Alex menyandarkan kedua telapak tangan di kaca. Butiran bening menetes dari kedua bola mata indahnya sambil melihat Vania yang terpasang alat-alat di seluruh tubuhnya. Ia tidak menyangka kalau wanita cantik itulah yang sudah mengorbankan hidupnya demi Tia. Sungguh ia sangat beruntung bertemu dengan Vania dan menjadikannya sebagai kekasih. Walaupun Vania masih berusia 20 tahun dan tergolong muda ! Tetapi sikapnya sudah seperti orang dewasa, bahkan bisa dikatakan kalau usianya tidak sebanding dengan sifatnya.Alex memutar tubuh, setelah merasakan seseorang menyentuh pundaknya "mama" ucapnya."Iya sayang. Mama mengerti apa yang kamu rasakan saat ini" sahut Felicia. Ia mengelus lengan Alex untuk memberikan sedikit kenyamanan."Aku tidak menyangka kalau Vania akan melakukan ini" ucap Alex. Ia menjatuhkan bokongnya di atas kursi besi yang ada di depan ruangan ICU."Mama sudah menduga ini sejak awal, itu sebabnya mama tidak mengatakan yang sebenarnya kepada Vania. Hal ini lah yang mama takut
Satu bulan telah berlalu. Vania sudah benar-benar pulih, bahkan ia sudah masuk kuliah sejak dua Minggu yang lalu. Hubungannya dengan Alex sudah semakin erat karena sudah mendapat restu dan lampu hijau dari Tia. Ia juga sudah sering menginap di kediaman Winata bersama Tia. Mereka sudah akrab dan terlihat seperti sahabat dekat. Bahkan di kampus, mereka selalu bersama. Tia yang dulu merasa berkuasa dan sesuka hati terhadap mahasiswa di sana ! Kini berubah menjadi ramah dan baik, ia mengikuti jejak Vania yang rendah hati dan dermawan.Hari ini semua keluarga Winata sedang berkumpul di ruang keluarga, karena Alex dan Vania akan berangkat ke desa Gunung Raya. Yaitu desa kelahiran Vania."Hati-hati di jalan ya sayang" ucap Felicia kepada Vania. Begitu juga dengan Tia."Hati-hati di jalan mommy. Cepat kembali ya ?" Ucap Tia. Ia memeluk Vania dan mencium kedua pipinya. Semenjak Vania kembali dari rumah sakit satu bulan yang lalu ! Tia sudah memanggil Vania mommy."Iya, aku pasti cepat kembali"
Tok....tok....tok... Suara ketukan pintu membangunkan Vania dari tidurnya. Ia membuka mata dengan malas, lalu menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, ia melangkah untuk membuka pintu.Setelah pintu terbuka ! Vania refleks menutupnya kembali, karena yang ada di depan pintu adalah Alex. Untuk saat ini, ia belum bisa menatap dan melihat wajah pria tampan itu."Vania, bukan pintunya sayang. Jangan menghindar terus dariku" bujuk Alex dengan lembut sambil menekan gagang pintu.Vania hanya diam, ia menyandarkan tubuhnya di balik pintu sambil meneteskan air mata. Sebenarnya ia tidak tega memperlakukan Alex seperti ini. Tetapi demi menjaga hubungannya dengan Susan ! Vania terpaksa melakukannya."Vania, ini ibu. Buka pintunya sayang. Ibu dan Dita sudah menyiapkan sarapan" kali ini Susan yang mengetuk pintu.Sebelum membuka pintu ! Vania terlebih dahulu mengusap air matanya dan memoles sedikit makeup, agar wajahnya terlihat ceria dan tidak pucat. Vania melangkah menuju meja makan tanpa mel
Sebelum masuk ke dalam apartemen ! Vania mencium tangan Susan dan Alex. Ia menguatkan diri untuk menjabat tangan pria tampan itu. Dulu Vania, selalu ingin di genggam oleh Alex. Tetapi saat ini, tangan Vania terasa berat untuk menyentuhnya."Dada" ucap Susan kepada Vania dan Dita sambil melambaikan tangan dari dalam mobil. Dan di balas lambaian dari kedua wanita cantik itu."Wah, rumah kakak luas. Televisi besar, sofanya empuk" ucap Dita saat masuk ke dalam apartemen milik Vania. Ia begitu kagum melihat isi dalam ruangan itu. Sama halnya dengan Vania saat pertama kali masuk ke sana.Vania tersenyum melihat Dita yang begitu heboh melihat furniture isi apartemennya. Ia teringat akan dirinya saat pertama kali di bawa Alex ke sana. "Sekarang kamar kamu yang ini ?" Vania membuka pintu kamar yang terletak di samping kamarnya."Wah, ini luas sekali, jauh beda dengan kamarku yang di desa. Ini ada televisinya, ada kulkas, ada sofa, lemari, tempat tidurnya besar dan empuk. Jauh berbeda dengan t
"Abang jangan lakukan itu" ucap Vania sambil memeluk erat Alex dari belakang. Ia menumpahkan air matanya di punggung pria tampan itu. Vania tidak mau jika Alex menceraikan Susan hanya karena dirinya. Ia juga tidak mau jika Alex meninggalkan kota ini.,Alex tersenyum sebelum memutar tubuhnya menghadap Vania. Ia berhasil membuat Vania takut akan kehilangan dirinya "aku mencintaimu Vania" ucapnya dengan lembut sambil kedua ibu jari tangannya mengusap air mata yang menetes di pipi mulus Vania."Hm..." Jawab Vania bersama anggukannya.Alex mengangkat tubuh Vania dengan gaya bridal style, ia membaringkan Vania dengan lembut di atas tempat tidur, lalu membuka satu persatu kancing baju piyama Vania, hingga menyisakan bra dan benda berbentuk segitiga untuk menutupi area sensitif Vania."Jangan abang" tolak Vania dengan lembut saat Alex berusaha membuka pengait besi yang ada di ujung bra milik Vania."Sayang, seorang istri tidak boleh menolak suaminya" bisik Alex dengan nada yang tidak kalah le
Perdebatan tidak hanya berakhir di kamar Tia. Alex yang masuk ke dalam kamarnya dan disusul Susan ! Lantas membuat keduanya kembali berdebat. Susan tidak terima dengan sikap Alex yang acuh dan tidak peduli padanya. Sikap Alex itu menunjukkan kalau ia tidak senang Susan kembali, padahal waktu dulu Alex sangat menyayanginya."Mas, kamu kenapa ? Harusnya kamu bahagia karena aku sudah kembali, dan kita bisa hidup bahagia seperti dulu lagi" protes Susan yang baru masuk dari pintu."Susan, tolong jangan terlalu memaksaku seperti ini. Berikan aku waktu untuk memikirkan semua ini" Alex lagi-lagi menjawab Susan dengan jawaban yang sama dengan yang sebelumnya."Mas, kamu selalu meminta waktu untuk berpikir. Apa yang harus kamu pikirkan ?" Protes Susan.Alex menghela napas dengan kasar "sebelum kita kembali bertemu ! Aku sudah menikah dengan wanita lain, yaitu Vania. Jadi aku butuh waktu untuk berpikir, karena aku tidak mau meninggalkan Vania. Dia sudah banyak berkorban jadi aku tidak mungkin me
Satu hari Alex tidak bisa nyaman di kantor. Susan mengirimkan foto-foto yang dikirim Donna kepadanya. Alex bukan takut kepada Susan, tetapi ia khawatir jika Susan akan menemui Vania dan melakukan kekerasan.Alex sudah berkali-kali menghubungi nomor Vania, tetapi tidak satupun yang terhubung. Ponsel wanita cantik itu tidak aktif dari siang hingga sore. Tadinya Alex ingin mengingatkan Vania, jika ada yang mengetuk pintu jangan dibuka. Jika bukan karena ia ada meeting dengan klien ! Alex pasti sudah menemui Vania ke apartemen. Tetapi pertemuan kali ini sangat lah penting, sehingga tidak bisa ditinggalkan atau diwakilkan.Dan kekhawatiran Alex benar-benar terjadi. Saat ini Susan sedang dalam perjalanan menuju apartemen Vania. Ia ingin bicara dengan putrinya tentang foto itu dan tentang janji Vania yang diucapkan sewaktu mereka masih di desa Gunung Raya.Tok....tok....tok... Sudah mengetuk pintu apartemen Vania. Ia hanya menunggu dua menit dan pintu pun terbuka."Ibu" ucap Dita yang baru m
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, tetapi Alex masih terlihat santai duduk di ruang tamu bersama Dita. Keduanya saling berbincang dan menikmati cemilan yang Vania beli tadi siang dari supermarket. Sementara Vania hanya diam di dalam kamar. Ia sama sekali tidak berniat untuk bergabung dengan Alex dan adiknya Dita. Pikirannya semakin kacau mengigat dirinya yang belum datang bulan dari bulan kemarin, sedangkan sekarang sudah awal bulan. Itu artinya dia sudah terlambat sebulan.Vania menjatuhkan bokong di atas sofa, ia memandang keramaian ibu kota dari balik kaca kamarnya. Vania berkali-kali membuka sebuah aplikasi, dan mencari tanda-tanda orang yang sedang mengandung.Ada beberapa tanda-tanda yang tertulis di sana, sesuai dengan yang ia rasakan saat ini. Salah satunya, sudah tidak datang bulan, yang kedua emosinya mudah turun naik, dan yang ketiga, ia sering merindukan sentuhan dari Alex. Hal itu membuat Vania sudah tidak sabar lagi menunggu pagi, agar ia bisa membeli tes kehamilan