Share

Dihina Mantan Sahabat

"Aku Bima, dar. Kamu lupa siapa aku? Kita kan dulu teman akrab?"

"Bima ...." Darma memicingkan matanya. "Ah, iya ... Aku ingat. Bima si anak panti itu kan? Maaf, aku gak ngenalin kamu karena penampilanmu yang kayak gembel!"

Bima terhenyak mendengar ucapan mantan sahabatnya itu. Ia tak menyangka bahwa jarak waktu 12 tahun, telah mampu mengubah orang sedemikian parah.

Ralat! Bukan waktu yang mengubahnya, tapi uang. Uanglah yang telah mengubah sifat Darma menjadi angkuh seperti itu.

"Mau ada apa kamu kemari?" nada bicara Darma yang angkuh masih belum berubah.

"Oh, aku ada urusan disini. Aku ada janji dengan seseorang.”

"Bidang apa?"

Belum sempat Bima menjawabnya, pak sekuriti yang tadi langsung menjawab. "Dia lagi mau ngelamar jadi OB pak. Office boy!"

"Oh, office boy?" Darma tertawa mengejek. Sekuriti berwajah masam yang tadi juga ikut tertawa.

"Iya, pak. Dia kesini mau ngelamar jadi office boy. Saya tadi udah nyuruh dia untuk lewat belakang. Tapi orangnya ngeyel pak, malah masih ngotot mau ada disini!"

"Ya, namanya juga gembel! Dikasih tahu sekali ya mana mau ngerti. Lain kali, harusnya kamu gak usah suruh dia masuk. Usir aja dia dari sini, daripada ganggu penglihatan!"

Mendengar hal itu melukai harga diri Bima yang sejak tadi mencoba untuk bersikap ramah. Ia tak percaya bahwa kata-kata pedas itu keluar dari mulut Darma.

Dua belas tahun yang lalu, Darma bukanlah orang yang seperti itu. Dia adalah orang yang ramah dan gemar membantu orang lain. Tidak nampak sedikitpun sifat angkuh pada dirinya.

Dia bahkan sering membantu Bima saat dalam kesulitan. Begitu juga dengan Bima yang sering membantunya saat Frans cs, mengganggunya saat SMA. Mereka adalah sahabat yang saling melindungi satu sama lain.

Meski berwajah sama, pria yang ada di depan Bima ini bukanlah orang yang sama dengan Darma yang dulu. Dia seperti pria asing yang tak pernah Bima kenal sebelumnya.

"Kau sudah mulai bekerja hari ini kan? Kalau begitu, cepat cuci sepatu ini! Aku tak sengaja menginjak kotoran saat melihat mu tadi!"

Darma melemparkan sepasang sepatu miliknya ke arah Bima. Nampak kotoran kucing menempel di bagian bawah sepatu itu.

Bima menjadi tersinggung. Ia lalu mengambil sepatu berkotoran kucing itu dan melemparkannya kembali ke arah Darma yang sudah berjalan ke arah pintu.

"Hey, kau!"

Plak!!

Sepatu itu mengenai wajah Darma yang tak sengaja berbalik saat Bima melemparkannya. Wajah Darma yang mulus karena sering perawatan di klinik kecantikan tersebut pun kini dihiasi dengan remahan kotoran kucing.

"Kurang ajar! Apa yang kau lakukan?!" bentak Darma.

Bima menyeringai. Ia merasa puas telah mengenai sasarannnya dengan tepat. "Rasakan itu!" ucapnya puas.

"Hey, kau tidak tahu ya siapa orang yang kau lempar dengan sepatu kotor itu?! Dia adalah wakil manager di perusahaan ini. Jangan macam-macam kau!" maki pak sekuriti.

"Oh iya? Jadi dia hanya wakil manager di perusahaan ini?" Bima mencibir. "Baru punya pangkat yang rendah saja, sudah berani merendahkan orang lain. Dasar tidak tahu malu!"

"Apa katamu?!" Wajah Darma memerah. Ia menyingkirkan kotoran-kotoran kucing itu dari wajah dan juga pundaknya.

"Kau yang tidak tahu malu! Berani sekali kau melemparkan kotoran itu ke wajahku! Awas kau! Akan kupastikan kau tidak akan pernah diterima di perusahaan ini, dasar gembel!"

"Seberapa yakin kau dapat menghalangiku untuk bekerja di perusahaan ini?" tantang Bima.

Aura Bima yang kuat, mampu mengintimidasi Darma yang sebenarnya pengecut. Ia hanya berani dengan orang yang ia anggap rendah. Pria itu tidak tahu apa-apa tentang Bima.

Begitu pula saat mereka masih duduk di bangku SMA. Meski terlahir dari keluarga kaya, Darma adalah orang yang penakut. Ia berteman dengan Bima agar Frans dan kawan-kawannya tidak memalaknya.

Sebenarnya sifat Darma yang jelek sudah terlihat sejak saat itu. Ia hanya mau berteman jika hal tersebut menguntungkan baginya. Tapi, karakter Bima yang tulus saat berteman, membuat ia selalu berfikiran positif dengan orang-orang di sekitarnya.

"Tunggu, kau! Aku akan menelpon bagian HRD dan mengatakan bahwa kau adalah orang yang bermasalah! Jangankan menjadi OB, menjadi tukang minta-minta di perusahaan ini pun kau tak akan bisa!"

Darma langsung mengeluarkan ponsel berlogo apel miliknya. "Hallo, pak Ilyas? Ini aku. Apakah hari ini ada wawancara penerimaan karyawan baru?" Ucap Darma menelepon. Seseorang di ujung sana terdengar berbicara.

"Iya, pak. Aku ingin menginformasikan kepadamu, bahwa ada seorang kriminal berbahaya yang ingin mendaftar ke perusahaan kita. Harap untuk mendiskualifikasikannya!" lanjut Darma mengadu.

"Iya, pak. Pria itu sangat berbahaya dan bermasalah. Namanya Bima. Ia tidak punya nama belakang. Pokoknya jangan pernah terima dia di perusahaan ini!"

Tut!

Darma menutup sambungan teleponnya. "Lihat, kau! Aku sudah menelpon manager HRD tentang penerimaanmu. Habis kau! Kau tidak akan pernah mendapatkan pekerjaan itu!"

lanjut ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status