Malam ini Clara dibuat galau dan susah tidur. sampai saat ini otaknya Masih memikirkan tentang tawaran Mark tadi siang.
Bahkan sudah berbagai cara ia lakukan agar matanya terlelap namun tetap tak bisa. Seolah dalam dirinya saat ini tengah ada yang berkobar menyemangati sehingga adrenalinnya berpacu lebih cepat.
Ia seperti seorang gadis yang akan melaakukan kencan esok hari, dan membuat dirinya tak sabar menunggu sampai tidurpun ia tak nyenyak.
Bahkan saat makan malam tadi, ia semakin sering menatap ke arah Mark, walaupun pria itu tak pernah menatap ke arahnya dan lebih memilih untuk bercanda dengan Maminya.
Ia tak peduli dengan hal itu. karena yang ia pikirkan justru hanyalah Sebuah Tawaran dari Mark tadi siang.
Clara menyibak selimut tebal yang ia kenakan dan menendangnya jauh sehingga membuat selimut itu jatuh ke lantai.
Ia harus bicara dengan maminya tapi diluar pasti ada Mark. Bule satu itu pasti akan mengejeknya karena sudah tergiur dengan tawaran sekolah memasak tersebut.
Tapi jika tak Sekarang, kesempatan itu akan hilang karena Mark hanya memberi waktu padanya sampai malam ini dan jawabannya harus disampaikan besok.
Dengan sedikit keraguan, Clara akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan pergi menemui Lauren untuk membicarakan tawaran yang Mark sampaikan padanya tadi siang.
Sebelum melangkah keluar, Clara merapalkan beberapa doa terlebih dahulu, sekaligus ingin merilekskan dirinya menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan sampai membuatnya merasa nyaman.
ini semua ia lakukan untuk persiapan mental nya jika nanti saat keluar ia kembali menyaksikan adegan kemarin malam.
Adegan gila yang membuat otak dan tubuhnya merasa kacau.
Setelah merasa yakin, Ia pun meraih gagang pintu kamarnya dan menariknya sampai Pintu itu terbuka. secara perlahan ia keluar dan sedikit mengintip ke arah ruang keluarga maupun dapur, dan ternyata disana Sudah Tak Ada siapa-siapa Lagi.
Clara semakin melangkah keluar. secara perlahan ia kembali menutup pintu kamarnya dan mulai melangkah menuju ruang tv.
Ruangan tempat ia berdiri saat ini sudah gelap bahkan yang memberikan cahaya hanya sinaran bulan yang memantul dari jendela kaca dan dinding-dinding kaca.
Ia menengadah ke arah atas melihat kamar maminya yang juga sudah tertutup. sebenarnya ia tak yakin ingin berbicara kepada maminya malam ini, karena ia yakin Mark akan mendengarnya juga.
tapi mau bagaimana lagi, kesempatan itu hanya terjadi satu kali dan itu berakhir hari ini.
Sekali lagi Clara ingin meyakinkan dirinya dan mencoba untuk memberanikan diri untuk menemui Lauren.
ia melangkah perlahan menuju kamar Lauren. Clara menarik nafasnya perlahan dan menghembuskannya kembali.
secara perlahan ia meraih gagang pintu kamar maminya dan membuka pintu tersebut secara perlahan.
Di sana ia bisa melihat maminya yang masih terjaga dengan Mark yang sudah tertidur.
Jujur sebenarnya ia merasa heran. padahal maminya belum sah menjadi istri Mark tapi kenapa mereka sudah tidur dalam satu kamar bahkan sudah melakukan hubungan yang layaknya suami istri.
Ia sebenarnya ingin bertanya tapi itu bukan haknya dan Ia juga tak ingin ikut campur dengan urusan dewasa seperti itu.
Clara mengetuk pintu secara perlahan. ia tak ingin mengganggu tidurnya Mark.
Lauren yang mendengar suara ketukan walaupun pelan langsung melirik ke belakang dan menatap Clara dengan sedikit heran.
Lauren langsung berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati sang anak.
" Clara? Ada apa malam-malam gini belum tidur?" tanya Lauren.
Clara melirik sejenak ke arah Mark yang sedang tertidur pulas lalu kembali menatap maminya, "Mi, Clara mau ngomong bentar boleh kan?"
mendengar pertanyaan sang anak, Lauren pun menyipitkan matanya, "mau nanya apa? Kok serius banget?"
"jangan di sini Deh mi, di bawah ya.." ucap Klara sambil membujuk Maminya.
Lauren pun mengangguk. ia berjalan keluar dan menutup pintu kamarnya secara perlahan dan mengikuti sang anak untuk duduk di ruang tv.
" Kenapa? ada apa?" tanya Lauren. Ia bisa melihat sedikit keraguan di mata Clara, namun ia sangat penasaran dengan raut wajah anak kandungnya itu.
"Kamu kenapa sayang? cerita sama Mami. kamu kenapa?" tanya Lauren yang semakin khawatir .
Clara menggelengkan kepalanya, lalu meraih jemari maminya.
"gini Mi, tadi saat Om Mark jemput Clara ke kampus, di perjalanan dia bilang sama Clara kalau perusahaannya menyediakan dana cuma cuma untuk membiayai sekolah masak di Amerika. dan itu hanya berlaku untuk satu orang dan tadi Om Mark sebutin itu ke Clara." Ucap Clara dengan serius. Ia menatap mata Maminya dengan ragu. Ia takut maminya akan marah dengan yang ia katakan tadi.
Namun ternyata ia salah. wanita itu justru tersenyum dan langsung menangkup pipi Clara dan mengusapnya lembut.
"Mami pikir Ada apa, ternyata sekolah memasak ya. kamu ini, bikin Mami khawatir sama raut wajah kamu.." ucap Lauren santai.
mendengar ucapan maminya, Clara pun hanya tersenyum malu.
"Jadi kamu minat tawaran calon Daddy kamu?" tanya Lauren.
Clara mengangguk antusias. "sebenarnya Mark sudah sampaikan ini pada Mami tadi dan sebenarnya Mami juga berharap kamu memilihnya. setidaknya Mami nggak khawatir karena kamu dalam pantauan Daddy kamu nantinya." ucap Lauren, "Kalau soalan beasiswa, Mami nggak bisa pantau kamu dan Daddy kamu juga enggak bisa pantau Kamu nanti. tapi kalau kamu pilih ini, Mami setuju. biar nanti mami yang sampaikan pada Mark, gimana?" Clara tersenyum manis dan mengangguk.
seketika Ia tak percaya apa yang ia sampaikan tadi diterima dengan baik oleh maminya.
Ternyata maminya sudah menunggu jawaban Iya darinya.
"Clara mau Mi, Clara akan urus semuanya..Mami mau kan sampai in pada Om Mark?" tanya Clara antusias.
Lauren pun mengangguk. setelahnya ia langsung mendapat pelukan hangat dari sang anak, "Makasih ya Mi. Clara janji Clara nggak akan sia-siain kesempatan yang diberikan ini pada Clara. Clara akan belajar dengan rajin dan Clara akan jadi chef terkenal.."
Lauren kembali mengangguk, "Mami tahu kan? Clara suka masak.." Lauren tersenyum Haru.
setidaknya dengan cara ini ia bisa mendekatkan Mark dengan Clara dan ia berharap Clara bisa menganggap Mark sebagai Daddy nya suatu saat nanti.
dan sekarang Cara yang terbaik adalah Clara masuk sekolah yang dibiayai oleh Mark dan kehidupan anak gadisnya itu akan dipantau oleh Daddy nya itu nanti di Amerika sana.
"Yaudah, Clara tidur dulu ya Mi. makasih mami.." Lauren mangangguk.
"Sama-sama Sayang, Ya udah kamu tidur gih.! mimpi indah ya!" kali ini giliran Clara yang menggangguk.
setelahnya ia berdiri dan langsung berjalan menuju kamarnya, namun sebelum pergi, ia mengecup pipi maminya terlebih dahulu dan mengucapkan selamat malam.
*****
Clara terbangun karena suara alarm ponselnya yang berdering sangat keras. ia masih setia bergelung dalam selimut tebalnya. Walaupun cuaca cerah, tapi karena di kamarnya di oasang AC, jadilah ia harus tetap berselimut. Ia tak mau ambil resiko masuk angin saat bangun pagi.di dalam selimut tebalnya, ia melirik ke arah jendela yang tertutup gorden. dari balik gorden tersebut ia bisa melihat jika di luar sana matahari sudah bekerja menerangi bumi.Sepertinya Ia tidur dengan nyenyak. itu ia rasakan karena tubuhnya yang segar saat bangun pagi ini.Clara kembali menggeliat meregangkan semua otot-otot di tubuhnya.Hari ini hari sabtu dan ia sama sekali tak ada kegiatan apapun. alhasil hari ini sepertinya Ia hanya akan bermalas-malasan di rumah saja.Bahkan untuk sarapan pagi pun iya melupakannya. Clara melirik ke arah jam dinding yang tertempel di dinding kamarnya, Di sana ia bisa melihat jarum pendek menunjukkan pada angka sepuluh.
Buat teman2 pembaca, aku mau ingatkan, cerita ini hanya fiktif belaka. Hanya karangan kegilaan author. Jadi jika saat kalian baca membuat kalian berpikir tak logis, ingatlah kembali jika cerita ini hanya karangan yang bisa di imajinasikan segila mungkin. Hehehe ***** Pagi ini kurasakan tubuhku terlalu berat untuk terjaga. Pasalnya semalam aku baru saja menghabiskan malam yang panas dengan calon istriku yang sudah janda namun seperti gadis. Entah kenapa tubuhnya begitu nikmat kurasakan. Apalagi saat aku memasukkan milikku ke dalam miliknya dan sungguh, mungkin ini adalah salah satu surga dunia. Lauren sudah pamit sejak setengah jam yang lalu. Ia mengatakan jika Clara ada di kamarnya dan jujur, lelahku membuat diriku tak berminat menemui Clara hanya sekedar untuk bertanya 'apa kegiatanmu hari ini'. Buang-buang tenaga. Aku kembali memej
Mark membuka matanya saat ia mendengar suara pintu yang tertutup pelan.ia menatap ke arah pintu itu lalu melirik 'adik kecilnya' yang terlihat miris.Bagaimana tidak, setelah Clara membuatnya berdiri tegang tanpa ada akhir tertidur kembali, dengan tidak tahu dirinya gadis itu pergi begitu saja meninggalkan dirinya yang minta diselesaikan.Mark duduk dari tidurnya lalu ia turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi.sepertinya ia butuh pelampiasan untuk melepaskan semua ketegangan di tubuhnya pagi ini karena ulah Clara.dengan kesal Mak membanting pintu kamar mandi. ia menyalakan shower lalu bermain dengan sabun.ya, kalian tahu lah apa yang dilakukan Mark di dalam kamar mandi tersebut.Seperempat jam pun berlalu. Mark tak ingin berlama-lama di dalam kamar mandi, karena jujur ia tak menyukai ruangan kecil tersebut.bahkan untuk berendam saja Ia jarang.Setelah rapi dan wangi, pria itu
Siang ini Clara sedang makan bersama di cafe bersama teman-temannya.Setelah hari ini Mark membuatnya kesal setengah mati, kini Ia memutuskan untuk menemui teman-temannya di cafe, lebih tepatnya teman-temannya bekerja di cafe tersebut.Setidaknya bisa bertemu teman-teman gilanya hari ini ia harapkan bisa memberinya semangat dan mood nya balik kembali."Tumben lu ke sini? biasanya paling malas keluar rumah.." tanya Mona yang saat itu Tengah menyodorkan menu padanya."Enggak ada. Gue lagi males di rumah. bosen..." jawabnya simple.Mona hanya mengangguk sambil ber-oh Ria merespon ucapan Clara."Mana si Tama?" tanya Clara lagi sambil melirik kesana kesini mencari si pemilik kafe yang juga adalah temannya sendiri."Enggak tahu. dari pagi enggak muncul-muncul tu orang. galau lagi mungkin..." ucap Mona sekenanya."galau lagi Maksud lo?" tanya Clara bingung.Mona mengangguk, "biasalah sa
Clara merasakan jantungnya berdetak cepat. Matanya tak lepas menatap mata tajam Mark, tatapan tajam mata Mark Menghujam tepat di bola matanya membuatnya tak bisa berkutik sama sekali.Entah kenapa jantungnya mendadak gila seperti ini. Jika semua ada hubungannya dengan calon ayah tirinya ini, ia langsung dibuat pasrah. Bahkan jika di suruh telentang di atas ranjang pun ia mau.Ya Tuhan, otak lo Ra..Clara mengumpati dirinya sendiri yang begitu murahan di hadapan Mark jika benar ia melakukan itu.Namun Bibir tebal dan padat milik Mark membuatnya sangat ingin melumatnya. Katakanlah tubuhnya ini begitu murahan, tapi apa mau dikata. Ia sungguh ingin menyentuh bule di depannya ini.Clara yang tadinya masih sibuk menatap Mark tiba-tiba terpekik saat Lengannya digenggam kasar oleh Mark."Awww.. Sakit woy!!" teriak Clara tanpa sadar. Ia meringis dan menggenggam lengannya yang tadi digenggam Mark kasar."Sadar ini jam berapa?"
Cinta itu memang gilaHaaaah! Mimpi apa ini...Clara mengusap wajahnya yang dialiri keringat. Ia baru saja terbangun dari tidurnya karena mimpi super gila yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.Nafasnya sesak. Tubuhnya merasakan hal yang aneh. Seperti apa yang ia mimpikan itu benar nyata terjadi.Clara menyibak selimutnya kuat. Pakaiannya masih utuh.Oh tidak, ia tak mengenakan pakaian saat tidur. Kebiasaan Clara, ia hanya menggunakan celana dalam saat tidur dan tak mengenakan apa-apa lagi.Ia meraba bagian bawahnya, "Basah.." bisiknya.Ia melirik jam dinding di kamarnya. Masih jam dua subuh dan ia sudah dibuat terbangun sebangun bangunnya.Clara menelentang kembali. Ia menatap langit kamarnya lalu menatap ke arah pintu.Matanya sedikit menyipit saat ia melihat ada jelah cahaya yang masuk dari sela pintu yang terbuka.
Kegilaan ini memang begitu memaksa. Saat aku tak mau hal seperti ini terjadi, aku justru merasakan detakan paling gila dalam hidupku.Dia.Dia yang kini mengapitku di antara kedua tangannya dan menyandarkanku pada dinding membuatku ingin berteriak ,namun entah kenapa lidah terasa begitu kelu.Tubuhku begitu munafik. Saat hatiku menginginkan aku berteriak, otakku justru memerintahkan tubuhku untuk diam dan nikmati.Wajah tampan yang terlihat nyata. Aku sering melibat bule dalam keseharianku. Apalagi mami yang memang punya banyak rekan bisnis dari asing.Namun dari semua bule yang kutahu, hanya ini yang berhasil membuat jantungku menggila. Sungguh menggila.Kalian pikir ini tak susah? Apalagi pria di depanku ini adalah kekasih mami ku dan tentu saja rencana pernikahan mereka sudah direncanakan. Dan jika sudah seperti itu, bagaimana dengan diriku nanti saat ia melanjutkan rasa di hatiku.Terluka?Tentu saja. Aku akan t
Lembut.Hangat.Kenyal.Itulah yang saat ini Clara rasakan pada bibirnya. Sedari tadi sejak ia mengangguk mengiyakan apa yang Mark sarankan, yaitu sesuatu yang lebih.Jika dengan otak normal ,kelakuan Clara saat ini sungguh sangat tidak terpuji. Bahkan bisa dikatakan ia sangat murahan ,namun bagaimana lagi, saat ketertatikan dan rasa penasaran begitu besar, gairah pun tak dapat di tolak.Seperti saat ini. Ia kini tengah berbaring di ranjang maminya. Ranjang yang juga pernah maminya gunakan untuk bercinta dengan Mark.Gilanya lagi, ranjang itu saat ini ia yang gunakan. Dengan lelaki yang sama.Ia merasa sangat murahan. Menusuk maminya dari belakang. Namun setan terus membuatnya terlena. Setan dan iblis yang menjadikannya seperti ini. Dan setan itu menjelma dalam wujud pria tampan nan panas.Kalian pasti tahu siapa pria yang Clara maksud.Tentu saja Mark.Mereka berdua kini sudah dipuncak nafsu dan gairah. Di mana