Share

10

Author: syinshyy11
last update Last Updated: 2021-10-12 07:56:19

Gaada yang namanya kebetulan, semua udah ditentuin. Semua ini, Takdir.

          “Heh! Ngomel mulu, lo!”

          “Ggg-Gio?”

          Itu, Gio. Sejak kapan dia ada disini? Serem banget si, tiba-tiba muncul. Bikin kaget aja.

          “Iya, kenapa?” Tanya Gio mengejutkan lamunanku.

          “K-kok, ada disini?”

          “Ya emang ini bukan tempat umum?” Ucapnya sambil duduk di kursi sebelahku. “Kenapa, si? Tadi ngomel-ngomel gak jelas, sekarang ngelamun gitu.”

          “Hm? Gapapa. Btw, dari kafe juga? Kok, gak lihat?”

&nbs

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • TAKDIR   11

    Kadang, apa yang kita takutin hari ini, itu yang akan kita hadapi besok. Kini, Alisha, Ayza, Alwi (Ayah Alisha) dan Dewi (Bunda Alisha) sedang berada dimeja makan untuk makan malam. “Oh iya, Cha, besok kamu ada dirumah aja ‘kan? Maksudnya kamu gaada acara keluar rumah?” Tanya Dewi tiba-tiba. Alisha yang sedang mengunyah makanannya berhenti sejenak, “Iya, Bund. Aku besok gaakan kemana-mana kok. Ada apa emangnya?” Tanya balik Alisha. “Besok Ayah sama Bunda mau ngajakin kamu sama Ayza buat ke restoran yang dulu biasa kita kunjungin, udah lama juga kan ya, gak kesana. Ada yang mau Ayah dan Bunda omongin juga sama kamu dan Ayza.” Jelas Dewi 

  • TAKDIR   10

    Gaada yang namanya kebetulan, semua udah ditentuin. Semua ini, Takdir. “Heh! Ngomel mulu, lo!” “Ggg-Gio?” Itu, Gio. Sejak kapan dia ada disini? Serem banget si, tiba-tiba muncul. Bikin kaget aja. “Iya, kenapa?” Tanya Gio mengejutkan lamunanku. “K-kok, ada disini?” “Ya emang ini bukan tempat umum?” Ucapnya sambil duduk di kursi sebelahku. “Kenapa, si? Tadi ngomel-ngomel gak jelas, sekarang ngelamun gitu.” “Hm? Gapapa. Btw, dari kafe juga? Kok, gak lihat?”&nbs

  • TAKDIR   09

    Bertemu lagi. Kurasa, ini bukan kebetulan biasa, ini takdir ya?“Iya, gue Gio. Gue juga yang tadi gak sengaja lo senggol.”Aku terdiam sejenak. Pantas saja, ketika melihat dia tadi, seperti bukan pertama kalinya aku bertemu dia. Ah, dia berubah banyak. Aku sampai sempat tidak mengenalinya, padahal dia teman kecilku dulu. “Hm, Gio. Kita, pernah kenal ya?” Tanyaku, hanya memastikan saja. Karena aku takut jika aku yang duluan memulai menyapanya, aku takut terkesan so’ akrab dengan dia. “Ck, lo tuh, amnesia atau gimana? Masa lupa si? Ya, kan kita dulu temenan, Sha. Perasaan lo belum terlalu tua kan? Kan beda umur kita cuman 3 tahun.” Jawab Gio. “Iya iya, aku juga tau, kok. Cuman takut salah aja.” Jawabku. Namun tak lama

  • TAKDIR   08

    “Darimana, kalian?” Tanya Kak Ayza yang melihatku baru sampai bersama Andi. “Oh, ini Kak, aku sama Andi baru pulang dari Mas Aji.” Ucapku. “Wahh, bawa martabak dong. Mana punya kakak?” Ucap Kak Ayza sembari mengambil martabak yang aku bawa. “Ihhh! Nanti dulu!” Ucapku sambil merebut kembali martabaknya, “Nanti aku bawain deh. Aku juga beli kok, buat kakak sama Ayah, Bunda. Sekaligus aku bawain ice choco buat kakak!” “Wah, tumben nih baik. Ada maunya nih pasti?” “Gak, lah! Udah, deh. Ayo, Ndi, kita ke atas. Kasihan Fito udah lama sendiri.” Ucap

  • TAKDIR   07

    Kadang, kehilangan seorang sahabat lebih menyakitkan daripada harus berpisah dengan kekasih. Kini, aku, Fito dan Andi sedang berada didalam mobil dalam perjalanan menuju rumah baruku. “Eh, Ndi, Fit gue mau nanya deh.” Ucapku tiba-tiba ketika teringat suatu hal. “Apaan?” Timpal Fito yang kini duduk disebelahku. “Hmm, gatau ya sebenernya gue gak bermaksud apapun si, cuman pengen aja gitu nanya gini. Kalo nanti nih, kalian udah punya pacar masing-masing, apa kalian bakalan masih ada buat gue? I mean, buat sekedar dengerin curhatan gue gitu, ya meskipun gue sadar kalo kalian udah punya pacar pasti ada seorang wanita lagi yang harus diperhatiinkan? Yang jadi prioritas kalian,” tanyaku.

  • TAKDIR   06

    Hari ini, hari dimana aku meninggalkan rumah ini. Sudah banyak sekali kenangan yang terjadi. Biarlah tersimpan dengan baik dirumah ini. Aku sudah siap dengan semua barangku, kini aku sedang memakai make up, tipis-tipis saja biar tidak terlalu pucat. Hari ini aku juga memakai hoodie pemberian Tristan. Jika kamu berfikir aku masih memikirkannya, iya, pasti. Karena, tidak semudah itu melupakan seseorang. Namun, jika berfikir lagi aku memakai hoodie ini karena itu, itu salah. Aku hanya menghargai pemberian seseorang. Tidak apa, aku harus dewasa dalam menghadapi masalah ini. Aku tidak boleh lagi bersikap kekanak-kanakan, hanya karena memakai hoodie ini aku tak boleh goyah dengan pendirianku, untuk melupakan dia.&n

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status