Clara mundur secara tiba-tiba saat ia memutar tubuhnya dan langsung menangkap sosok Mark berdiri di sana. Tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Siapa yang kau sebut penjahat kelamin?" tanya Mark tak suka.
Ia berjalan mendekati sofa dan duduk di sana. Ia merasa sangat lelah.
Itu terlihat dari Mark yang tak henti-hentinya memijit pundaknya sendiri. Dan aksi Mark tak luput dari perhatian Clara.
"Kenapa kau ke sini?" tanya Clara sedikit kesal.
"Ini apartemenku, jadi tak ada siapapun yang bisa melarangku ke sini.."
Clara mencibir seketika.
Ia kembali menatap foto besar yang terpajang.
"Siapa mereka? Anak dan istrimu?"
Clara mendadak gugup setelah pertanyaan itu ia lontarkan. Pasalnya Mark menatap Clara dengan tatapan serius."Ke..kenapa kau menatapku seperti itu? Apa aku salah bertanya?"
Mark semakin menatap Clara dalam.
"Itu fotoku dan mami.."
Clara seketika melongo menatap Mark, "ka..
Tok tok tok!Suara ketukan pintu seketika mengganggu Indra yang saat itu sedang sibuk menandatangani dokumen kerja sama."Masuk!!" teriaknya.Tak berapa lama, seorang wanita masuk ke dalam ruangan Indra. Dia adalah sekretaris Indra yang nyaris hampir lima tahun ini bekerja dengan Indra."Ada apa Lin?" tanya Indra pada wanita tersebut."Ada tamu pak. Saya tak kenal siapa. Tapi dia tampan pak.."Indra langsung tertawa mendengar celetukan Lina.Lina tersipu malu, "Ya sudah suruh dia masuk!" perintah Indra yang langsung dilaksanakan oleh sekretarisnya tersebut.Lina langsung memutar tubuhnya ke belakang dan berjalan keluar dari ruangan tersebut.tak Berapa lama pintu kerja Indra kembali diketuk, namun kali ini yang datang bukanlah sekretarisnya lagi melainkan seorang pria tampan dengan wajah campuran Asia dan baratnya. Bisa dikatakan wajahnya seperti blasteran Jepang Amerika.Ia membuka pintu dan memunculk
Indra menghela nafas kasar. ia yakin Mantan istrinya itu belum berubah sama sekali dan sekarang anaknya sendiri yang dipermasalahkan oleh Lauren."Saya tak tahu kenapa Lauren bisa melakukan hal tersebut. yang jelas saat saya meminta pilihan pada Lauren antara saya dan Clara, jika keduanya dalam bahaya siapa yang akan dipilih oleh Lauren dan jawaban Lauren sendiri juga membuat saya terkejut. karena Lauren lebih memilih saya dan membiarkan Clara dalam bahaya.."Mark menatap Indra saat ia mendengar umpatan kasar keluar dari mulut Indra. Sepertinya setelah ini banyak pertimbangan yang harus ia pikirkan tentang dirinya kedepan dengan Lauren."Jangan bilang jika wanita itu mencemburui anaknya sendiri?" tebak Indra yang di Iya kan oleh Mark."Dan semuanya terjadi Sama persis dengan yang terjadi pada anda dulunya...""Maksudmu?" tanya Indra lagi.Mark menghela nafas panjang, "dulu saat Clara ingin mencari beasiswa untuk ke Amerika.
"Clara!!"Langkah Clara terhenti saat ia mendengar Harry berteriak memanggil namanya. Padahal pria itu kini berdiri tak terlalu jauh di depannya.Clara melihat Harry berlari menuju ke arahnya."Hai Harry.." sapa Clara sedikit berbasa - basi.Harry tak menjawab. Ia justru melirik tubuh Clara, memutar gadis itu ke sana ke mari, membuat Clara bingung."Harry. Kau mau apa?"""Kau tak apa kan Cla? Kau dihajar daddy mu?"Clara langsung menggeleng. "Aku tak apa. Memangnya kenapa aku harus dihajar daddyku?"Terdengar helaan nafas lega dari bibir Harry."Kau tahu Clara? kau sudah membuatku dan Jun panik." ucap Harry. Pernyataan Harry membuat Clara diam sejenak."Kalian terlalu berlebihan.." gumam Clara."Kau bilang kami berlebihan??"Clara mengangguk."Itu tak berlebihan Clara. pasalnya saat George mengganggumu dan saat Daddy mu membantumu, Wajah pria itu membuatku gemetar." Clara nya
Merasa kehilangan adalah satu rasa yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Melainkan itu hanya mampu diuraikan dengan tangis. Hanya air mata yang mampu menunjukkan betapa sakitnya rasa itu. Dan rasa itulah yang sekarang menggerogoti hati Clara. Nyaris dua minggu ia tak bertemu Mark. Ditambah maminya juga selalu menghubunginya dan membentaknya bahkan mengatainya dengan kalimat yang tak pantas diucapkan seorang ibu pada anaknya. Melihat situasi saat ini dengan ucapan-ucapan maminya, ia yakin jika Mark sekarang ada di Amerika dan sedang bersembunyi. Dimana pria itu berada sekarang? Hanya kalimat itu yang bisa Clara putar-putar di kepalanya. Ia tak bisa menerka lebih jauh. Pasalnya ia sendiri juga tak terlalu tahu tentang Mark. Yang ia tahu ,pria itu seorang CEO dan suami dari maminya. Hanya itu!Tak lebih! Tapi jika untuk hal lain ,ia tahu banyak hal. Apalagi untuk menggambarkan diri Mark. Ia akan sangat ahli. P
Clara tersentak dari tidurnya. Lelah menjaga Mark, ia pun tak sadar jika ia ketiduran. kembali memegang kening Mark. Dan sungguh ia berhasil dibuat khawatir. Pasalnya suhu tubuh Mark masih belum stabil.Ia kembali melirik jam di pergelangan tangannya, "pukul tiga pagi.."Clara menghela nafas panjang. Ia menatap bibir Mark yang pucat.Clara kembali mengambil obat yang tadi ia beli di apotek. Mengambilnya satu butir per bungkusnya.Ia kembali membangunkan Mark. Walaupun sulit akhirnya berhasil. Pria itu membuka matanya."Hmm?" gumam Mark."Minum obat dulu ya.." ucap Clara.Mark mengangguk. Pria itu mencoba untuk duduk dan dibantu oleh Clara.Pria itu memegang kepalanya yang terasa sangat sakit."Tak usah terlalu duduk. Setidaknya agar bisa minum obat saja.." cegah Clara saat Mark berusaha untuk duduk.Mark hanya mematuhi apa yang Clara katakan. Ia menerima obat yang Clara masukkan ke dalam mulutnya. Ia l
Kehebohan terjadi di apartemen Harry. Dan semua itu berasal dari arah dapur."Clara ,kau bisa menghancurkan dapurku!!" teriak Harry yang langsung menarik spatula Clara."Ya Tuhan Harry, aku ahli dalam memasak. Kau jangan takut.!!"Harry menggeleng cepat, "Tidak Clara. Kau lihat? Semua minyak ini mengotori dapurku! Kuah karinya sangat banyak.."Clara menatap Harry yang terlihat stress.Ia menghela nafas jengah. Kenapa Harry bisa seheboh ini. Padahal ini hanya kuah kari yang mudah dibersihkan."Kau terlalu berlebihan Harry.""Kau yang keterlaluan. Kenapa tak di dapur apartemenmu saja?"Clara mengutuk dalam hatinya. Bagaimana ia bisa membawa teman-temannya ke sana sedangkan di sana ada Mark.Alhasil sepanjang proses masak-memasaknya, Clara hanya diam dan mencoba untuk tak terpancing dengan semua yang Harry celotehkan padanya.
Mark berlari kencang menuju mobilnya. Sedari tadi ia mencoba menghubungi Clara namun gadis tersebut tak mengangkat panggilannya.sebenarnya ia tahu di mana keberadaan Clara saat ini. oleh karena itu, ia harus menjemput gadis tersebut dan mengatakan padanya jika Lauren sangat berbahaya.Namun Saat memasuki mobilnya, ia dikejutkan dengan suara ponselnya yang berdering dan saat ia melihat layar ponsel tersebut, ia bisa membaca nama Indra ada di sana.Dengan cepat Mark mengangkatnya."Kau di mana?" tanya Indra dari seberang sana."aku di kantor.." jawabnya."kau bisa mencari Clara sekarang? barusaja Lauren menghubungiku. kurasa Wanita itu sudah amat sangat gila."Mark terdiam sejenak, "Tadi pagi dia ke kantorku. mantan istrimu itu mengamuk sejadi-jadinya seperti orang gila saat bertanya di mana Clara sekarang.." ucap Mark yang membuat Indra seketika terdiam."Dia juga mantan istrimu.." ucap Indra.Mark tak
"Mereka sekarang ada di salah satu rest area di dekat perkampungan."Lauren nampak berang. Tebakannya sama sekali tak meleset. Clara ada bersama Mark dan pria itu mengatakan jika dirinya tak tahu apa-apa soalan Clara.Lauren tersenyum menakutkan."Kalian pikir aku akan lengah begitu saja.." ucapnya sambil menatap foto pernikahannya yang ada dalam ponselnya. Di sana berdiri Clara, Mark dan dirinya."Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?"Lauren menggeleng, "Jangan terburu-buru sayang. Kita santai saja. Jangan biarkan permainan kita tercium.."Pria bertubuh kekar itu hanya tersenyum mendengar Lauren memanggilnya sayang.Pasalnya dari Indonesia, ia rela terbang ke Amerika hanya untuk memenuhi permintaan mantan kekasihnya ini. Apalagi ia juga mempunyai banyak akses untuk mendapatkan bawahan terbaik di Amerika.Pria yang biasa dipanggil Rudi oleh Lauren itu berjalan mendekati Lauren. Tanpa permisi, ia langsung mendekati Lau