Share

Ruang Interview

Sudah suratan takdir dari Sang Maha Kuasa bahwa jalan hidup Angi penuh dengan dunia mistis. Sebagai manusia, Angi tidak mampu mengubah takdir. Namun, ia masih berjuang untuk menjadi manusia yang lebih baik. 

 

Angi yang masih terbaring lelap di tempat tidurya tak sadar bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi. Ia terbangun karena mendengar suara adzan subuh berkumandang. Ia bergegas untuk melaksanakan ibadah shalat subuh.

 

“Alhamdulillah malam ini aku diberikan tidur yang nyenyak,” bersyukur Angi dalam untaian doa kepada sang pencipta. 

 

“Aku lelah dengan para makhluk gaib yang bermunculan di depanku,” keluh Angi dengan indra keenam yang ia miliki. 

 

“Semoga makhluk yang mengganggu tidurku kemarin lusa tidak menjadi bahaya bagiku,” ucap Angi dengan kekhawatiran.

 

Angi kemudian bergegas mempersiapkan berkas-berkas yang harus dilampirkan untuk interview nanti siang. Ia mendapat panggilan interview di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang spare part kendaraan bermotor. Ia benar-benar tidak ingin melewatkan kesempatan untuk menjadi pegawai di perusahaan asing tersebut. 

 

Namun saat Angi sedang merapikan salah satu berkas yang tertumpuk bersamaan dengan surat lamaran kerjanya, ia menemukan selembar foto. Foto itu berukuran 5 R dengan warna sedikit kurang cerah dan kualitas kamera yang standar. Disana terlihat Angi sedang berfoto sendirian. Foto yang diambil saat ia kelas 5 SD tersebut, terlihat sebuah bayangan di belakangnya. Sebuah bayangan besar yang mengelilingi Angi.

 

Angi mencoba mengingatnya. Namun ia sama sekali tidak ingat apapun tentang foto itu. Lokasi foto yang ia lihat sama sekali tidak familiar dalam ingatannya. 

 

”Aduuhh.. kepalaku sakit,” ucap Angi yang tiba-tiba saja merasakan sakit kepala yang hebat. 

 

Angi yang masih memegang foto tersebut, kemudian membaringkan dirinya di lantai. Ia kemudian memejamkan matanya. Berharap sakit kepala yang ia alami cepat reda. Tiba-tiba saja wajah makhluk astral itu muncul saat Angi memejamkan mata. Angi terkejut dan ia langsung duduk dan melihat fotonya.

 

”Tidak mungkin!” berkata angi pada fotonya.

 

“Siapa dia sebenarnya,” lanjut Angi.

 

Angi mencoba mengingat kembali fotonya yang ia tatap. Angi mencoba mencari-cari foto lainnya yang tersimpan bersama berkas-berkasnya. Tak disangka foto-foto bersama makhluk tersebut tercetak banyak. Di setiap lokasi berbeda, makhluk itu selalu menemani persis di belakang Angi. Namun sangat disayangkan gambar si makhluk tersebut tidak cukup jelas untuk dilihat. Hanya berupa gambar bayangan hitam yang kabur. 

 

Angi kemudian membiarkan foto itu berserakan di atas mejanya dan bergegas untuk pergi interview. Ia keluar dari kosannya dan mengunci pintu no. 09 itu. Kemudian, dengan sepatu pantofel hitam ia segera berjalan menuruni tangga dan menunggu ojek online yang di pesannya. Selama perjalanan menuju perusahaan asing tersebut ia sangat antusias. Ia berharap ia bisa lulus interview dengan baik.

 

 

*

 

Perusahaan itu terasa tidak asing baginya. Ia seperti pernah bekerja disana dan menjadi orang populer di kalangan para karyawan. Ia melihat ke setiap sudut ruangan perusahaan tersebut, benar-benar terasa tidak asing dan seperti tidak ada yang berubah. Ia kemudian memasuki ruangan interview yang sudah disiapkan oleh staf HRD. 

 

Namun, ruangan interview tersebut tidak memberikan ingatan memori apapun seperti ruangan lainnya. Angi yang sedang duduk di salah satu kursi melihat ke sekililing ruangan interview tersebut dan melihat foto para direktur yang pernah menjabat disana. Ia juga melihat foto salah satu berita newspaper yang dipajang di dinding menyebutkan bahwa perusahaan tersebut pernah terjadi kebakaran dahsyat dan menewaskan beberapa karyawan terbaiknya. 

 

Di sisi lain, ia melihat foto salah satu berita newspaper tentang kejayaan perusahaan tersebut dari awal berdiri hingga saat ini. 

 

Sungguh ini pertama kalinya untuk Angi mengalami dejavu dengan amat sangat jelas. Ia seperti ada pada momen lampau tersebut.

 

”Sumpah ini beneran jelas banget. Gak ada yang lewat sedikitpun,” gumam Angi sambil duduk di kursinya. 

 

“Baik. Selamat siang semuanya. Selamat datang di perusahaan kami. Seperti yang sudah ibu dan bapak ketahui bahwa siang ini akan dilaksanakan interview untuk calon pegawai baru kami. Untuk itu kepada bapak dan ibu silahkan mempersiapkan diri untuk melakukan tes tertulis terlebih dahulu dan dilanjut dengan tes lisan dengan jeda istirahat 5 menit,” jelas panitia penyelenggara.

 

”Alhamdulillah, akhirnya beres juga,” tutur Angi yang sedang merapikan bajunya di toilet.

 

”Inilah duniamu!” suara makhluk yang tiba-tiba saja mendengung di telinga Angi. 

 

”Sial! Dia lagi!”

 

”Aku harus segera keluar dari tempat ini,” Angi berjalan cepat keluar dari pintu toilet.

 

Ia tidak menoleh ke kanan dan kiri hanya fokus pada pintu keluar perusahaan tersebut. Ia tak menyadari ada seseorang yang sedang memperhatikannya.

 

Angi yang tak memperhatikan sekelilingnya kemudian terpeleset karena menginjak lantai yang masih basah. Angi tak memperhatikan bahwa ada office boy yang sedang bekerja di dekat pintu keluar tersebut. 

 

”Kau tidak apa-apa?” ucap Ben kepada Angi yang dengan cepat memegang tangan Angi sehingga tidak terjatuh ke lantai.

 

”Oh iya, aku tidak apa-apa,” ucap Angi. ”Terima kasih.”

”Lain kali hati-hati kalau jalan,” ucap Ben.

”Baik pak,” jawab Angi.

 

Angi berjalan cepat menjauhi perusahaan tersebut dan segera menuju halte bis terdekat. 

 

”Bapak itu siapa ya? Kenapa dia mau bantu aku tadi?” ingat Angi saat kejadian tadi. ”Yasudahlah, mungkin aku memang terlalu ceroboh. Semoga hasil interviewnya tidak mengecewakan.”

 

Angi kemudian menaiki busway yang menuju ke arah kosan nya. Saat di perjalanan bus tersebut berhenti mendadak. Semua orang di dalam bus tersebut berteriak histeris. Angi kemudian langsung berjalan ke depan bus tersebut dan melihat kondisi yang terjadi.

 

“Astagfirullah!” terkejut Angi melihat mayat yang tergeletak di atas aspal.

 

Terlihat sesosok mayat laki-laki tergeletak berlumuran darah dengan kepala setengah pecah dan terlihat sedikit isi kepala yang keluar dari tempurung kepalanya. Darah yang mengalir dengan deras dengan cepat membanjiri aspal yang akan dilewati oleh bus yang sedang ditumpangi Angi.

 

Tak ada seorang pun yang berani mendekati mayat tersebut karena khawatir menjadi tersangka penabrak korban. 

Sedangkan tersangkanya ialah seorang sopir truk yang mobilnya pun menerobos trotoar dan menabrak pohon besar. Terlihat sang supir tak sadar di atas setirnya.

 

Penumpang di dalam bus tak terkendali. Sebagian orang menangis, sebagian ketakutan, sebagian orang mengoceh soal mayat yang tak diurus dan sebagian orang terlihat sedang dekat dengan Tuhannya.

Lokasi yang lumayan jauh dari kantor polisi membuat kedatangan polisi jadi terlambat.

 

Kemudian ada beberapa orang memberanikan diri untuk menutupi jasad korban dengan koran. Tak cukup membantu karna kertas koran tersebut langsung terlumuri oleh darah segar yang merah itu. Tapi setidaknya tak membuat jijik.

 

Angi melihat sosok laki-laki dengan kepala hancur berdiri di depan jasad korban tersebut. Kemudian dia menatap Angi seakan meminta tolong untuk mengurus jasadnya yang telah hancur itu. Wajahnya yang berlumuran darah, bola mata kiri keluar dari kelopak mata, rahang wajah yang retak dan tangan yang tak simetris membuatnya terlihat mengerikan sekaligus menyedihkan.

 

Terlihat sang arwah meminta bantuan lain kepada Angi. Arwah itu mengangkat tangannya yang tak simetris itu ke suatu arah. Angi yang masih di dalam bus tersebut merasa bingung harus berbuat apa. 

 

“Aku tak mengerti maksudmu,” ucap Angi tanpa bersuara.

 

Tiba-tiba muncullah sesosok ular raksasa di belakang arwah tersebut. Ular yang siap memakan arwah tersebut kapan saja. Sosok ular yang tak asing bagi Angi itu membuatnya menjadi ketakutan.

 

“Jangan ganggu arwah itu!” berkata Angi kepada makhluk itu.

 

“Arwah ini memanggilku kesini. Dia butuh sesuatu,” balas ular itu. “Dia butuh ini!”

 

Dengan cepat sang ular melahap arwah laki-laki itu. Terdengar teriakan kesakitan dari arwah tersebut yang membuat Angi menutupi kedua telinganya.

 

Sang ular berjalan menjauh dan menghilang. Tak lama polisi dan pihak rumah sakit datang mengevakuasi korban dan sang sopir truk yang masih pingsan. Masih terlihat jelas saat ular tersebut memakan arwah tersebut. Angi mencoba mencari tahu dengan melihat ke sekeliling daerah yang sedang ia lewati. Bus mulai berjalan Kembali dengan padat merayap. 

 

Di sudut jalan tak jauh dari tempat kecelakaan tersebut terlihat seseorang yang sedang berdiri dan memperhatikan gedung yang sedang dibangun di dekat korban. Angi bisa merasakan bahwa orang tersebut bukan orang biasa yang sedang menonton kecelakaan. Tapi ia sedang melakukan ritual mistis di tempat itu.

 

“Semoga arwah itu terlepas dari belenggu sang ular dan bisa kembali ke alamnya,” harap Angi. “Orang itu tega sekali mengorbankan arwah laki-laki tadi sebagai tumbal.”

 

Angi tidak bisa berbuat apa-apa meskipun ia memiliki indra keenam yang diturunkan oleh ayahnya. Ia hanya bisa menyaksikan kejadian ritual tersebut begitu saja. Tak ada yang bisa ia lakukan selain berdoa untuk arwah sang korban kecelakaan tadi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status