Ini sudah keterlaluan!
Alexa pun bangkit, dan langsung menampar pipi pegawai itu. Tanpa kartu pemberian Nick, ia memang hanya orang miskin, tapi bukan berarti dia pencuri. Alexa di sini adalah pelanggan, yang memiliki hak yang sama.
“KAU!” Pegawai itu sudah melupakan bahasa formalnya.
Dia pun mengangkat tangannya, siap membalas perlakuan Alexa, ketika sebuah suara berat menginterupsi.
"Sepertinya ada masalah di sini?"
Mereka semua menoleh, dan setiap mata membulat. Termasuk Alexa. Wanita itu bahkan sampai menutup mulutnya.
‘Kenapa Nick ada di sini?’ bingung Alexa dalam hati.
Nick muncul dengan tatapan tajam yang mengintimidasi, membuat para wanita penghina itu langsung terpaku.
"Tuan Robert, i-ini… k-kami hanya sedang menangkap seorang pencuri di toko," walaupun menjawab sambil gemetaran, tatapan pegawai itu masih merendahkan Alexa.
“Aku tidak—”
Alexa tidak melanjutkan kalimatnya, karena melihat Nick mengangkat tangan, menyuruhnya untuk berhenti berbicara. Jadi, apa pria ini juga akan menuduhnya? Sama seperti ketika kasus hilangnya Laura kemarin?!
Mata Alexa sudah terasa panas, tapi dia menahan diri untuk tidak menangis.
Berbeda dengan Alexa, pegawai itu tampak puas dengan pembelaan Nick. Tentu saja, Nick adalah pemilik mall ini, dan pasti akan melindungi para pegawai di sini. Seorang wanita asing dengan pakaian jelek itu sudah merusak pemandangan mall termewah di kota ini.
Namun senyum lebar mereka langsung luntur ketika tangan kekar Nick tiba-tiba terulur ke belakang punggung Alexa, dan merangkul pinggang ramping wanita itu.
Pria itu pun mencium keningnya di depan kerumunan orang. “Kenapa kau tidak bilang mau ke sini, Sayang?”
Rahang semua orang pun jatuh.
“S-sayang?” para pegawai yang menghina Alexa tadi langsung pucat.
“Oh, kalian pasti belum berkenalan dengan istriku.” Nick tersenyum miring sambil mengeratkan rangkulannya. “Ini Alexa Robert, istriku.”
Alexa menatap Nick pucat, merasa aneh dengan perasaannya sendiri.
Sedangkan Nick masih mendominasi suasana, "Apa istriku membuat masalah?” tanya Nick sambil tersenyum, tapi itu malah terdengar seperti ancaman karena nadanya dingin yang menusuk jiwa dan sorot mata yang tajam seperti mata elang.
"T-tidak, Tuan!" jawab pegawai itu cepat.
Namun, Nick tampak tak begitu percaya. Dia malah bertanya kepada Alexa lagi. “Benar begitu, Sayang?”
Alexa hanya mengangguk pelan. Ia sudah lelah dengan drama ini.
“Lalu kenapa kartumu ada pada mereka?” tanya Nick lagi.
“Mereka hanya ingin memeriksanya.” Alexa menghela napas. “Sudahlah, aku ingin pulang saja.”
Alexa menatap Nick, cara pria ini membelanya sekilas membuat Alexa terpesona. Namun perasaan ragu tiba-tiba Alexa rasakan, bagaimana bisa ia terpesona oleh seorang gay? Itu tidak boleh terjadi.
"Maaf, Tuan Robert,” seseorang yang tampak seperti manajer toko muncul dan langsung menunduk dalam. “Kami tidak tau kalau Nyonya Robert datang ke toko kami." ucapnya ketakutan.
Wajah Nick yang tadi sempat tersenyum, berubah menjadi dingin lagi. "Pecat mereka yang berani menghina istriku. Aku tidak akan terima nama baik istriku dipermalukan seperti ini."
“Nick! Kau tidak perlu melakukan itu," ucap Alexa pelan, menatap Nick dengan perasaan campur aduk.
Nick menatapnya dalam, tatapan matanya membuat Alexa merasa jantungnya berdebar lebih kencang. Pria itu mendekatkan bibirnya ke telinga Alexa, membuat wanita itu menutup rapat matanya.
Lalu, ia berbisik….
"Kau harus terbiasa berakting dimanja,” bisiknya. “Kita harus tunjukkan pada semua orang bahwa kita adalah pasangan yang bahagia."
Sontak, mata Alexa kembali terbuka.
Alexa terdiam, matanya lekat memperhatikan Nick yang tersenyum mencurigakan itu. Pria ini sangat aneh, kadang berwajah dingin, kadang bisa mengeluarkan senyum seperti itu.
‘Aku memang bodoh sampai mengharap pria ini benar-benar baik padaku,’ Alexa mendengus, tapi tidak melepaskan rangkulan Nick. Ia membiarkan pria itu menyelesaikan sisanya.
Kemudian, Nick menyuruh manajer itu membereskan sendiri sisa masalah itu, sementara dia membeli seluruh isi toko itu dengan sombong. Setelah itu, ia pun membawa Alexa keluar, diiringi dengan para pengawal dan sekretarisnya.
‘Aku tidak boleh percaya lagi dengan omongan manis pria gay ini!’ tekad Alexa sambil mengikuti langkah Nick.
Hari yang dinanti akhirnya tiba, pertengahan musim semi yang sempurna, seperti yang Juan dan Alexa impikan. Pesta pernikahan mereka tak digelar di gedung mewah di pusat kota Houston, melainkan di tepi danau yang tenang dengan latar alam yang memukau. Suasana yang romantis dan intim ini benar-benar mencerminkan keinginan mereka untuk merayakan cinta dalam kesederhanaan yang elegan.Lebih dari seratus tamu hadir, terdiri dari keluarga dan sahabat yang mengenal pasangan itu dengan baik. Saat Alexa tiba di lokasi, ditemani oleh ayahnya, Steve, ia merasakan getaran bahagia dan haru yang tak bisa disembunyikan.Sebelum turun dari mobil, Steve meraih tangan putrinya. "Pada akhirnya, aku bisa mengantarmu sebagai wali di hari pernikahanmu," ucapnya dengan tulus, penuh kebanggaan.Alexa membalas senyum ayahnya, dan dengan lan
Hari demi hari berlalu dengan cepat, dan Alexa semakin menjauh dari Nick. Bukan karena kebencian, tetapi karena ia ingin menghargai perasaan Juan, pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Alexa tahu, menjaga jarak dengan Nick adalah yang terbaik demi kebahagiaan mereka semua.Persiapan pernikahan berjalan dengan lancar, setiap detail diperhatikan oleh Juan, dari pemilihan cincin hingga pemesanan gaun pernikahan. Hidup Alexa kini dipenuhi dengan canda dan tawa, terutama saat ia berada di dekat Juan. Ada perasaan hangat yang mengalir di antara mereka, sebuah kebahagiaan yang tak tergantikan."Menurutmu, aku perlu memilih gaun yang cantik?" tanya Alexa sambil tersenyum ketika Juan tengah mengukur tubuhnya untuk pembuatan baju."Tentu saja. Hari pernikahan ini harus menjadi yang paling spesial untukmu. Pilihlah ga
Alexa menutup pintu kamar Brian dengan perlahan, memastikan putranya tidur dengan nyaman. Saat berbalik, ia terkejut mendapati Nick sudah berdiri di sana, tanpa suara."Kamu tidak terburu-buru pulang, kan? Pelayan sudah menyiapkan makan siang. Setidaknya makanlah dulu," ujar Nick dengan nada lembut, meski ada kekhawatiran terselip di sana.Alexa menghela napas, menimbang sejenak. "Sepertinya aku akan langsung pulang," tolaknya, walau terdengar ragu.Nick tak menyerah begitu saja. "Kamu baru tiga jam di sini. Apa itu cukup untuk bermain dengan Brian?"Kata-kata Nick membuat Alexa berhenti sejenak. Tanpa banyak bicara, ia turun ke meja makan, di mana makanan favoritnya sudah tertata rapi. Ia duduk, menoleh sebentar ke arah Nick, lalu mulai makan dalam diam.
Mimpi? Tidak, ini bukan mimpi. Saat Alexa membuka mata dan melepaskan pelukan dari Juan, ia sadar seratus persen kalau ini bukan mimpi. Alexa mendongak menatap Juan yang tersenyum lembut menatapnya, sentuhan tangan Juan membuat Alexa sejenak memejamkan mata."Kenapa tidak kau katakan dari awal kalau wanita yang kerap kali kamu ceritakan padaku adalah diriku sendiri?" tanya Alexa."Karena aku tidak mau hubungan kita menjadi renggang setelah kamu tau perasaan yang aku pendam padamu selama ini. Tapi, aku sudah memastikan bahwa kamu juga menyukai diriku sebelum memutuskan untuk melamarmu."Alexa tersenyum manis, tak tahan dengan wajah cantik di wajah Alexa. Juan membingkai wajah perempuan itu, tanpa segan memberika ciuman mesra untuk Alexa. Dengan senang hati Alexa menerima sentuhan tersebut, mengalungkan
Setelah menembus cukup jauh ke dalam hutan, Juan dan Alexa menemukan rimbunan buah beri liar yang segar. Tanpa ragu, Alexa langsung memetik dan menyantapnya, menikmati rasa manis dan asam yang meledak di mulutnya. Matahari menyelinap di antara pepohonan, menciptakan kilauan cahaya yang mempercantik setiap sudut hutan yang mereka jelajahi.Juan, yang berjalan tak jauh di belakang Alexa, membuka percakapan dengan suara tenang namun penuh rasa ingin tahu, "Kau sering berkomunikasi dengan Nick?"Alexa menoleh, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun segera menjawab, "Jarang. Kami hanya berkomunikasi kalau itu tentang Brian. Selebihnya, tak ada. Sepertinya memang sebaiknya begitu, mengingat satu-satunya yang masih menghubungkan kami hanyalah Brian."Juan berhenti sejenak, memperhatikan ekspresi Alexa
Penolakan tetap Juan dapatkan, Alexa lebih memilih menahan gairahnya ketimbang menjalani hubungan intim tanpa status. Kini keduanya tidur bersebelahan, tidak ada yang saling bicara selain suara hujan yang terdengar masih belum berhenti."Kamu pasti mencintai wanita dari masa lalumu itu, tapi kenapa kamu mendekatiku dengan cara seperti ini, Juan? Apa kamu ingin menjadikan aku pelarian untuk memuaskan nafsumu?" tanya Alexa dengan nada datar.Juan langsung menoleh, ingin rasanya ia mengatakan sekarang kalau perempuan yang Alexa maksud adalah dirinya sendiri. Namun masih belum, Juan ingin menciptakan suasana yang romantis saat ia mengutarakan perasaannya."Jadi, kamu berpikir kalau aku menjadikanmu pelarian karena berpikir aku masih mencintai wanita itu?"Alexa mengganggu. "