, aku merasakan betapa takutnya Evan kalau wanita itu terluka."

Perlahan-lahan, Elizabeth melangkah mendekati ranjang. Kepalanya mendadak terasa berdenyut-denyut.

Ia mengulurkan tangannya mengambil sebuah botol obat dia dalam laci dan meminum beberapa butir sebelum dia berbaring.

Dalam waktu beberapa menit, Elizabeth mulai merasa kedua matanya mengantuk. Wanita itu berharap dengan dirinya tidur ia bisa melupakan masalah dan kesedihannya.

Di ujung kesadarannya, Elizabeth bergumam lirih. “Jika kamu tahu tentang penyakitku, apakah kau juga akan mengkhawatirkanku…?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (13)
goodnovel comment avatar
Dyandra Edy
tentu tidak eliza..tp evan akan tertawa bhgia n berharap km sgra mati mengenaskan..bertahanlah smpai km mati sia2 trs pertahankan rasa sakit tubuhmu n hatimu jk km bs menikmati sayatan2 demi sayatan luka yg ditoreh suami n mertuamu. dasar bodoh
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
othornya JAHAT pisahkan mereka kalau hanya menderita bagaimana mau sembuh nanti sedih terus GOBLOOOOOOOOOOK
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
udh bertahan buat uang ajah,,buat kontrol k rs
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 516. AKHIR KISAH KITA YANG BAHAGIA

    Pernikahan yang dinanti-nantikan sekaligus tak pernah dibayangkan oleh Pauline pun kini terjadi. Menjadi istri seorang Xander Spencer adalah hal yang tak jauh berbeda dengan sebuah mimpi. Dulu, Pauline tidak berani hanya sekedar untuk membayangkannya saja. Tetapi, takdir berkata lain. Hari ini, Pauline dan Xander sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Pauline resmi menjadi istri dari seorang Xander Spencer setelah acara pernikahan mereka diselenggarakan di gedung hotel milik Keluarga Collin pagi ini. Semua keluarga mengucapkan selamat pada mereka, termasuk Exel dan juga Hauri yang turut ikut merasa senang di hari bahagia adik mereka. "Selamat ya, Sayang ... akhirnya kau membuka lembaran baru dengan seseorang yang kau cintai dan yang mencintaimu," ujar Exel memeluk Pauline. "Berjanjilah untuk hidup bahagia dengan Xander." Pauline mengeratkan pelukannya pada sang Kakak dan ia mengangguk kecil. "Iya, Kak. Terima kasih..." Pelukan mereka pun terlepas, Pauline menatap Hauri yang

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 515. (PAULINE STORY) Alicia Akan Punya Mama dan Papa yang Lengkap

    Pauline tidak pernah memikirkan yang namanya pernikahan sebelumnya. Ia hanya ingin hidup berdua dan membesarkan Alicia. Itulah harapannya awal mula. Namun, ternyata takdir berkata lain. Pauline justru akan menikah dengan laki-laki yang dulu pernah ia tinggalkan karena sakit hati, dan terlebih lagi laki-laki itu begitu lapang dada menerima Alicia dan mengakui sebagai anaknya sendiri. "Hei, kenapa melamun?" Suara Xander membuat Pauline tersentak pelan. Gadis itu menoleh pada Xander yang kini berdiri di sampingnya. Xander langsung memeluk Pauline dari belakang dan menyandarkan kepalanya di pundak gadis itu. "Kenapa?" Pauline mendongak menatapnya dengan senyuman tipis. "Katanya aku harus duduk diam, kau sendiri yang mau memilihkan gaun pernikahan kita," ujar Pauline. "Heem, tunggu sebentar. Tante Helen masih memilihkan yang pas untukmu," jawab Xander, seraya melepaskan pelukannya. Laki-laki itu pun berpindah duduk di samping Pauline. Saat ini, mereka berada di butik milik salah sat

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 514. (PAULINE STORY) Kami Akan Segera Menikah

    Xander mengantarkan Pauline pulang, kedatangannya disambut oleh Evan dan Elizabeth. Mereka tampak cemas dan was-was, pasalnya selama bertahun-tahun ini Pauline tidak pernah berhubungan dengan laki-laki manapun. Meskipun Evan merestui hubungan mereka, tapi tentu saja ia panik dan cemas bila putrinya tidak pulang-pulang. Kini mereka bertiga baru saja pulang, tampak Alicia bersemangat dan kesenangan dalam gendongan Xander. "Opaa...!" Anak perempuan itu mengulurkan tangannya dan berlari ke arah Evan dengan wajah berseri-seri. Evan dan Elizabeth pun tersenyum. "Aduh, kenapa Cucu Opa tidak pulang-pulang!" seru Evan, saat cucunya turun dari gendongan Xander dan berlari ke arahnya. Alicia langsung memeluk Evan, sedangkan Pauline dan Xander kini duduk di sofa. Mereka duduk berjajar dan Pauline tampak menundukkan kepalanya. "Maaf ya, Pa. Aku tidak bisa pulang kemarin. Pauline tidur pulas, aku ... aku juga sama," ujar Pauline merasa bersalah. Evan mengangguk. "Tidak apa-apa, asal kau ber

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 513. (PAULINE STORY) Keluarga yang Xander Impikan

    "Pauline, Sayang bangun ... pindahlah tidur di kamar. Jangan tidur di sini. Alicia sudah tidur di kamar atas." Xander menepuk pipi Pauline dengan sangat lembut sampai gadis itu terbangun dan terkejut saat ia menyadari tertidur di rumah Xander. "Kak..." Laki-laki itu tersenyum. "Pindah ke kamar, tidurlah di sana temani Alicia. Aku akan melanjutkan pekerjaanku dulu." Pauline langsung bangun dan ia menoleh ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Gadis itu tertunduk. "Bagaimana bisa aku ketiduran sampai jam segini?" lirih Pauline. "Bagaimana aku pulangnya?" "Kan aku sudah bilang, tidurlah di sini. Biar aku yang telfon Papa. Di luar juga udara sangat dingin, kasihan Alicia, Sayang." Xander mengusap lengan kecil Pauline. Gadis itu mengangguk patuh dan ia beranjak dari duduknya. Kedua mata mengantuknya pun tertuju lagi pada Xander. "Janji ya, Kak, teflon Papa," ujarnya. "Iya, Sayang." Barulah Pauline tersenyum tipis. "Baiklah, kalau begitu aku ke

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 512. (PAULINE STORY) Anak Kesayangan Papa Xander

    "Ma ... Alicia boleh tidak, tinggal di sini sama Mama dan Papa?" Anak perempuan dengan rambut cokelat dikuncir dua itu berdiri di samping sang Mama. Alicia yang menggemaskan tampak mendongak menatap wajah sang Mama. Pauline yang tengah membuatkan kopi untuk Xander di dapur rumah laki-laki itu, ia pun lantas menoleh dan tersenyum pada Alicia yang murung dan mengeluh di sampingnya. "Kita punya rumah sendiri, Sayang." Bibir Alicia cemberut, anak itu menarik-narik ujung blouse yang Pauline pakai. "Tapi Ma, Alicia mau seperti Kak Varo dan Kak Vano, mereka tinggal dengan Tante Mama dan Papa Exel. Masak Alicia hanya tinggal sama Mama, terus Oma dan Opa? Papa tinggal sendirian, kasihan Papa, Ma..." Alicia memprotes sang Mama. Dari arah ruang tengah, Xander yang mendengar perbincangan Alicia dan Pauline, ia tersenyum. Anak kecil mungil itu memang sangat menyayanginya selayaknya Papanya sendiri. Dengan jelas ia mendengar Alicia merengek pada sang Mama dan ia ingin tinggal bersamanya. Per

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 511. (PAULINE STORY) Pemilik Hatiku yang Sebenarnya

    Setelah pergi jalan-jalan, Xander mengajak Pauline dan Alicia ke rumahnya. Pauline pikir Xander tetap tinggal di rumah lamanya, tapi ternyata ia salah, Xander telah memiliki rumah sendiri yang jauh lebih megah. Kini, Pauline melangkah masuk ke dalam rumah. Ia berjalan di belakang Xander yang melangkah di depannya sembari menggendong Alicia yang terlelap dalam dekapannya. "Kak, tidurkan di sofa saja, tidak apa-apa," ujar Pauline tidak enak hati. "Kenapa harus di sofa? Di lantai satu banyak kamar, lantai dua juga ada," jawab Xander sambil berjalan menaiki anak tangga. "Tapi kan—""Anggap saja rumah ini rumahmu sendiri, Sayang," sela Xander. Panggilan Sayang yang Xander lontarkan membuat Pauline terdiam. Ia teringat saat beberapa tahun lalu, Xander memanggilnya dengan panggilan itu dan terdengar sangat romantis. Sampai akhirnya Pauline kembali melangkah naik mengikuti Xander. Mereka masuk ke dalam sebuah kamar. Kamar bernuansa abu-abu dan putih, memiliki ranjang king size di teng

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status