Setelah kejadian di pusat perbelanjaan, Alexa merasa sedikit canggung sekarang. Sementara Nick menyelesaikan rapatnya di mal itu, ia mempercayakan Alexa kepada sekretarisnya.
Kini, setelah identitas Alexa sebagai istri Nick diketahui oleh semua orang, pelayanan yang diterima Alexa jauh lebih baik. Tidak ada lagi cibiran atau tuduhan yang menganggapnya sebagai pencuri.
"Berapa lama Nick akan bekerja di mal ini?" tanya Alexa saat mereka berjalan di sepanjang sekitar mal.
Sekretaris yang mengikutinya sejak tadi menoleh. "Tuan Robert akan kembali ke perusahaan pukul tiga sore nanti. Beliau berpesan, Anda bisa pulang untuk istirahat setelah selesai berbelanja."
Itu berarti, Nick tidak akan menemuinya lagi setelah rapat selesai. Ia akan kembali bekerja di kantor, sementara Alexa harus pulang. Mengetahui itu, Alexa pun mendengus.
Ia harus mengingatkan sekali lagi, kalau pernikahan ini hanya sandiwara.
Saat sedang berjalan, Alexa mendadak berhenti di depan toko pakaian pria. Ia tertarik pada sebuah benda yang terpasang pada sebuah patung manekin.
Nick sering berpakaian rapi menggunakan dasi, entah kenapa Alexa mendadak berpikir untuk memberikannya untuk Nick.
Sekretaris Nick mendekat, seolah peka dengan apa yang ada di pikiran Alexa. "Jika Nyonya menyukainya, kita bisa membawanya pulang."
"Tapi ini pasti sangat mahal," gumam Alexa, menatap dasi tersebut. Pakaian yang Nick pakai juga tidak memiliki harga standar, semuanya pasti akan diatas rata-rata.
Si sekretaris tersenyum. "Tuan Nick tidak akan kekurangan uang meskipun Nyonya membeli semua barang dalam toko ini."
Alexa mendelik, tapi dia tahu bahwa sekretaris itu benar. Nick tidak akan keberatan jika ia membeli satu atau dua barang lagi dari toko ini.
Namun tetap saja, belanjaannya tadi saja sudah sangat banyak. Apa tidak berlebihan kalau dia menambah satu pakaian lagi?
"Aku akan membeli yang ini saja," ujar Alexa sambil menyerahkan dasi yang ia pegang tadi.
Sekitar pukul tiga sore, Alexa selesai berbelanja. Sekretaris Nick mengantarkannya ke parkiran, sementara Nick langsung kembali ke perusahaan tanpa menyapanya lagi.
Alexa juga tidak terlalu peduli. Lagi pula ia mempunyai supir yang akan mengantarkannya pulang. Dan setelah setengah perjalanan, dia baru ingat kalau hadiah yang tadi harus segera diberikan pada pemiliknya.
"Permisi," ucap Alexa pada supir, "Apakah Anda tahu di mana perusahaan Nick berada?"
"Nyonya ingin ke sana? Saya akan mengantar," jawab supir itu dengan ramah.
"Oh, baguslah. Aku ingin menemui Nick."
Mobil berbelok dan membawa Alexa menuju gedung pencakar langit yang menjulang di Houston, markas besar perusahaan Nick. Sopir itu ikut turun dan mengawal Alexa. Ia membantunya berbicara dengan resepsionis, khawatir kalau kejadian di mal tadi terulang.
"Apa Tuan Nicholas Robert ada di dalam?" tanya sopir kepada resepsionis yang terlihat sibuk.
Resepsionis itu tampak mengenali sang sopir, jadi ia hanya mengangguk singkat dan mempersilahkan mereka masuk. "Tuan Robert ada di ruangannya."
Sopir itu menemani Alexa sampai naik lift menuju lantai 45. Setelah sampai, sopir itu tidak ikut turun dan hanya menunjukkan jalan menuju ruangan Nick.
Di depan ruangan itu sangat sepi, tidak ada sekretaris yang berjaga. Karena tidak tahu harus bertanya kepada siapa, akhirnya Alexa memutuskan untuk masuk saja tanpa pemberitahuan lebih dulu.
Cklek!
Pintu terbuka, tapi detik berikutnya, ia membeku di tempat. Matanya membulat. Bahkan paper bag berisi kado Nick pun jatuh di lantai.
Refleks, kedua tangannya menutup mulutnya yang terbuka kala melihat Nick berada di atas tubuh seorang pria yang berbaring di sofa.
Mendadak situasi menjadi tidak mengenakkan. Alexa seperti disiram air dingin, dan kembali ingat tentang orientasi seksual Nick. Lantas, wanita itu menurunkan tangannya, dan Alexa tersenyum kaku.
"K-kalian lanjutkan saja! Aku tidak melihat apa pun!" Alexa langsung berbalik, dan menutup pintu.
"Alexa, ini—”
Bam! Pintu tertutup.
*
Malam harinya.
Alexa sedang menikmati santapan malamnya, ketika melihat Nick dengan wajah lelah baru saja masuk ke rumah. Ingatan Alexa tertuju pada keromantisan Nick dan pria yang ada dalam kendalinya tadi. Sampai-sampai, ia tersedak sendiri.
Siapa pria itu? Apa mungkin kekasih rahasia Nick?
"Sudah pulang? Ingin aku menyiapkan makanan untukmu?" tanya Alexa berusaha terlihat biasa saja, dan melupakan kejadian siang tadi.
"Alexa, aku ingin meluruskan kalau apa yang kamu lihat tadi siang tidak—"
Uhuk!
Alexa terbatuk, dan langsung minum air putih banyak-banyak. "Kamu tidak perlu menjelaskannya," Alexa menyela.
Ia pun tersenyum tipis, seolah meyakinkan Nick kalau ia tidak akan membongkar rahasia itu ke orang lain.
"Aku sudah tau, kamu memang punya hubungan rahasia dengan pria tadi,” lanjut Alexa. “Walaupun kamu sampai pura-pura menikahiku, dan memintaku melahirkan anak, aku paham jati dirimu.”
Namun, Nick malah mendesah frustasi. “Tidak, Alexa—”
Lagi-lagi, Alexa mengangkat tangannya. “Aku janji, tidak akan mengatakannya pada siapapun."
Nick tampak ingin membantah, tapi ia justru menghembuskan nafas. "Namanya Raymond, dia–"
"Kau mau makan? Aku akan menyiapkannya." sekali lagi Alexa menyela tanpa membiarkan Nick menyelesaikan kalimatnya.
Tangan Nick mengepal. Wajahnya terlihat jengkel, entah karena apa. Kemudian, tiba-tiba pria itu mendekat, dan tanpa permisi mengangkat Alexa di punggungnya seperti sekarung beras.
Sontak saja Alexa memekik. "Nick, turunkan aku! Apa yang kau lakukan?!"
Hari yang dinanti akhirnya tiba, pertengahan musim semi yang sempurna, seperti yang Juan dan Alexa impikan. Pesta pernikahan mereka tak digelar di gedung mewah di pusat kota Houston, melainkan di tepi danau yang tenang dengan latar alam yang memukau. Suasana yang romantis dan intim ini benar-benar mencerminkan keinginan mereka untuk merayakan cinta dalam kesederhanaan yang elegan.Lebih dari seratus tamu hadir, terdiri dari keluarga dan sahabat yang mengenal pasangan itu dengan baik. Saat Alexa tiba di lokasi, ditemani oleh ayahnya, Steve, ia merasakan getaran bahagia dan haru yang tak bisa disembunyikan.Sebelum turun dari mobil, Steve meraih tangan putrinya. "Pada akhirnya, aku bisa mengantarmu sebagai wali di hari pernikahanmu," ucapnya dengan tulus, penuh kebanggaan.Alexa membalas senyum ayahnya, dan dengan lan
Hari demi hari berlalu dengan cepat, dan Alexa semakin menjauh dari Nick. Bukan karena kebencian, tetapi karena ia ingin menghargai perasaan Juan, pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Alexa tahu, menjaga jarak dengan Nick adalah yang terbaik demi kebahagiaan mereka semua.Persiapan pernikahan berjalan dengan lancar, setiap detail diperhatikan oleh Juan, dari pemilihan cincin hingga pemesanan gaun pernikahan. Hidup Alexa kini dipenuhi dengan canda dan tawa, terutama saat ia berada di dekat Juan. Ada perasaan hangat yang mengalir di antara mereka, sebuah kebahagiaan yang tak tergantikan."Menurutmu, aku perlu memilih gaun yang cantik?" tanya Alexa sambil tersenyum ketika Juan tengah mengukur tubuhnya untuk pembuatan baju."Tentu saja. Hari pernikahan ini harus menjadi yang paling spesial untukmu. Pilihlah ga
Alexa menutup pintu kamar Brian dengan perlahan, memastikan putranya tidur dengan nyaman. Saat berbalik, ia terkejut mendapati Nick sudah berdiri di sana, tanpa suara."Kamu tidak terburu-buru pulang, kan? Pelayan sudah menyiapkan makan siang. Setidaknya makanlah dulu," ujar Nick dengan nada lembut, meski ada kekhawatiran terselip di sana.Alexa menghela napas, menimbang sejenak. "Sepertinya aku akan langsung pulang," tolaknya, walau terdengar ragu.Nick tak menyerah begitu saja. "Kamu baru tiga jam di sini. Apa itu cukup untuk bermain dengan Brian?"Kata-kata Nick membuat Alexa berhenti sejenak. Tanpa banyak bicara, ia turun ke meja makan, di mana makanan favoritnya sudah tertata rapi. Ia duduk, menoleh sebentar ke arah Nick, lalu mulai makan dalam diam.
Mimpi? Tidak, ini bukan mimpi. Saat Alexa membuka mata dan melepaskan pelukan dari Juan, ia sadar seratus persen kalau ini bukan mimpi. Alexa mendongak menatap Juan yang tersenyum lembut menatapnya, sentuhan tangan Juan membuat Alexa sejenak memejamkan mata."Kenapa tidak kau katakan dari awal kalau wanita yang kerap kali kamu ceritakan padaku adalah diriku sendiri?" tanya Alexa."Karena aku tidak mau hubungan kita menjadi renggang setelah kamu tau perasaan yang aku pendam padamu selama ini. Tapi, aku sudah memastikan bahwa kamu juga menyukai diriku sebelum memutuskan untuk melamarmu."Alexa tersenyum manis, tak tahan dengan wajah cantik di wajah Alexa. Juan membingkai wajah perempuan itu, tanpa segan memberika ciuman mesra untuk Alexa. Dengan senang hati Alexa menerima sentuhan tersebut, mengalungkan
Setelah menembus cukup jauh ke dalam hutan, Juan dan Alexa menemukan rimbunan buah beri liar yang segar. Tanpa ragu, Alexa langsung memetik dan menyantapnya, menikmati rasa manis dan asam yang meledak di mulutnya. Matahari menyelinap di antara pepohonan, menciptakan kilauan cahaya yang mempercantik setiap sudut hutan yang mereka jelajahi.Juan, yang berjalan tak jauh di belakang Alexa, membuka percakapan dengan suara tenang namun penuh rasa ingin tahu, "Kau sering berkomunikasi dengan Nick?"Alexa menoleh, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun segera menjawab, "Jarang. Kami hanya berkomunikasi kalau itu tentang Brian. Selebihnya, tak ada. Sepertinya memang sebaiknya begitu, mengingat satu-satunya yang masih menghubungkan kami hanyalah Brian."Juan berhenti sejenak, memperhatikan ekspresi Alexa
Penolakan tetap Juan dapatkan, Alexa lebih memilih menahan gairahnya ketimbang menjalani hubungan intim tanpa status. Kini keduanya tidur bersebelahan, tidak ada yang saling bicara selain suara hujan yang terdengar masih belum berhenti."Kamu pasti mencintai wanita dari masa lalumu itu, tapi kenapa kamu mendekatiku dengan cara seperti ini, Juan? Apa kamu ingin menjadikan aku pelarian untuk memuaskan nafsumu?" tanya Alexa dengan nada datar.Juan langsung menoleh, ingin rasanya ia mengatakan sekarang kalau perempuan yang Alexa maksud adalah dirinya sendiri. Namun masih belum, Juan ingin menciptakan suasana yang romantis saat ia mengutarakan perasaannya."Jadi, kamu berpikir kalau aku menjadikanmu pelarian karena berpikir aku masih mencintai wanita itu?"Alexa mengganggu. "