Ada sesuatu yang sedang bergejolak di dada Bella. Sesuatu yang ingin segera mendapatkan pelampiasan. Sesuatu yang semakin tidak tertahankan."Ehm ... sayang," bisik Bella."Ya, sayang?" tanya Gerson.Nafas Gerson berhembus hingga membuat Bella merinding. Bukan merinding ketakutan tapi merinding karena sesuatu yang tidak bisa dia ungkapkan."Aku ... aku.""Kamu apa?" Gerson mulai tanggap akan apa yang hendak dikatakan Bella. Tapi Gerson memilih untuk sedikit menggoda"Aku ingin ... ""Ingin minum? Mau aku ambilkan?""Bukan, ih," Bella mulai kesal. Karena hasratnya mulai naik dan dia malu untuk menyuarakan apa yang bergolak di hatinya saat ini."Jadi apa? Makan?""Kok makan lagi? Kan tadi sudah kenyang.""Terus apa, dong?""Ini kan dingin, sayang. Aku ... ""AC nya mau dimatikan?""Bukan! Ahhhh. Susahhh!" Bella akhirnya geram."Kok susah, sih?" tanya Gerson berlagak pilon."Susah untuk disebutkan?""Kenapa? Apa harus pake Bahasa Latin kek pelajaran Biologi?""Ih. Bukan gitu, sayang.""L
Ada banyak suara raungan ambulans di luar restoran.Bukan hanya satu, dua atau tiga tapi setidaknya ada 10 ambulans yang datang hampir bersamaan ke halaman parkir restoran ini.Melihat itu, Bella segera bertanya pada seorang pelayan restoran, "apa manajer kamu sungguh-sungguh menelpon pihak rumah sakit untuk memesan ambulans?"Tapi pelayan itu langsung menggeleng. "Nggak, kak. Kan kami memang sejak awal dipesan saat sandiwara terjadi kami dipesan untuk berkata seperti itu seolah-olah manajer kami menelpon pihak rumah sakit padahal dari pihak restoran tidak ada satupun yang menelpon pihak rumah sakit karena kami tahu kalau itu cuma settingan, mbak."Kini Gerson menatap Julius. "Apa kamu yang menelpon rumah sakit?""Iya, pa.""Kenapa banyak yang datang?"Julius melirik ke arah luar. "Awalnya aku cuma menelpon satu rumah sakit tapi tidak dipercaya karena mereka menganggapku anak-anak yang iseng. Karena itu, aku melakukan cara yang luar biasa, pa.""Cara yang luar biasa? Apa maksudmu?" ta
Bella langsung menangis saat dia melihat tubuh Gerson yang tergeletak di sana dengan cairan merah yang terlihat sangat banyak di tubuh Gerson."Kenapa jadi begini, pa? Kita kan baru akan membentuk keluarga yang bahagia," kata Julian dengan air mata yang terus-menerus mengalir ke pipinya.Hanya Julius dari antara ketiganya yang tidak menangis. Dia mengepalkan tangannya dan berkata, "aku akan cari siapapun yang bertanggungjawab akan hal ini. Aku akan dapatkan mereka dan aku akan buat mereka menyesali perbuatan mereka kepada papaku!"Bella langsung memburu ke depan. Dia berlutut di samping Gerson dan memegang tangan Gerson.Ada banyak ceceran darah di tubuh Gerson dan sekitar tubuh Gerson.Dengan jari telunjuknya, Julius sempat mengambil cairan dari tubuh Gerson. "Ini darah, ma. Jelas-jelas ini darah."Bella langsung menjerit menangis setelah mendengar kata-kata Julius itu.Bella melihat Gerson membuka matanya. Karena itu dia segera berteriak-teriak kepada para pelayan restoran yang cuma
AAAAARGGHHHTerdengar suara teriakan kesakitan dari Diane, ketika dadanya sudah tertembus oleh timah panas dari senjata api genggam di tangan Mochtar.Tony jadi sangat kaget saat menyadari kalau Diane, istrinya yang pernah selingkuh darinya ternyata telah menjadi pahlawan bagi dirinya yang dengan tanpa ragu menyambut peluru demi keselamatan Tony.Karena itu, Tony cuma bisa terdiam sambil memeluk tubuh istrinya.Saat ini Gerson sudah masuk ke dalam rumah. Dia masih sempat melihat saat Mochtar menembak Diane.Menyadari kalau ancaman dari Toni masih bisa terjadi, maka Gerson segera menangkap Toni.Dia mengambil tali dan mengikat tangan Toni ke belakang."Telepon ambulans selamatkan istriku, please, Gerson," pinta Tony. "Dan biarkan tubuhnya bersandar di tubuhku."Sementara itu Mochtar melotot ke arah Gerson. "Kamu siapa?""Aku Ayah anak yang tadi dan suami wanita yang tadi diculik Tony.""Oke oke. Kalau begitu berarti tidak ada bahaya lagi. Tetapi aku salah tembak. Harusnya aku menembak
"Please. Tolong. Tolonglah, Tony. Kamu jangan lakukan itu. Lepaskan Bella dan anaknya. Please," mohon Diane."Aku tidak akan melepaskan mereka. Aku akan memperkosa Bella," tegas Tony sambil mengambil tali untuk mengikat kedua tangan JulianSebelum ini Toni tidak merasa terancam dengan kehadiran Julian Tetapi setelah Julian berhasil membujuknya dan hampir membuat Toni meletakkan senjata dan melepaskan Julian serta Bella, maka Toni merasa Julian bisa menjadi ancaman baginya.Kehadiran Diane ini kembali membuat hati nurani Toni tidak lagi menguasainya dan yang menguasainya saat ini adalah kekejaman hatinya yang tercipta karena perbuatan Diane yang selingkuh darinya itu."Tony, kamu jangan melakukan ini, Ton. Kamu bukan tukang perkosa orang, Ton. Kamu itu pribadi yang baik yang sangat hangat kepada aku dan anakmu.""Yah. Pribadi yang baik yang telah kau rusak. Aku jadi seperti ini karena kamu, Diane!""Ampuni aku, Tony. Please," Saat ini Diane mulai berlutut di depan Toni. "Please, ampuni
Saat Mochtar menaruh tubuh Julian di kursi, saat itulah Julian membuka matanya.Sebenarnya Julian memang sudah terbangun sejak beberapa menit yang lalu, saat mobil memasuki perumahan ini dan dia tahu kalau dia dan ibunya sudah berada di tangan Toni dan sedikit lagi Toni akan memperkosa Bella."Kamu sudah berpihak pada orang yang jahat, pak," bisik Julian kepada Mochtar."Apa maksudmu?" tanya Mochtar."Aku dan ibuku adalah korban penculikan Om Toni itu. Dia sengaja menculik aku dan ibuku supaya dia bisa memperkosa Ibuku dan aku untuk menjadi jaminannya yang setiap saat bisa dia bunuh. Jadi, kamu betul-betul salah berpihak, pak."Mendengar kata-kata Julian itu, Mochtar mulai terpengaruh.Setelah melepas tubuh Julian di sofa depan kamar, sesuai dengan arahan dari Tony, maka Mochtar mendekati Toni dan berkata, "benarkah mereka adalah korban penculikan, Pak Toni?"Toni menjadi tidak sabaran mendengar kata-kata Mochtar ini kemudian dia yang sebelumnya mengarahkan senjata api genggamnya kepa