Rahasia Ibu Mertuaku

Rahasia Ibu Mertuaku

Oleh:  Lia Scorpio  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
10 Peringkat
47Bab
6.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sebuah rahasia yang disimpan oleh keluarga suami Nana. Membuat wanita yang baru saja memiliki seorang putri itu merasa curiga dan takut. Entah apa yang dilakukan mertuanya semasa hidup, sampai diakhir hayatnya, jasad sang ibu mertua mengilang sebelum sempat dikebumikan. Nana mencari tahu semuanya, sampai sebuah kebenaran terungkap. Rahasia besar yang berhasil membuat Nana ketakutan setengah mati memikirkan nasib putri semata wayangnya.

Lihat lebih banyak
Rahasia Ibu Mertuaku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
amuza ahmad
trimakasih sdh update, semoga segera update lagi
2023-12-31 12:38:26
0
user avatar
amuza ahmad
kapan di perbarui?
2023-12-10 05:16:49
0
user avatar
Ratna Harahap
kenapa tak pernah update lagi ya?padahal di KBM dah tamat di bab 90
2023-11-24 23:36:59
0
user avatar
Kartika Haditono
good story!!! kapan diupdate
2023-05-29 18:41:07
1
user avatar
AZ zahra
ceritanya..menarik kapan ada lanjutannya. thor
2023-05-25 16:10:52
1
user avatar
Septiana Kurniawat
up lagi donk
2023-05-22 00:10:37
1
user avatar
Vera Oktavia
bagus banget alur cerita nya dan sangat menegangkan
2023-05-19 00:11:51
1
user avatar
Yuyun Yuningsih
keren keren keren....
2023-05-01 13:25:22
1
user avatar
Amad
Asli merinding
2023-04-29 21:46:37
2
user avatar
Lia Scorpio
Selamat membaca... Salam dari tanah Borneo...
2023-04-29 16:01:03
2
47 Bab
Keanehan ibu
 "Bu, perutku kenapa sakit, ya?" tanyaku, mendatangi ibu ke dapur. Mendengar keluhanku, ibu hanya tersenyum. Sebuah senyum aneh yang selalu membuat aku merinding melihatnya. Matanya menatap liar ke arahku. Entah itu hanya perasaanku saja, atau memang benar seperti itu adanya.  "Sakit bagaimana? sini Ibu lihat!" ucap ibu, memintaku mendekat. Kaki ini sudah siap melangkah, tapi kembali aku urungkan karena teringat pesan dari mas Harto.  "Sayang, kalau aku lagi kerja, kamu di kamar saja! Jaga jarak dengan ibu, jangan sampai ibu menyentuh tubuh kamu, apalagi perut kamu! Abaikan saja semua yang kamu dengar di luar kamar. Kalau kamu memang perlu bantuan, kamu hubungi saja saudara kamu!"  Kata-kata itu kembali terngiang. Perlahan aku memundurkan langkahku. Aku memutar otak mencari alasan untuk bisa menolak perintah ibu. "Kenapa diam Na? Ayo sini!" titah ibu, bibirnya melebar masih menampilkan senyuman yang aneh. "Emh, i-
Baca selengkapnya
Yang mana yang asli?
 "Na, kamu di sini?" tanya ibu, ikut duduk di sampingku saat aku menunggu mas Harto di teras. Aku terkejut dengan kehadiran ibu yang mendadak. Entah kapan ibu datang, aku sama sekali tidak mendengar derap langkah ibu. Padahal lantai rumah ini dari kayu. Aku berjalan saja terdengar, masa iya ibu tidak? "I-iya Bu, lagi nunggu mas Harto," jawabku, sedikit menggeser posisi dudukku. Melihatku bergeser, tatapan ibu berubah nyalang. Namun hanya sepersekian detik saja. Setelah itu tatapannya kembali normal. "Oh... Apa Ibu boleh tanya? Kamu hamil Na?" tanya ibu, menatap perutku lekat. Aku terdiam. Apa ibu tidak mengetahui soal kehamilanku? Perutku memang masih rata, karena usia kandungan baru saja memasuki bulan pertama. Apa mas Harto tidak menceritakan kabar bahagia ini pada ibunya? Secara ini calon cucu pertamanya, masa iya mas Harto main rahasia segala? Baru saja mulutku terbuka ingin menjawah pertanyaan ibu, mas Harto datang dan
Baca selengkapnya
Larangan malam purnama
 "Aku sudah cerita ke ibu. Mungkin ibu lupa. Aku juga tau kamu hamil dari ibu," ujar mas Harto, setelah mengatakan itu langsung menutup mulutnya. "Kenapa Mas? Keceplosan?" tanyaku, memicingkan mata. Mas Harto tampak salah tingkah. Ia mendekat dan menatapku lekat. Seperti ada sesuatu yang ingin ia sampaikan dengan isyarat matanya. "Bagaimana kalau kita menyewa rumah Yank?"  Tawaran mas Harto sukses membuatku terkejut.  Maksudnya apa? Aku tanya apa, ia malah menawariku pindah rumah. Memangnya apa yang salah jika diam di sini bersama kedua orang tuanya? Toh ibu bukan seperti ibu mertua pada umumnya yang cerewet atau banyak mengatur. Aku merasa betah tinggal di sini. Ibu tidak pernah memintaku membersihkan rumah. *anjuga tidak marah, kalau kerjaku hanya berada di dalam kamar seharian. Bukan karena aku malas. Aku hanya ingin mas Harto berbakti pada ibunya selagi masih ada. "Mas, kenapa kamu selalu mengajakku pindah rumah? Kalau kita pinda
Baca selengkapnya
Pesan Mas Harto
 "Mas, apa maksud perkataan bapak tadi? memangnya kenapa dengan malam purnama?" tanyaku, saat sholat magrib ingin dimulai.  Mas Harto berbalik menatapku sejenak. Tampan sekali suamiku ini, jika memakai pakaian sholat seperti ini. "Kita sholat dulu! Nanti aku jelaskan!"   Hanya itu yang mas Harto katakan. Lalu berbalik lagi membenarkan baju kokonya, sebelum akhirnya memulai sholat. Sepanjang aku melaksanakan sholat magrib berjamaah dengan mas Harto. Suasana kamar terasa pengap. Padahal kipas angin berputar kencang. Sesekali aku merasa diperhatikan. Karena itu, aku jadi tidak terlalu khusyuk menjalankan ibadah sholat.   Suara salam terdengar merdu dari mulut  mas Harto. Ia menoleh ke kanan lalu ke kiri. Wirid dan dzikir masih terdengar mengalun. Tapi kosentrasiku sudah terlanjur buyar. Selalu saja banyak godaan yang tak kasat mata jika aku melakukan ibadah di kamar ini. Entah kamarnya yang bermasalah, atau justru aku sendiri.
Baca selengkapnya
Keputusan mas Harto
 "Mas, itu kamu bukan?" tanyaku sekali lagi. Tak ada jawaban sedikitpun. Perlahan aku mendekat berniat menempelkan telingaku di daun pintu. Baru saja menempel, suara gebrakan pintu membuatku tersurut mundur. Aku terjatuh dengan bokong lebih dulu menghentak lantai. "Bukaa...!" Suara erangan terdengar nyaring, suara yang meminta pintu dibuka juga sangat besar dan berat. Perlahan namun pasti, pintu terbuka lebar. Di luar kamar tidak ada siapa pun. Aku merangkak maju mendekati pintu. Rasa penasaranku, membawaku pada sosok mengerikan yang bersembunyi di kegelapan. "Makanan...." bisik suara itu, menarik tanganku sampai aku terjatuh.  "Aw..." rintihku, memegang kepalaku.  Kedua mataku terbuka lebar. Aku ada di tempat tidur. Pandanganku langsung tertuju ke arah daun pintu yang masih terkunci.  Syukurlah yang tadi hanya mimpi. Tapi rasanya sangay nyata sekali. Entah sejak kapan aku tertidur. Baju tidurk
Baca selengkapnya
Sakitnya ibu
  Sudah hampir delapan bulan aku kembali ke rumah orang tuaku. Perdebatan malam itu, benar-benar membuat mas Harto ketakutan sendiri. Padahal itu hanya mimpi. "Yank, aku mau ijin pulang," Aku langsung menoleh ke arah mas Harto yang baru saja datang. Tidak biasanya dia meminta ijin pulang. Pulang ke mana maksudnya?  "Aku mau pulang ke rumah ibu. Kata tetangga, ibu sedang sakit. Kamu tidak apa-apa kan di sini?" tanya mas Harto, menatapku ragu. Mendengar kabar ibu mertuaku sakit. Aku terkejut bukan main. Pasalnya, saat terakhir aku pergi dari. rumah itu, ibu masih sehat wal'afiat. Bagaimana ibu bisa sakit? Sakit apa yang ibu derita?  Pertanyaan demi pertanyaan mulai bermunculan di benakku. Dan tanpa sadar aku menanyakannya pada mas Harto, selaku anak semata wayang ibu. "Aku juga belum tau Yank, baru tadi aku dikabari. Kamu tidak apa-apa kan kalau aku tinggal dulu di sini? Aku janji, setelah ibu sudah lebih baik, aku secepatnya
Baca selengkapnya
Belakang rumah
 "Kami masuk dulu Bu! Kasihan Nana capek," ucap mas Harto, menarik tanganku menjauh sebelum tangan ibu benar-benar menyentuh perut buncit ini. Bukannya marah dengan sikap mas Harto, ibu malah tersenyum dan mengangguk. Persis seperti senyum seorang psikopat.  Tak perlu waktu lama untuk kami bertiga, kini sudah berada di dalam kamar yang dulu aku dan mas Harto tempati. "Mas, kalau mau mandi di mana? Badanku rasanya gerah banget," ucap Ahmad, tampak gelisah. Aku hanya melirik ke arah Ahmad dan mas Harto bergantian. Tanpa perlu aku tebak, aku sudah tau, apa jawaban mas Harto nanti. "Besok saja mandinya Mad!"  Sesuai dengan perkiraanku. Mas Harto pasti melarangnya. Ternyata selama aku tinggal ke kota, aturan di rumah ini tidak pernah berubah. Masih sama, jika malam hari harus berdiam diri di dalam kamar. "Tapi Mas, aku sudah pasti tidak bisa tidur nanti," protes Ahmad, ia belum tahu menahu soal rumah ini. "Ma
Baca selengkapnya
Manusia atau demit?
 Di bawah pohon yang tak jauh dari pohon kenanga. Aku berjongkok dengan susah payah. Beginilah hidup di desa yang sangat jauh tertinggal dengan kehidupan kota. Bahkan untuk buang air besar saja harus seperti ini.  Andaikan kamar kecil tidak sebau dan kotor seperti itu, mungkin aku tidak akan terlalu tersiksa seperti ini. "Yank, sudah belum?" teriak mas Harto, dari dekat sumur. "Sebentar lagi!" sahutku, juga ikut berteriak. Keadaan sekitar sudah sangat gelap. Di sini bahkan tidak ada lampu jalanan. Hanya mengharap sinar bulan ataupun senter yang dibawa. Beruntung tidak ada yang aneh-aneh, walau dalam hati ini terus merasa was-was dan takut. Usai melepaskan semua hajat. Aku segera mencuci tangan dengan sabun. Di samping lobang tadi, ada sebuah cangkul yang digunakan untuk menimbun bekas hajat. Kalau ditanya jijik, tentu saja jijik. Tapi mau bagaimana lagi? Aku harus terbiasa dengan tempat ini. Srak... Suara ranting
Baca selengkapnya
Melahirkan
 Dua hari sudah berlalu, sejak terakhir kejadian aneh yang aku dan Ahmad alami. Kini mas Harto harus kembali bekerja lagi. Mengingat hal itu, aku jadi takut sendiri. Apalagi mas Harto harus masuk pagi dan malam karena menggantikan temannya yang sedang sibuk menunggui istrinya yang mau melahirkan. Awalnya aku melarang mas Harto menggantikannya. Tapi, setelah mas Harto menjelaskan semuanya, aku jadi tidak tega. Biar bagaimanapun, saat ini aku juga tengah hamil tua. Bisa saja mas Harto juga perlu bantuan orang lain nanti saat aku melahirkan. "Jangan khawatir Kak, di sini ada aku!" ucap Ahmad, mengusap pundakku saat motor mas Harto makin menjauh dari pandangan. "Kamu benar Mad, lebih baik kita masuk sekarang Mad!" Aku sengaja mengajak Aad masuk, karena tidak berani di luar rumah lama-lama.  Setibanya di dalam kamar, aku merasakan sesuatu yang aneh dengan  perutku. Beruntung Ahmad selalu di samping menemaniku. "Ad
Baca selengkapnya
Ke rumah sakit
 Semakin lama, rasanya perutku semakin cepat sakitnya. Aku bahkan sudah tidak peduli lagi dengan apa yang ibu lakukan di dapur sana. Kesadaranku hampir saja hilang karena terlalu lelah menahan sakit. "Kak, mas Harti telepon," ujar Ahmad, menunjukkan nama mas Harto tertera di layar ponselnya. "Angkat cepat Mad!" titah kak Ayu, sambil terus membaca sesuatu dan meniupkannya di atas ubun-ubunku. "Iya Mas, iya... Kami bawa sekarang!"  Entah apa yang Ahmad bicarakan dengan mas Harto sampai ia mengatakan itu.  "Bagaimana Mad?" tanya kak Lina, penasaran. "Kata mas Harto, kita langsung bawa kak Nana ke rumah sakit kota saja! Jangan sampai melahirkan di sini! Nanti semua biaya mas Harto ganti setelah tugas kerjanya selesai dia menyusul," jelas Ahmad, dengan setengah berbisik. "Kalau Harto maunya begitu, kita bawa sekarang saja Kak! Kalau lama-lama di sini, takutnya melahirkan di sini," usu
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status