Share

Masa Lalu

Suasana malam hari kota Jakarta turut menjadi pengantar tidur Angi. Suara sayup-sayup kendaraan yang masih berlalu-lalang di jalan raya. Suara kehidupan kota yang tak akan pernah tertidur. Bagi sebahagian orang, malam menjadi siang mereka. Kehidupan malam yang menggantikan siang ini benar-benar membuat sang kota menjadi arogan.

 

Di tempat lain, Adhimas yang baru saja mengirim pesan W******p kepada Angi kemudian memasukkan HP nya ke dalam handbag kecil miliknya.

 

”Sudah sampai, pak,” berkata sang supir taksi.

 

”Oh, iya, pak. Terima kasih,” respon Adhimas.

 

Ia bergegas turun dari taksi tersebut dan berjalan menuju rumahnya. 

 

 

*

 

Adhimas adalah seorang pria tampan bertubuh tegap dan memiliki tinggi di atas pria Indonesia pada umumnya. Kulit kuning langsat membaluti tubuhnya. Tak terlihat sedikitpun cacat luka di kulitnya. Wajah tampan campuran kebangsaan turki dan khas sunda terasa sekali dalam setiap tatapan matanya yang bulat coklat dengan dihiasi bulu matanya yang centik. Rambut hitam sedikit ikal menambah kesan turkish-nya.

 

Ia terlahir dari keluarga sederhana. Pekerjaan ayahnya sehari-hari adalah seorang petani cabe. Ia mengelola sendiri lahan cabenya dan memperluas lahannya sehingga bisa menafkahi keluarganya. Ayahnya sangat ulet bekerja seperti ciri khas orang jawa pada umumnya. Ibunya keturunan suku sunda yang memiliki pekerjaan sebagai seorang penjahit pakaian. Dalam seminggu ia bisa menerima pesanan jahitan pakaian. Tak jarang konsumennya suka sekali dengan jahitannya yang sangat rapi dan presisi. 

 

Sebuah rumah di pedesaan, rumah sederhana yang terbuat dari kayu dan dibuat panggung agar tidak bersentuhan langsung dengan tanah adalah tempat berteduh Adhimas dan orangtuanya. Rumah berukuran 5m x 10m itu menjadi saksi sejarah mereka selama tinggal di Karanganyar. Hingga akhirnya mereka harus pindah ke Jakarta dengan suatu alasan. 

 

Adhimas tak menyangka bahwa dirinya bisa terlahir kembali di dalam sebuah keluarga sederhana. Keluarga penuh kasih sayang. Meskipun pernikahan kedua orang tuanya adalah sebuah pernikahan terlarang bagi dua suku sakral di tanah jawa ini. Pernikahan antara suku Jawa dan Sunda sering menuai gosip tak sedap yang katanya mereka akan selau ditimpa masalah dalam kehidupan berumah tangga.

 

Namun, bagi kedua orang tua Adhimas dibanding menelan gosip itu lebih baik berusaha untuk membangun rumah tangga yang nyaman. Mereka berprinsip bahwa masalah ada karena kita hidup. Selama hidup harus berani menghadapi masalah yang datang. 

 

Sejak Adhimas kecil, kedua orang tuanya sangat mengutamakan pendidikan bagi Adhimas. Hingga akhirnya, ia bisa membiayai orang tuanya selama tinggal di Jakarta. Selain dikaruniai paras tampan nan sempurna, Adhimas juga di karuniai kelebihan sebagai seorang indigo. Oleh karena itu, kehidupan yang ia jalani saat ini adalah kesempatan baginya untuk memperbaiki kehidupannya di masa lalu.

 

Adhimas mengalami reinkarnasi dari seorang Prajurit Mataram yang jatuh cinta pada seorang gadis Belanda bernama Mirriam. 

 

Gadis belanda itu sering bermain bersama dengan seorang gadis Jawa bernama Nawang. Nawang adalah anak dari seorang pesuruh atau saat ini biasa disebut pembantu/ asisten rumah tangga di kediaman keluarga belanda itu. Mereka terlihat sangat dekat namun sesekali mereka dipisah karena kasta. 

 

Kehidupan masa lalunya terjadi sekitar tahun 1740 bertepatan pada masa perlawanan terhadap VOC (Vereenidge Oost-Indische Compagnie) yang di pimpin oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian menjadi raja keraton Yogyakarta yaitu Sri Sultan Hamengkubuwana I.

 

Era tahun 1740 adalah masa-masa berat bagi Kerajaan Mataram. Pemberontakan merajalela, dimulai dengan Geger Pacina yang dipimpin oleh Sunan Kuning dibantu Pangeran Sambernyawa, hingga gerakan-gerakan sporadis yang dipimpin oleh Pangeran Sambernyawa sendiri pada hari-hari selanjutnya. Akibatnya keraton harus berpindah dari Kartasura ke Surakarta pada tanggal 17 Februari 1745.

 

Pangeran Mangkubumi kemudian bermaksud untuk mengendalikan pesisir utara Jawa sebagai langkah strategis mengurangi pengaruh VOC di bumi Mataram. Beliau dan Pangeran Sambernyawa bersatu dan memulai serangan terbuka terhadap VOC. Serangan tersebut akhirnya berhasil membebaskan beberapa daerah dari cengkaraman VOC.

 

Di sisi lain, pada akhir tahun 1749, kondisi kesehatan Paku Buwono II semakin menurun. Belanda memanfaatkan kondisi ini sehingga muncul traktat yang berisi penyerahan Kerajaan Mataram seluruhnya kepada VOC pada tanggal 16 Desember 1749. 

 

Hanya berselang sehari, Paku Buwono II wafat dan kemudian digantikan oleh putranya Paku Buwono III. Mengetahui adanya kesepakatan tersebut, maka Pangeran Mangkubumi dan Sambernyawa semakin sengit bertempur. Akibatnya, garis depan VOC terdesak dan pasukannya banyak yang tewas. Hanya dalam hitungan bulan, hampir seluruh wilayah Kerajaan Mataram sudah berada di bawah kekuasaan Pangeran Mangkubumi.

 

Dengan banyaknya pasukan VOC yang tewas, hal ini menyebabkan warga Belanda yang tinggal tak jauh dari Kerajaan Mataram mulai mengungsi bahkan pindah ke kota lain. Begitu pula dengan Mirriam dan keluarganya. Mereka terpaksa pindah ke kota lain agar mereka tetap selamat. 

 

Namun, nasib buruk menimpa Mirriam. Saat mereka sedang melakukan perjalanan menuju kota lain, ia dan rombongan dihadang oleh beberapa Prajurit Mataram yang sedang berjaga di perbatasan. Beberapa Prajurit Belanda mencoba melawan Prajurit Mataram. Namun sayang, mereka kalah dengan kecerdikan para Prajurit Mataram. 

 

Pati, nama masa lalu Adhimas sebagai seorang Prajurit Mataram, menghadang kereta kuda Mirriam. Ia bertugas sebagai pemimpin Prajurit di perbatasan. Ia terkejut saat membuka pintuk kereta tersebut, ia melihat Mirriam bersama ibunya sedang menangis ketakutan di dalam sana. Ia tertegun sebentar karena merasa iba melihat wanita tak berdaya. 

 

Tiba-tiba salah satu peluru dari pistol Prajurit Belanda itu mengenai salah satu Parjurit Mataram yang lain. Hal itu membuat hati Pati memanas dan menghabisi langsung Prajurit Belanda tersebut. Tak berselang satu menit, Prajurit Mataram yang lain membunuh dengan kejam Mirriam dan ibunya di dalam kereta tersebut. Tak ada yang tersisa dari orang Belanda tersebut. Semua habis di babat oleh Prajurit Mataram.

 

Pati yang melihat kematian Mirriam dengan tragis itu membuat hatinya seperti tersayat pisau tajam yang siap menghabisinya kapan pun. 

 

“Tiidaaaakkkkk!!” jerit Pati.

 

“Cih! Tak sudi menangisi penjajah bangsa sendiri!” berkata Prajurit lain.

 

Pati segera menghampiri Mirriam. Ia merangkulnya dengan erat. Ceceran darahnya membekas di baju kesatrianya. Ia terus mengguncangkan tubuh Mirriam berharap ia masih tersadar. Beruntungnya, Mirriam masih bisa membuka kedua matanya walau tak sempurna. 

 

“Aku akan menyelamatkanmu!” ucap Pati.

 

”Thththth,” untapan bibir Mirriam mengucapkan sesuatu.

 

“Aku tak mengerti, ucapakan dengan jelas!”

 

”Het Spijt me voor je land (aku minta maaf untuk negaramu),” ucap Mirriam.

 

”Aku ingin bersamamu, Mirriam.”

 

Mirriam tersenyum mendengar perkataan Pati. Ia tak mampu menahan rasa sakitnya dan kemudian ia pergi untuk selamanya. Pati terdiam terpaku dengan jasad Mirriam masih dipangkuannya. Ia tak sadar menitikkan air matanya. Dengan perlahan ia membaringkan jasad gadis itu bersanding dengan ibunya. Ia keluar dari kereta tersebut dan berjalan menjauhi para prajurit lain. Lalu, prajurit lain bersiap untuk membakar jasad para Belanda itu. 

 

Cinta yang tak terbalas itu tak sempat terucap dari mulutnya. Ia sangat menyesali keadaan. Namun, jiwa membela bangsa yang lebih kuat tidak mengalihkan tujuan utama dari hidupnya. Mengusir Belanda dari tanah Jawa. Ia gugur secara terhormat pada pertempuran selanjutnya.

 

Kata-kata terakhir yang sempat ia ucapkan menjadi sebuah energi positif di masa yang akan datang. Energi itu membawa ruhnya melintasi beberapa dimensi waktu dan membawanya terlahir kembali ke dunia. Ia kembali ke dunia di sebuah keluarga sederhana di tanah Jawa. Saat ia berusia lima tahun, ia berjumpa kembali dengan Mirriam. Ya, Mandala Wangi Permata adalah Mirriam di masa sekarang.

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status