Share

Pecundang yang Bodoh

Bima hanya tersenyum geli. Ia menertawakan kebodohan Darma yang menurutnya terlalu konyol. "Pria itu masih belum berubah," ucap Bima sambil tertawa.

"Kau sudah gila ya? Kenapa kau tertawa seperti itu?!"

"Hahahaha ... Tidak apa-apa, aku hanya tak mampu untuk menahan rasa geli di perutku. Tadinya aku pikir kau telah berubah. Tapi ternyata, sikap polos dan pengecutmu masih tetap sama seperti 12 tahun yang lalu!"

"Kau!!" Darma semakin marah.

Ia sebenarnya ingin menonjok wajah Bima menggunakan tinjunya. Tapi, ia sadar diri untuk tak melakukan itu karena ia tahu kekuatan bela diri Bima.

Ia pasti tak akan menang melawan Bima yang sudah mencapai level tertinggi di empat cabang bela diri sekaligus yaitu taekwondo, silat, karate dan judo. Akan menjadi sangat konyol jika ia nekad melakukan semua itu tanpa perhitungan yang jelas.

"Tunggu kau! Pak Ilyas sebentar lagi akan datang. Kau akan menyesal telah berbuat seperti itu kepadaku!" ancam Darma.

Tak begitu lama, seorang pria paruh baya keluar dari dalam gedung. Bersamanya juga ada tiga orang lagi yang dari penampilannya merupakan orang penting di perusahaan tersebut.

"Pak Ilyas?" Darma membungkukkan punggungnya 90 derajat. Belum sempat dia menaikan punggungnya lagi, ia kembali membungkuk ketika melihat tiga pria lain di belakang Ilyas.

"Pak Erwin, Pak Ade dan Pak Yadi?" ucapnya penuh hormat dan heran kenapa bisa tiga komisaris utama di perusahaannnya itu bisa datang kesana.

"A-ada apa ini, pak? Kenapa semua komisaris datang ke tempat ini?" bisik Darma kepada Ilyas.

Wajah Ilyas nampak ketakutan. Ia terlihat sangat berhati-hati saat berbicara. "Apa yang telah kau lakukan, Darma! Kesalahanmu telah membahayakan posisiku sebagai atasanmu!" bisik Ilyas.

"Apa? Kesalahan? Aku tidak mengerti."

"Jika kau saja tidak mengerti, apa lagi aku! Cepat minta maaf sekarang juga!" bentak Ilyas.

Darma langsung menghadang langkah ketiga komisaris utama tadi. Ia lalu bersujud di kaki mereka sambil meminta maaf.

"Maafkan aku pak? Aku mohon ampun atas kesalahanku. Kumohon jangan memecatku!" Mohon Darma. Ia yang sudah terbiasa menjilat kaki atasannya tak merasa malu telah bersujud seperti itu di depan orang ramai.

Bukannya mendapat respon yang positif, Pak Erwin malah menepis tangan Bima dan segera melewatinya begitu saja. Begitu pula dengan Pak Yadi dan Pak Ade, keduanya tak ada yang menggubris ucapan Darma.

Darma pun akhirnya malu hati. Para bawahan yang ketiga komisaris itu juga datang kesana. Begitu pula dengan sekertaris utama Surya Express, Nadya Andita yang terkenal karena kecantikan dan kepintarannya. Dia adalah primadona di perusahaan tersebut dan menjadi incaran Frans selama bertahun-tahun.

Darma menjadi heran. Ada apa ini? Kenapa semua orang penting di perusahaannnya berkumpul hari ini?

Pemandangan selanjutnya pun semakin membuat ia terkejut bukan main. Para atasannya dan semua orang penting itu secara serentak memberi hormat kepada satu orang.

Dia adalah Bima. Si gembel yang telah melemparkan sepatu berkotoran kucing ke wajahnya. Darma pun terkejut.

"Tidak! Itu tidak mungkin!" Darma hampir terjungkal sangking kagetnya.

"Itu tidak mungkin! Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?!" Darma terkejut dengan pemandangan yang ada di depannya. Bukan hanya dia, pak sekuriti yang tadi juga tak kalah terkejutnya.

"Apa yang terjadi pak? Apa kita telah melakukan kesalahan besar?" tanya pak sekuriti ketakutan.

"Diam kau!" bentak Darma. Tubuhnya menjadi gemetar.

Yadi Admaja, Erwin Saputra dan Ade Prayoga adalah tiga orang paling penting di perusahaan itu. Mereka merupakan tangan kanan langsung kakek Pramono yang ditugaskan untuk mewakilinya menjalankan perusahaan.

Tidak ada yang berani menentang ketiga orang penting itu. Pengaruh mereka sangat kuat. Sekali saja ada yang berani melawan, maka dapat dipastikan karir mereka akan berakhir.

"Selamat datang, tuan muda. Selamat datang di perusahaan ini. Maaf, jika aku dan jajaranku tak menyambutmu dengan baik," ucap Erwin penuh rasa hormat.

Bima hanya tersenyum kecil. Ia melihat wajah Darma yang ketakutan.

"Tu-tuan muda? Bagaimana bisa pria gembel itu dipanggil tuan muda?! Ini pasti kesalahan!" Darma kembali histeris. Ilyas langsung mengepak kepala Darma yang tak bisa diam.

"Hati-hati jika berbicara! Siapa yang kau sebut gembel? Apakah kau tak tahu siapa pria yang kau sebut gembel itu?" cecar Ilyas.

"Tapi, pak ... Pria itu memang gembel. Aku sudah mengenalnya sejak lama. Dia adalah pria miskin yang dibesarkan di panti asuhan. Bahkan istrinya saja meninggalkannya karena kondisinya yang begitu miskin!"

Lanjut ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status