SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTU PART 10"Sudah? Dapat?" tanya Elisa begitu Mika telah mendudukkan bokong di kursi yang ada di sebelahnya. "Sudah," ucap Mika. Wanita itu lantas menunjukkan dua jenis obat ke hadapan Elisa, membuat wanita beranak dua itu pun mengerutkan kening, menatap ke arah dua obat itu secara bergantian. "Lah, ngapain kamu beli obat itu?" tanya Elisa. Mika menyeringai sembari menaik turunkan kedua alisnya. Wajah Elisa yang semula terheran-heran, kini berganti ekspresi dengan tertawa lirih sembari menggelengkan kepalanya. Dan akhirnya, kini Mika lah yang berganti menatap heran ke arah sang sahabat. "Kamu masih mau gituan sama suamimu?" Mika terperangah begitu mendengar pertanyaan dari Elisa. Sejenak wanita itu terdiam, memikirkan maksud dari kalimat yang diucapkan oleh Elisa, hingga akhirnya Mika pun sadar pemikiran apa yang ada di kepala wanita itu. Mika menepuk paha Elisa sembari berseru, "Dih, ngaco sekali pikiran anda, Bestie." Ucapan Mika membuat bibir Elis
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 11"Bu Mika, di meja makan ada gule kambing. Barangkali Ibu mau. Ada sate kambing juga. Sebenarnya saya tadi beli sate kambing sebungkus dan 2 bungkus sate ayam. Ternyata penjualnya salah kasih, malah yang dua dikasih sate kambing." Mona menawarkan makanan yang ia beli secara online di salah satu warung sate yang tau jauh dari tempat tinggalnya. "Iya, terima kasih ya, Mon. Biar nanti dimakan sama Bapak. Saya kan kurang suka sama apapun dari olahan kambing." "Iya, Bu. Gapapa. Ibu kan sama kayak saya yang nggak suka sama bau-bau kambing," ucap Mona sembari tersenyum. Setelahnya, art muda itu pun melangkah pergi menuju kamar. Sebenarnya, Mika tau, Mona membeli gule kambing dan sate kambing memang untuk Johan. Sebab, Art-nya itu tahu betul jika Johan begitu menyukai apapun olahan yang berbau kambing. Bahkan, dua porsi sate kambing pun bisa habis seketika jika dihidangkan di depan Johan. Berbanding terbalik dengan Mika. Namun, Mika tak ambil pusing
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 12Suara gemericik air tak terdengar lagi, Mika yang tengah berbaring di atas ranjang pun bergegas bangkit dari pembaringan. Merasa heran, sebab, sudah belasan menit sang suami tak kunjung keluar. Mika melangkah menuju kamar mandi, dan langkah itu terhenti di depan pintu. Tok!Tok!Tok!"Mas?" Sejenak Mika terdiam, menunggu jawaban dari dalam sana. Namun, seketika dada Mika terasa berdebar-debar saat tak ada sahutan dari dalam sana. Mika mencoba meraih gagang pintu lalu ia tekan-tekan. "Pintu dikunci segala," rutuk Mika.Wanita itu lantas kembali mengetuk-etuk sembari memanggil sang suami lebih keras lagi, namun tetap saja tak ada sahutan. "Mas!" Kali ini Mika semakin mengencangkan volumenya. Bertepatan dengan Mika yang berusaha membuka pintu kamar mandi, di depan kamarnya sudah berdiri Mona yang tengah membawa setumpuk baju yang telah disetrika dan dilipat dengan rapi. "Bu Mika, maaf, saya mau masukin baju." Mika mendesah, setelahnya ia m
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 13"Mika, kamu membiarkan wanita lain melakukan hal itu lalu kamu sibuk merekamnya?!" Johan berkata dengan nada yang begitu datar. Sorot matanya menatap tajam ke arah Mika. Melihat ekspresi sang suami yang terlihat murka. Ah, salah, lebih tepatnya hanyalah pura-pura murka membuat Mika mencebikkan bibir. "Dia yang menginginkan hal itu. Dia sama sekali tidak membutuhkan bantuanku. Asal kamu tau aja, Mas, aku sedari tadi di sini, dan dia memperlakukan kamu sedemikian rupa seperti tidak melihat kehadiranku sama sekali," ucap Mika dengan nada yang begitu lembut. Mendengar ucapan santai yang keluar dari bibir Mika, lantas membuat Johan membanting ponsel di atas ranjang. Bibirnya beberapa kali berdecak kesal. "Harusnya kamu tidak membiarkannya, Mika. Kamu istriku, bukan dia. Lalu kamu membiarkan wanita lain melepaskan semua pakaianku. Dan lebih parahnya, kamu merekamnya. Ck!" Suara decakan kesal kembali keluar dari bibir Johan."Lalu aku harus bagaima
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTU PART 14"Jangan terburu-buru, Mas, makannya," seru Mika, menatap sang suami yang meraih segelas air lalu meneguknya hingga tak tersisa. Sejenak Mika terdiam, hingga akhirnya ia kembali melanjutkan sindirannya. "Hanya karena ingin melampiaskan napsu bejatnya, dia sampai mencelakai istrinya sampai sakit seperti itu. Kamu tau? Suaminya itu main dengan tetangga sebelah rumah yang seorang janda. Kapan pun dia menginginkannya, dia langsung nyekoki istrinya itu dengan obat tidur. Mungkin takut ketahuan kali, ya." Mika tersenyum mengejek. Johan sedari tadi terus salah tingkah, sedangkan Mika tak memperdulikannya. Ia terus saja melakukan sindiran pada sang suami dan art-nya itu. "Apa nggak keterlaluan kayak gitu, Mas? Kalau masih memiliki rasa takut ketahuan, harusnya jangan bertingkah. Lain lagi kalau sudah siap dengan segala konsekwensinya, okelah, gapapa. Lah, ini? Bertingkah tapi takut ketahuan. Benar-benar pengecut!" Kali ini Mika menatap tajam ke arah
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 15DretDretSuara ponsel yang ada di atas bantal bergetar. Sang pemilik yang tengah memasukkan baju ke dalam almari pun tergopoh-gopoh melangkah. Diraihnya benda pipih itu. Dan begitu dilihatnya nama sang bapak terpampang sebagai pemanggilnya, ia mendesah, namun pada akhirnya ia mengusap layar datar itu ke atas juga. "Halo." Nada suara Mona terdengar begitu ketus. "Besok pulang," titah sang bapak. "Kenapa Bapak nyuruh Mona pulang? Mau minta duit? Kan kemarin udah dikasih sama Mas Johan, Pak. Masa sudah habis?" cetus Mona. "Udah, nggak usah banyak tanya. Pokoknya, besok pulang! Nggak ada tapi-tapian!""Nggak! Mona nggak akan pulang. Bapak tunggu sekali pun Mona nggak akan pulang!" ucap Mona. "Mau kamu ibumu kubunuh, ha?!"Sejenak Mona memejamkan kedua kelopak matanya. Selalu saja seperti itu. Jika ia tak menuruti ucapan sang bapak, ia selalu mengancam keselamatan ibundanya. Bagaimana pun juga, Mona begitu menyayangi sosok wanita yang melahi
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 16"Saya mau pulang. Disuruh sama Bapak pulang." Akhirnya, Mona pun memutuskan untuk menuruti perintah sang Bapak. Sebab, ancaman yang terus dia berikan."Oh, boleh. Kapan?""Besok, Bu.""Ya, pulanglah," ucap Mika."Kalau begitu saya permisi, Bu. Mungkin subuh-subuh saya sudah berangkat, jadi saya tidak bisa masak untuk sarapan.""Gapapa. Biar saya yang masak."Mona mengangguk, setelahnya ia berpamitan lalu melangkah pergi.*******Keesokan hari*****[Sayang, sudah aku transfer ya uang yang kamu minta, 10 juta.]Kening Mika berkerut membaca pesan yang baru saja ia baca, yang dikirim oleh sang suami 15 menit yang lalu. Cepat, Mika pun mengetik pesan balasan. [Kamu dapat uang dari mana, Mas? Bon kantor? Kalau semua gajimu kamu ambil sekarang, lalu bagaimana dengan bulan depan?]Send Pesan balasan terkirim, dan tak menunggu lama langsung dibaca oleh Johan. [Bukan bon kantor. Pakailah untuk bayar pesanan perhiasan kamu. Love you.]Di akhir kalimat ad
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 18"Sekarang tunggulah di luar, aku akan mengemasi pakaianmu dan silakan pergi dari rumah ini." Mika gegas memutar tubuh, dengan sedikit berlari ia menuju ke kamar. Namun, saat kakinya hendak menaiki anak tangga pertama, sang suami tiba-tiba saja memeluknya dari belakang. "Lepaskan, Mas!" Mika meronta, ia berusaha melepaskan lingkaran tangan lelaki itu di perutnya. "Aku bisa menjelaskan semuanya, ini tidak benar, Sayang." Semakin Mika berusa melepaskan, semakin kuat Johan memeluknya. Mika tak putus asa, ia terus berusaha melepaskan diri dan sang suami. "Lepaskan, jijik aku bersentuhan denganmu!" "Jaga emosimu, Sayang. Jangan seperti ini. Duduklah, kita bisa bicara baik-baik." Mika melemaskan tubuhnya, hingga akhirnya Johan pun turut melepaskan lingkaran tangannya. Lalu, Mika memutar tubuh dan ....Bugh!Satu tinjuan dari Mika kembali menghantam wajah sang suami. Bahkan, kali ini terlihat bercak darah di sudut bibir lelaki itu. Sesekali Joha