Share

CHAPTER 4 : Kiana

Penulis: 16secret
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-16 19:00:48

Joan memeriksa tiap ruangan yang ada di rumah besar itu, saat ia membuka pintu kamarnya. Kiana ternyata sedang tertidur di samping Jona, masih memeluk bayi itu, Mereka seperti ibu dan anak.

"Pantas saja suaraku tak di dengar, rupanya tertidur," ujar Joan dengan nada ketus perlahan mendekati mereka berdua.

Cukup lama Joan menatap keduanya dengan intens, lalu beralih ikut berbaring di samping Jona.

"Apa ini gambaran ketika kita menikah, Kiana?" Joan lalu membalikkan badannya menatap Kiana yang tertidur seperti putri salju.

Tak ingin membuang- buang waktu, Joan lalu mengambil ponselnya beralih memotret mereka berdua bak keluarga cemara.

"Kau sedang apa, Joan? Baru pulang?" tanya Kiana tiba-tiba terbangun dari tidurnya, membuat Joan terkejut.

"Tanya saja pada rumah ini, untung saja pintu belakang tak terkunci. Apa Jona rewel?" Joan dengan nada ketus, sedikit mengoceh.

"maaf semalam aku begadang, Jona anak yang pintar. Dia tidak rewel sama sekali," ujar Kiana sembari mengucek- ngucek matanya.

"Mana belanjaan mu?" sambungnya langsung dengan nada ketus.

"Ada di mobil, tunggu aku akan mengambilnya. barangnya cukup banyak, " Joan lalu kembali keluar, berjalan menuju pintu depan.

"Sebanyak apa, sih? Apa kedua tangan kekarnya itu tak bisa membawanya sekaligus?" gerutu Kiana berjalan mengikuti Joan keluar.

Awalnya Kiana santai saja menatap Joan satu persatu mengeluarkan kotak kardus dari bagasi mobilnya.

Namun kotak kardus yang di bawa Joan lama- kelamaan semakin banyak, bahkan hampir 20 kotak mengisi bagasi dan bagian depan mobilnya.

"Kau membeli seisi swalayan, Joan!?" pekik Kiana menatap Joan tak percaya.

"Hanya membeli beberapa saja, Kiana …," ujar Joan dengan santai.

"Sudah selesai, bukalah, "pinta Joan pada Kiana, gadis itu mematung untuk sementara waktu.

"Kau membeli semua ukuran popoknya, Joan?" Kiana melongo, hampir semua kardus itu berisi popok dengan segala ukuran.

"Ukuran? Aku pikir itu semua sama, lagi pula popok merek itu hampir mirip dengan wajah jona. Kurasa ia cocok memakainya, " celetuk Joan dengan nada santai, menjatuhkan dirinya ke sofa lalu mengehela nafas panjang.

Kiana menepuk jidak melihat kelakuan Joan, lelaki itu kadang pintar kadang juga dongo.

"Berapa jumlah belanjaan mu? Ku tebak 2 juta, kan?" Kiana mencoba menebak-nebak total belanjaan lelaki tampan itu.

"Benar, tapi salah. Total belanjaan ku tadi hanya 10 juta," ujar Joan dengan wajah datar. Lelaki itu berharap mendapatkan pujian dari Kiana karena berhasil membeli semua barang yang ada di secarik kertas itu.

"Hanya? Belanjaanku saja hanya 10 juta setiap bulannya,"ujar Kiana masih dengan ekspresi tak percaya menatap wajah datar sahabatnya itu.

"Aku mandikan jona saat dia sudah bangun, aku tak tega jika harus membangunkannya," Kiana lalu mengambil beberapa barang-barang yang ada di kotak kardus itu lalu melangkah menuju kamar Joan.

"Kau ingin kemana?," tanya Joan mengerutkan keningnya menatap Kiana.

"Menaruh barang-barang jona di kamarmu," jawab Kiana dengan santai.

"Kenapa di kamarku? Di rumah ini ada banyak kamar, Kiana …," tegas Joan dengan nada lembut.

"Tenang saja, aku sudah merapikan kamarmu. dan menyingkirkan barang-barang yang bisa melukai jona kecil."

"Lagi pula belum saatnya jona tidur sendiri, kau masih harus menemaninya. setidaknya sampai ia berumur 5 tahun" jelas Kiana.

"Menyingkirkan barang-barang ku?"pekik Joan.

"Iya! Seperti botol alkohol, pajangan pistol dan beberapa hiasan dinding yang memiliki sudut tajam,"ujar Kiana dengan santai melanjutkan langkahnya ke kamar Joan.

"sebentar lagi mungkin rumah ini akan berubah menjadi semua taman bermain," Joan menepuk jidatnya merasa putus asa.

Beberapa jam berlalu, waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 terik matahari yang panas mulai menerpa.

Kiana memutuskan untuk memasak makan siang, di kulkas memang banyak bahan. namun kebanyakan sudah layu.

"Apa anak ini tidak pernah memasak? Di kulkas banyak sekali bahan makanan yang sudah rusak," gerutu Kiana sembari membereskan dapur yang cukup kotor itu.

Ia memasak dengan bahan yang seadanya, padahal di dekat rumah Joan ada swalayan kecil yang menyediakan bahan makanan walau tidak lengkap.

hanya saja Kiana sangat malas melangkahkan kakinya keluar di tengah terik matahari yang mungkin bisa membakar kulitnya.

Joan terbangun karena mencium wangi masakan yang lezat, perutnya keroncongan sedari tadi.

"Hm … wangi masakan ini persis seperti masakan nenek, " Joan mengendus-endus dari mana arah datangnya wangi itu.

"Kiana? Kamu pintar masak? Pasti belajar di internet ya?, "ujar Joan mengagetkan Kiana.

"astaga Joan! Kau mengagetkan ku, "pekik Kiana memukul bahu joan.

" aduh! Sakit …, "Joan memegangi tangannya, padahal lelaki itu sama sekali tidak merasakan sakit. Hanya ingin mencari perhatian dari Kiana.

"eh, beneran? Maaf, yang mana sakitnya?" Kiana tersentak, ia segera mengecek tangan kekar Joan dengan seksama.

"Hahaha … bercanda kiana, ini yang aku sukai darimu, " Joan tertawa puas lalu mengacak-acak rambut Kiana.

"Tidak lucu!" pekik Kiana dengan ekspresi kesal bukan main.

Suara tangisan jona membuat mereka panik, bayi kecil itu sepertinya terbangun karena kelaparan.

"Joan, coba cek jona dulu, tuh," pinta Kiana pada Joan yang sedang mengambil air.

"Tunggu jona! Papa datang!" Joan segera berlari menuju kamarnya karena suara tangisan jona semakin keras.

"Shut … papa di sini sayang, jona kenapa? Lapar ya? Mau dibuatin susu?" Joan terus saja mencerca banyak pertanyaan pada bayi kecil itu.

"Jona kenapa, Joan?"tanya Kiana dengan raut wajah khawatir.

"Sepertinya dia lapar, tolong buatkan susu,"pinta Joan pada Kiana yang masih memegang centong sayur.

" tunggu sebentar, aku akan mencuci botol susunya dulu," Kiana segera berlari menuju dapur, berhenti sebentar untuk mengambil botol susu yang masih baru dan kotak susu.

Kiana bahkan hampir terjatuh karena terlalu panik.

"Hati-hati Kiana," Joan sedikit tertawa saat melihat Kiana hampir terpeleset karena kaos kakinya sendiri.

Akhirnya Kiana pun selesai membuat susu, gadis itu kembali berlari masuk ke kamar Joan.

"Ini susunya, semoga saja jona tidak menolak di beri susu formula," Kiana menyerahkan botol itu pada Joan dengan tangan gemetar, baru kali ini ia sepanik itu.

"Jona suka, Kiana! Lihat, jona meminumnya cepet sekali," Joan dengan wajah sumringah menatap jona.

"Eh iya! Jona laper banget ya, maafin kakak Kiana ya," Kiana lalu mengelus-elus rambut jona lalu mencium kening bayi itu.

"Kiana, makasih sudah mau bantu merawat jona. Kalo kamu mau pulang sekarang juga boleh, pasti mama Dania nyariin," Joan lalu mengelus kepala Kiana lembut.

Lelaki itu tiba-tiba bersikap manis, namun kali ini membuat Kiana cukup nyaman.

"Iya, santai aja. Sekarang jona juga sudah jadi bagian terpenting buat aku," jelas Kiana, ia lalu balik mengelus lembut pipi Joan.

"Makan sana, kamu lapar. Kan? Jonanya biar aku yang jaga, kita gantian," suruh Kiana, padahal ia juga sangat lapar.

"Kita makan bersama saja, aku akan tetap menggendong jona. Tapi sebagai gantinya kamu suapi aku,"pinta Joan dengan wajah sumringah.

"Agak ngelunjak ya, tapi gak papa, deh. Aku juga lapar," Kiana tertawa kecil di akhir kalimatnya.

"Ayo let's Go … akhirnya papa mau di suapin karena kamu jona," goda Joan membuat Kiana tersipu malu.

"Apasih, gak jelas!" jawab Kiana ketus.

"Baper ya? Kamu bawa perasaan, kan? Itu wajah kamu merah semua, "Lagi-lagi Joan menggoda Kiana membuat gadis itu tak bisa berkata-kata lagi.

"Gak jelas apanya? Hubungannya, kan? Mau di perjelas gak?" Joan sangat suka melihat Kiana tersipu malu, tingkah gadis itu terlihat sangat menggemaskan dimatanya saat sedang malu-malu.

"Aku pulang!" Kiana berbalik melangkah menuju pintu depan namun langsung di tahan oleh Joan.

"Jangan, ki-kita makan dulu ya. Nanti jona nangis kalo kamu pergi, iya kan jona?" celetuk Joan yang akhirnya menghentikan langkah Kiana.

"Makanya jangan berbicara yang sembarangan," celoteh Kiana.

"Iya janji, aku gak akan bicara yang sembarangan lagi. Tapi jangan pergi dulu, ajarkan aku cara membuat susu jona. baru kamu boleh pulang,"Joan dengan wajah memelas. Tangan kirinya menggengan tangan Kiana cukup erat.

"udah yuk, makan. Aku cuma becanda,"Kiana lalu membalas genggaman tangan kekar sahabatnya berjalan menuju dapur.

"mau lauk apa aja? Ini ada telur balado, mau gak? Maaf ya, aku cuma bisa masak ini," suara Kiana tampan merendah.

"Gak masalah, kamu tau sendiri aku dari kecil lebih suka makanan rumahan, kan? It's okey dear …, " Joan dengan mengusap kepala Kiana lembut.

"No problem, kitakan sahabat. Sahabat itu harus saling melengkapi satu sama lain," Kata-kata Kiana seperti menampar keras Joan.

Dada lelaki tampan itu terasa sesak, namun coba ia tutupi dengan senyuman tipis. Sikap lembut Kiana kadang membuatnya terbang jauh ke langit ketujuh.

Namun kadang-kadang perkataan gadis itu terasa sangat pedih di hatinya. Walau joan tau itu hanya sebuah candaan di luar batas.

"Ayo buka mulutnya, aaa … pesawat datang," Kiana mulai mengarahkan sendok di tangannya ke mulut Joan.

Lelaki itu perlahan membuka mulutnya, sebelum itu menatap Kiana cukup lama. Entah mengapa sekarang rasanya sangat berbeda ketika dekat dengan gadis itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • TAKDIR Cinta sang tuan muda    CHAPTER 107

    "Kami hanya orang desa yang terjebak oleh kemiskinan, anak saya terpaksa membuang putri kecilnya karena tak mampu menerima omongan para tetangga saat pulang ke kampung halaman tanpa membawa suami," nenek tua itu membuat suasana hening.Suaranya terdengar gemetar, bagai penuh tekanan batin. Pandangannya benar-benar meminta untuk di kasihani dan diberi kesempatan."Anak gadis saya di tipu dan di ambil begitu saja keperawanannya tanpa pertanggung jawaban, dan saya yang miskin ini tak mampu membantu anak saya keluar dari masalah yang telah ia tuai sendiri," sambungnya, kini tampak matanya berkaca-kaca saat menatap Hendra.Tatapan mata lelaki itu tampak sendu, wajahnya yang galak tampak mengharu mendengar curhatan isi hati nenek tua itu."Kami orang-orang miskin hanya bisa tertunduk bisu di depan orang-orang kaya yang berkuasa seperti kalian, saya malu menampakkan diri ke depan anda dengan gelar sebagai ibu dari seorang gadis bernama Melati yang dengan kejamnya membuang putri kecilnya send

  • TAKDIR Cinta sang tuan muda    CHAPTER 106

    "Ayah ingin orang bodoh yang memimpin perusahaan besar itu?" Ucap Joan dengan nada ketus, melayangkan tatapan dingin kearah Hendra.ucapan Hendra malah terasa menghardik dirinya, lelaki tampan itu tak ingin memimpin sebuah perusahaan dengan otak kosong, ia tak ingin malah tangan kanannya nanti yang lebih tahu tentang perusahaan."Kau sudah layak Joan, tidak kau lihat puluhan pialamu yang terpajang di ruang prestasi? Itu sudah cukup membuat ayah bangga kau dalam dunia pendidikan," tegas Hendra dengan penekanan."sekarang ayah ingin kau mengukir kemampuanku dalam dunia bisnis, hanya kamu yang bisa memimpin. ayah tidak bisa mempercayai orang lain selain putra ayah sendiri," sambungnya dengan salah satu tangan mengelus lembut punggung Joan."Ayah tidak bisa hanya mengambil satu pandangan saja, setiap orang berhak memilih," Joan menimpal dengan nada ketus sama menekannya seperti Hendra."Lagi pula itu hanyalah piala dalam bidang olahraga.""Namun setiap orang tua tak ada yang mau anaknya m

  • TAKDIR Cinta sang tuan muda    CHAPTER 105

    "Anak ini gila!? Banyak sekali pembalut yang ia beli, obat pereda? Untukku?" Kiana memandangi beberapa kotak obat pereda nyeri untuk wanita menstruasi, gadis itu cukup terkejut Joan membeli itu untuknya."Kenapa dia begitu peka akhir-akhir ini? Apa ada yang salah?"Kiana bergumam sendiri, mematung masih menatap kotak obat itu merasa tersipu malu sekaligus keheranan.Memang akhir-akhir ini Joan terlihat seperti suami siap siaga, apa ia sedang berlatih sebelum mendapatkan gelar itu?"Kiana … hey … apa semua yang ku beli benar? Buka pintunya," suara Joan dari luar terdengar seperti sedang berbisik, lelaki tampan itu menempelkan mulutnya di celah pintu agar Kiana dapat mendengarnya.malu rasanya jika Hendra dan Vera melihat kebucinannya pada Kiana, rasanya pasti akan terasa canggung."Ya, ada apa?" Kiana segera mendekat ke arah pintu, ia tak langsung membukakan pintu untuk lelaki tampan itu karena takut kewarasannya kembali hilang.tahu sendiri Joan kalau sudah tak bersama Jona atau Kiana

  • TAKDIR Cinta sang tuan muda    CHAPTER 104

    "Pak, ini semua barang permintaan anda," pegawai lelaki itu muncul dengan troli yang sudah full, melayangkan senyuman bahagia ke arah Joan.Joan sudah ia tandai sebagai pembeli VIP, lelaki tampan itu jika berbelanja sendirian selalu menghabiskan jutaan rupiah, entah memang ia bodoh atau tak tahu hidup di dunia dengan baik."Oh, sudah? Selamat tinggal, semangat bekerja Pak wartawan," Joan berlenggang meninggalkan kumpulan wartawan itu, tak lagi menjawab pertanyaan yang lebih dulu mereka lontarkan.padahal dirinyanya yang wartawan itu pusingkan, sudah beberapa kali mereka mencoba masuk ke dalam komplek perumahan lelaki tampan itu namun sudah di blokir untuk kedamaian."Wah, saya baru kali Ini melihat seorang lelaki membeli pembalut wanita sebanyak itu ….""Eh, tunggu! Bukannya dia bujangan yang baru saja mengadopsi seorang anak? Apa dia ingin mencari istri kedua dan meninggalkan anak dan istri pertamanya? Tidak heran, gayanya saja seperti itu. Padahal di balik maskernya terdapat wajah y

  • TAKDIR Cinta sang tuan muda    CHAPTER 103

    "Wah, hidup orang-orang berada nikmat sekali ya, semua orang yang ada di dunia ini bisa menjadi pesuruhnya," pria itu mematung sesaat memandangi punggung Joan yang mulai menjauh, ia melamun membayangkan sedang berada di posisi lelaki tampan itu.siapa yang tidak ingin hidup di kelilingi oleh harta dan di kejar-kejar oleh uang? sekali menjadi model saja uang sudah mengalir deras ke dalam black card-nya."Bukan nikmat lagi, sudah di atas level nikmat. Tapi di lihat-lihat wajahnya tak asing, seperti sering di lihat namun siapa?" Wanita itu kembali menimpal seraya tersenyum tipis ikut memandangi postur tubuh Joan yang benar-benar kriteria sejuta umat wanita."Hm, biasalah orang kaya memang begitu, vibesnya semuanya hampir sama. Jangan lupakan kata-kata singkatnya yang menusuk hingga ke ginjal," ucap pria itu dengan helaan nafas panjang, menggeleng pelan merasa posisi Joan adalah langit cerah yang sulit tergapai.semua orang pasti akan bermimpi tampil menjadi orang yang di hormati seperti

  • TAKDIR Cinta sang tuan muda    CHAPTER 102

    "Lihatlah ayah, bayi ini lucu sekali," bagai terhipnotis, Vera langsung mengelus lembut kepala Joan dengan haru. Tampak sangat excited ingin menggendong bayi kecil itu, raut wajahnya tampak begitu bahagia melihat keberadaan Jona dalam dekapan Kiana.."Dimana Joan? Anak itu tak ada lelahnya membuat saya pusing!" Berbeda dengan respon Vera, Hendra malah tampak sangat mendidih. ia sangat tak Abar bertemu dengan putra semata wayangnya penerus perusahaan besar keluarga. Kemarahannya tak dapat di redam oleh apapun, sepertinya kali ini ia benar-benar murka."Silahkan masuk kedalam, beberapa hari ini banyak wartawan yang meliput di sekitar sini," Kiana mempersilahkan keduanya untuk masuk, takut jika tiba-tiba ada wartawan yang malah menyorot dari sudut pandang yang berbeda.Vera tampak terkejut menatap tiap sudut rumah itu."terawat ya, bunda pikir akan jadi rumah angker atau gudang. Sudah berapa hari kamu menginap di sini?""Sudah … 2 Minggu lebih mungkin, Kiana tidak ingat," ucap Kiana deng

  • TAKDIR Cinta sang tuan muda    CHAPTER 101

    "Saya tahu kamu mulai tergila-gila dengan ketampanan saya, tapi untuk saat ini kita harus serius, okey? Kamu bisa paham, kan?" Alen berusaha menahan rasa malunya karena tersipu oleh ucapan gadis itu."Baru sedikit bumbu centil sudah terpancing," gerutu Alexa, padahal ia sendirilah yang terus memancing. Mengapa jadi kesal sendiri dengan respon Alen?"Baiklah, jelaskan semuanya dengan sejelas-jelas mungkin. Aku akan mendengarkannya, sayang …," gadis ini memang gila, jika saja Alen menggubrisnya dengan serius mana berani ia berucap demikian.Gadis itu tidak tahu saja seobsesi apa Alen pada tubuh seorang wanita, terkhusus dengan hasratnya pada Kiana."Kita akan memata-matai keduanya dari jarak jauh, kita mendekat pada mereka hanya untuk mengambil gambar yang mungkin bisa menjadi masalah," Alen kembali menekankan, mengambil keputusan sesuka hati. ya, kita tahu, dialah yang berkuasa di sana."Hm, terus …?" Alexa semakin memancing, memasang senyuman manis bak seorang istri yang menunggu untu

  • TAKDIR Cinta sang tuan muda    CHAPTER 100

    "Yah! Untuk hal itu akan segera kita lakukan, saya hanya perlu membujuk anak gadis saya untuk bersiap-siap menjadi seorang istri," ucap Rifky dengan senyum getir, ia benar-benar takut mengucapkan kata yang mungkin menyinggung hati lelaki yang ada di hadapannya.kekuasaan lelaki tampan itu sungguh melambung jauh dari Rifky.Rifky berperilaku seolah sangat akrab dengan lelaki tampan itu, padahal harga dirinya tengah di pertaruhkan. Dania sama sekali tidak mengetahui jika suaminya dalam tindasan pemaksaan karena hutang piutang yang berakar.Ya! Hutang, Rifky sempat berhutang pada perusahaan lelaki itu dengan jumlah yang sangat besar untuk menutupi kerugian yang membuat perusahaannya hampir bangkrut.selama ini ia tak pernah bercerita Lika liku perusahaan mereka pada kedua wanita yang sangat ia cintai, betapa kecewanya Dania jika tahu perusahaan turun temurun milik kedua orang tuanya yang di gabung oleh perusahaan Rifky jatuh bangkrut begitu saja."Ingat! Saya tidak akan tinggal diam jika

  • TAKDIR Cinta sang tuan muda    CHAPTER 99

    Joan segera berlari kecil menuju Kiana yang tampak sudah keberatan menggendong Jona. gadis itu sudah seperti seorang ibu muda.keduanya mendapati pintu dalam keadaan terkunci, dalam pikiran mereka harusnya ada Alexa di dalam."Pintunya di kunci? Apa gadis itu sedang tak ada di rumah?" Joan kembali mengambil ponselnya bertujuan untuk menanyakan kunci rumah pada Alexa yang mungkin ada di dalam namun tak tahu keduanya ada di depan pintu.Alexa: Alen, kunci rumah ada di pot sebelah kanan.Pesan lama dari Alexa baru saja di baca oleh Joan, lelaki tampan itu cukup terkejut. Namun di akhir senyum tipis terukir di bibirnya.Kiana menatap Joan dengan heran."Mengapa hanya tersenyum? Apa Alexa ada di dalam?" Joan masih terus menatap layar ponselnya, tatapan matanya tampak serius penuk seksama membaca tiap pesan Alexa.Joan lalu mendongak dengan mata berbinar dan senyum bahagia."Dia sudah pulang."Kiana melongo mendengar ucapan Joan, bibirnya terkatup masih tak paham."Pulang? Pulang ke Australia m

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status