Sudah suratan takdir dari Sang Maha Kuasa bahwa jalan hidup Angi penuh dengan dunia mistis. Sebagai manusia, Angi tidak mampu mengubah takdir. Namun, ia masih berjuang untuk menjadi manusia yang lebih baik.Angi yang masih terbaring lelap di tempat tidurya tak sadar bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi. Ia terbangun karena mendengar suara adzan subuh berkumandang. Ia bergegas untuk melaksanakan ibadah shalat subuh.“Alhamdulillah malam ini aku diberikan tidur yang nyenyak,” bersyukur Angi dalam untaian doa kepada sang pencipta.“Aku lelah dengan para makhluk gaib yang bermunculan di depanku,” keluh Angi dengan indra keenam yang ia miliki.“Semoga makhluk yang mengganggu tidurku kemarin lusa tidak menjadi bahaya bagiku,” ucap Angi dengan kekhawatiran.Angi kemudian bergegas me
“Tak kusangka takdir arwah laki-laki itu begitu pilu,” ucap Angi yang sedang duduk di kursi kamarnya. “Apakah dia akan kembali ke alamnya? Atau tetap dalam belenggu sang ular raksasa itu?” tanya Angi mendalam. ”Aku bukan super hero yang bisa menolong orang lain. Hanya kelebihan dari sang pencipta ini yang ku jaga,” ucap Angi dengan nada kesal. ”Andai saja aku tidak punya indra keenam ini. Mungkin hidupku akan lebih tenang. Aku tak perlu menyaksikan hal-hal gaib seperti tadi.” Kejadian kecelakaan tadi membekaskan rasa pilu dan misteri untuk Angi. Ia merasa kecewa karena tak bisa membantu apapun terhadap sang korban kecelakaan. Di sisi lain, ia bertemu dengan sang ular yang tak asing baginya. “Aku harus menanyakan soal ini kepada ayah,” ucap Angi. “dan makhluk yang selalu menggangguku itu. Menyebalkan.” Angi kemudian mengambil handphone dan langsung menelpon ayahnya yang berada di kampung. Angi menceritakan semua kejadian yan
Angi yang masih dalam keadaaan pingsan itu kemudian terbangun karena suara HP yang berdering. Nada dering HP tersebut memecah keheningan di kamar Angi. Musik instrumental khas jawa yang menjadi nada dering Angi ini seakan mengantarkannya untuk terbangun.Angi yang baru saja tersadar dari pingsannya langsung mencari HP yang berdering. Tak disangka sang kakek buyut menelpon Angi. “Kenapa kakek buyut nelpon ya?” ucap Angi sambil menatap layar HP yang berdering. “Assalamualaikum, Angi. Gimana kabarmu ndok? Kamu sehat kan di sana?” berkata sang buyut kepada Angi yang masih duduk di atas lantai. ”Aku sehat kek. Kakek tumben menelpon Angi. Ada apa kek?” ucap Angi. ”Semalam Ki Slamet datang kepada kakek. Katanya dia sudah ngobrol sama kamu ya ndok?” kata sang uyut. ”Kamu sudah siap?” ”Tidak kek, maaf. Aku tidak mau,” balas Angi. “Garis hidupmu adalah menjadi paranormal. Mau kamu jungkir balik di dunia tetap takdirmu adalah paranorma
“Pendarahan yang sangat hebat tapi pasien ini bisa melaluinya dengan selamat,” tutur seorang dokter jaga di ruang ICU. “mukjizat itu memang nyata.” “Ini data profil pasien beserta riwayat penyakit yang dideritanya dok,” ucap perawat yang sedang bertugas. “Baik. Tolong resepkan ini kepada pasien, Co-amoxiclav, untuk mempercepat penyembuhan luka dan kesadarannya segera pulih,” ucap sang dokter. “Baik, dok,” ucap perawat. Dokter Alan sebagai dokter jaga di ruang ICU tempat Angi di rawat kemudian memanggil anggota keluarga Angi. Tak lama, datanglah adhimas sebagai perwakilannya. “Dengan keluarga Angi?” tanya dokter. “Saya perwakilan dari keluarganya pak. Keluarga Angi masih di kampung belum tiba disini,” jawab adhimas. ”Baik. Begini pak Adhimas. Saya sampaikan bahwa pasien Angi ini bisa rawat jalan apabila kondisi luka sudah 70% membaik dan kesadarannya sudah stabil. Untuk saat ini kondisinya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya t
Di tempat lain, suara mikrofon dari ruang ICU terdengar dengan jelas oleh Adhimas yang sedang berada tak jauh dari ruang tunggu pasien. Ia langsung berjalan cepat menuju ruangan Angi. Adhimas terkejut dan tak menyangka sama sekali dengan apa yang terjadi.Ibu kos dan Nisa yang juga sedang berada di ruangan menangis sejadi-jadinya.Ruangan ICU yang dingin menumpahkan rasa kehampaan dan ketidakpastian.Dentingan suara alat bantu itu terdengar semakin tak berirama. Irama demi iramanya mulai tak tersusun dengan rapi. Wajah sang dokter dan perawat tak bisa membohongi kondisi yang terjadi. Wajah pucat pasi menghiasi wajah Angi yang sejak tadi malam tak memberikan perubahan.“Ada apa dok?” tanya Adhimas cepat.“Bagaimana ini bisa terjadi?”“Sabar pak Adhimas. Kami sudah berusaha memberikan yang terbaik untuk pasien. Namun, tiba-tiba saja pasien mengalami penurunan tingkat kesadaran yang sangat tinggi. Semua langsung drop
Perjalanan bapak dan emak menuju Jakarta berubah menjadi suram. Hanya doa yang bisa mereka panjatkan agar anaknya bisa istirahat dengan tenang di alam sana. Mobil travel itu pun terus melaju dengan cepat menuju Rumah Sakit. Suasana malam kota Jakarta dengan taburan lampu-lampu jalanan yang remang mengiringi perjalanan menuju Rumah Sakit. Jalan raya yang terbentang luas tak satupun terlihat kendaraan berlalu-lalang. Sunyi dan sepi. Namun, gedung-gendung pencakar langit itu seakan masih menunjukkan kehidupan. Terlihat angkuh untuk sosok mata yang sederhana. Perjalanan mulai diiringi gemercik hujan. Tetesan air itu mulai menjatuhi kaca mobil yang terang. Terlihat titik-titik air itu membulat dan memenuhi semua ruang kaca mobil. Tetesan itu jatuh perlahan dan tak membuat gaduh. Hujan itu seakan hanya ingin mengalihkan perhatian mereka yang sedang berkelabu. Iringan hujan terus menemani mobil travel yang melaju di Jl. Diponegoro. Suasana Kenari di malam ha
Raka berjalan cepat menuju pintu keluar rumah dan ia terhenyak. Ia tak mampu berkata-kata saat melihat jenazah adiknya dikeluarkan dari dalam mobil. Ia menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Lalu, seluruh badannya mulai terkujur lemas hingga tak mampu menopang badannya yang tinggi semampai seperti TNI itu. “Raka!” ”Raka, cepat bantu ke sini!” ucap emak dari sisi ambulance. Suara emak yang memekik sontak membuyarkan kebingungan Raka. “Iya, mak,” jawab Raka dengan tertatih. Ia berlari menuju ambulance dan tanpa ragu ia langsung memegang keranda adiknya itu. Dengan wajah menahan sedih dan berusaha membendung air matanya itu, Raka menyimpan salah satu kaki keranda itu di atas bahu kanannya. Mereka berjalan perlahan menuju ke rumah. Salah satu tetangga datang menghampiri emak yang sedang berjalan menuju ke rumahnya. “Mak, maaf, siapa yang meninggal?” tanya si tetangga. “Angi, mbak. Tolong maaf kan Angi bila ada kesalahan d
Ia membuka pintu mobil dan keluar. Ia berlari sekencang-kencangnya menjauhi mobil itu. Ia berlari tanpa menoleh ke bekalang. Makhluk itu menjatuhkan dahan pohon tepat di depan wajah pak supir.“Baaakkkk!!” badan pak supir menabrak dahan itu dan terjatuh dengan kepala terbentur batu besar.Mereka semua mati. Makhluk itu tertawa senang dengan darah segar yang mengalir dari manusia tak berdaya.*Di Masjid.Saat imam menoleh ke sebelah kiri dan mengucapkan salam terkahir dalam shalat jenazah, keranda jenazah berguncang.Sang imam yang baru saja menyelesaikan rukun shalatnya, sontak terkaget dengan keranda yang berguncang tepat di depan dirinya.“Astagfirullahh!!”“Allahu Akbar!!”Para jamaah shalat jenazah terheran dengan perilaku sang imam yang sedikit berteriak itu. Barisan depan jamaah yang tepat di belakang sang imam langsung membuyarkan barisannya tanpa aba-aba dari sang imam.