"Tunggu dulu! Adiknya kak Alex? Gak mungkin lah kalo dia mau kerja di cafe, kan orang kaya raya!"Aila tersenyum tipis, "aku juga gak tahu, dia kemarin dateng kesini, mohon-mohon biar bisa kerja di cafe. Katanya dia mau cari pengalaman aja, gitu kok. Aku nggak tega sama di, jadi... Nanti tolong dibantu, ya? Pasti dia memiliki banyak kesulitan, karena dia udah kayak putri dari lahir."Gavin mengacak-acak rambutnya yang memang sudah acak-acakan, "kak... Aku tau kamu nggak tegaan, tapi ya mikir dong! Kita butuh orang baru yang bisa langsung kerja, bukan malah ngajarin bayi!"Aila tertawa canggung, lalu dia menepuk bahu Gavin, "kamu pasti bisa, Vin! Sehari atau dua hari, kalau dia nggak betah, pasti minta keluar sendiri kok."Gavin kembali menatap kakaknya, ada ide terlintas di kepalanya, "iya juga, ya?""Nah, sekarang kamu mandi dan siap-siap ya, aku masakin sarapan dan bekal makan siang."Gavin sudah tidak terlihat kesal, dia pun pergi untuk mandi dan bersiap. Jadi, Aila pikir, adiknya
Aila merasa khawatir saat Ricky mengatakan ketidaksukaan dia secara terang-terangan pada Alexa, akan membuat Alexa kembali menyebalkan seperti dulu. Tapi ternyata Alexa hanya menanggapi ucapan Ricky seakan-akan Ricky tidak pernah mengucapkannya. Yah, tidak ada masalah dengan cafe. Alexa dapat berbaur dengan mudah, apalagi ada temannya, yaitu Travis. Gavin juga mulai bisa menerima Alexa, walaupun kadang kesal dengan Alexa, karena gadis itu tidak tahu banyak tentang dunia luar. Alexa bahkan tidak tahu caranya menyapu, jadi Gavin dan Travis seperti mengajari anak TK. Mereka bahkan berpikir anak TK bahkan lebih baik daripada Alexa. "Aku akan pergi sendiri naik taxi, aku baik-baik saja." Ucap Aila pada Gavin, saat dia akan pulang sendirian. Tidak ada Ricky yang biasanya mau mengantar Aila, karena Ricky tidak betah jika ada Alexa di sekitar sana. "Dia sudah besar, biarkan dia pulang sendiri," ucap Alexa, dia menyeret Gavin kembali ke cafe karena ada banyak kerjaan menumpuk. Aila berjal
Saat itu, Aila merasa bingung, tidak berdaya. Apalagi Ricky mendekap tubuhnya dengan sangat erat.Aila tidak tahu apa yang terjadi, jadi dia ingin tahu. Dia berusaha memberontak dari rengkuhan Ricky, tapi dia sangat lemah.Sebenarnya, ciuman Ricky sangat lembut dan penuh perasaan, sampai Aila merasa dia sudah gila karena lama-kelamaan dia menikmatinya.Ciuman yang sangat terburu-buru itu, akhirnya selesai juga dengan tiba-tiba.Aila tidak sadar, tahu-tahu dia sudah duduk manis di sofa — tidak, diatas pangkuan Ricky.Sungguh, Ricky sangat tampan.Dengan wajah setampan itu, Aila merasa sayang sekali jika Ricky menyukainya.Karena..."Ricky, kamu tahu jika aku tidak bisa menerimamu, kan? Kenapa kamu memaksaku?""Kenapa kamu tidak berontak?""Bukankah kamu yang mendekapku dengan sangat kuat? Ku rasa kamu mencengkram pinggangku terlalu kuat tadi."Ricky terlihat khawatir, dia menurunkan Aila agar duduk sendiri, "serius? Maafkan aku Aila, aku tidak bermaksud. Seharusnya kamu hentikan aku tad
Saat itu Alex memiliki banyak pekerjaan, dia membantu dokter senior untuk menangani beberapa pasien. Dokter senior itu sangat menyukainya, jadi dia selalu meminta Alex untuk datang. Alex juga senang, dia jadi bisa banyak belajar dari dokter tersebut.Tapi akhir-akhir ini Alex diberi tugas lain, untuk membantu seorang dokter forensik yang sudah sangat terkenal, untuk menangani suatu kasus yang diduga rencana pembunuhan. Korbannya adalah selebriti, makanya tidak semudah itu.Maka dari itu, Alex jadi sangat sibuk. Padahal dia ingin sekali menemui Aila. Perasaannya tidak enak saat itu, ketika tiba-tiba ada Lexa, adiknya, menelfonnya.(Kak Alex!) Ucap Lexa dengan ceria setelah Alex akhirnya menerima panggilan tersebut."Iya, Lexa ada apa? Bagaimana dengan kerja pertamamu di cafenya Aila? Apa kamu sudah pulang?"Lexa bergumam kecil, (hmm, aku baru saja pulang dan aku ingin mengatakan sesuatu padamu, kamu mau mendengarkan ku kan, kak? Kita memang tidak seakrab itu, tapi aku tetap menyayangim
..“Kamu memiliki tubuh gemuk dan wajah kusam tidak terawat begini, kok bisa nikah sama anak juragan sawah?”Aila menundukkan kepalanya, ucapan menyakitkan seperti itu, tidak sekali dua kali dia dengar, tapi sudah sangat sering.Dia adalah wanita berusia 27 tahun yang baru menikah selama satu tahun dengan pria 25 tahun yang merupakan anak dari orang yang memiliki banyak sawah dan terkenal kaya di kampungnya.Aila tersenyum tipis, kemudian pamit setelah semua sayur dan bahan masakan lain sudah dia beli. Aila selalu ramah dan tersenyum pada orang lain, namun dia adalah wanita pendiam yang tidak mudah bergaul.Yang tadi bertanya adalah Nina, janda anak satu yang suka sekali gonta ganti pasangan. Nina masih tinggal bersama kedua orangtuanya yang sebenarnya cukup mapan, karena mereka juga memiliki toko kain di pasar. Mantan suami Nina bukanlah pria kaya raya, jadi setelah si suami meninggal, tidak banyak yang bisa Nina dapatkan, selain rumah kecil milik suaminya yang sudah dia jual.Menur
..Aila ini berasal dari Surabaya, semua keluarga Aila di Surabaya.Aila bisa menikah dengan Rendy karena keinginan ibunya Rendy dan ibu Aila yang ternyata teman dari SMA. Rendy anak yang manja tapi penurut, jadi dia mau-mau saja menikah dengan Aila, apalagi Aila masih cantik, terawat dan tidak segendut sekarang waktu itu.Aila sendiri tidak memiliki perasaan pada Rendy, dia juga menikah karena terpaksa, menurut ibunya, dia sudah perawan tua, sudah 26 tahun belum menikah, ibunya merasa diumur segitu dan Aila belum menikah itu memalukan baginya.Aila memarkirakan motor di parkiran alun-alun kota, dia pun jalan-jalan di sana, kemudian duduk, melihat orang-orang dan anak-anak kecil bermain.Air mata kembali turun tanpa di perintah.Meski tidak ada rasa cinta dalam pernikahan itu, namun... rasanya sakit sekali mengetahui suami selingkuh dengan ibu tirinya sendiri.“Aila? Ini Aila kan?”Aila buru-buru menghapus airmatanya, kemudian menoleh pada asal suara, melihat siapa yang menyapa, Aila
. . PLAK Aila terhuyung ke belakang seketika, setelah suaminya menampar pipinya dengan keras. Pipi putih Aila berubah memerah, dadanya terasa sakit dan airmata tak bisa dihetikan, terus mengalir tanpa bisa dibendung. “Aku sudah melihat fotonya, kamu berani sekali selingkuh dengan pria lain! Udah jelek, gendut, selingkuh lagi!” Aila hanya bisa menangis saat Rendy memukulinya. Padahal saat itu sudah malam, Rendy tidak peduli jika para tetangga mengetahui pertengkaran mereka. “Kamu istri yang tidak tahu diuntung! Masih untung aku mau menikahi wanita jelek gendut sepertimu, bisa-bisanya kamu –” “Cukup mas! Apa kamu pikir aku tidak tahu kamu selingkuh dengan ibu tirimu sendiri?” Rendy yang sudah melayangkan tangannya untuk memukul Aila sekali lagi, kini perlahan turun. “Kau... tahu darimana?” “Mas pikir aku bodoh? Aku mendengar semuanya! Mas tidak perlu khawatir, aku sudah siap diceraikan, tapi paling tidak setelah ayahmu sudah lebih baik, aku tahu jika ayahmu dirawat istri muda
..Aila pun kembali ke luar rumah, “Kenapa semua barang berjatuhan seperti itu?”Sari melirik pada Aila, “aku nyari surat tanah suamiku, pasti kamu yang nyembunyiin kan? ngaku kamu!”“Apa lagi yang mama tuduhkan ini? Aila gak tahu apa-apa! Lagian mau mama apain suratnya? Dijual tanpa ijin ayah?”Sari dengan cepat mendatangi Aila lalu menampar Aila.“Lancang ya kamu! Dia suamiku! Mau aku apakan juga tanahnya bukan urusanmu, kamu ini cuma menantu yang gak diinginkan! Lihat aja, Rendy bakal cepet cerein kamu!” ucap Sari.Aila memegangi pipinya yang baru saja ditampar oleh Sari, dia menatap tajam pada Sari, tatapannya hampir saja membuat Sari takut. Namun, Sari lebih cepat menarik rambut panjang Aila yang dikuncir dengan sruncie pink, menariknya dengan kuat hingga Aila berteriak kesakitan.Sementara itu Nina hanya senyum-senyum senang dan semakin mengompori Sari.“Jambak aja Sar! Biar tahu rasa menantu gak tahu diri kayak dia, padahal Rendy udah bagus mau nikahin cewe gendut kayak dia!”