Di Kediaman Tuan Cornelius.Siang itu, meja makan Keluarga Cornelius tampak rapi setelah makan siang selesai. Tuan Cornelius menyesap tehnya sambil membaca koran, sedangkan Zera berharap bisa segera beristirahat di kamarnya. Namun, harapannya pupus ketika suara ibunya terdengar menusuk."Zera, jangan duduk-duduk saja. Bantu Mami bereskan meja," perintah Nyonya Debira dengan suara tegas.Zera menahan napas, lalu mengangguk pelan. “Baik, Mi.” Padahal di rumahnya ada beberapa asisten rumah tangga yang bekerja untuk keluarganya. Namun kali ini gadis itu sangat yakin jika semua ini adalah alasan sang ibu untuk menahannya agar tidak ke mana-mana. Lalu Zera pun berkata,“Lho, Mi. Memangnya para ART kita ke mana?”“Mereka ada pekerjaan lain di taman. Buruan kamu bantu, Mami.” sahut Nyonya Debira mulai sibuk.Zera pun berdiri, mengumpulkan piring-piring kotor, dan membawanya ke dapur.“Jangan hanya taruh piringnya, langsung cuci,” tambah ibunya sambil melipat serbet makan.Zera menghela nap
Perumahan Kemang Residence,Tepatnya di dalam kamar yang luas dengan nuansa abu-abu elegan, Farez masih berbaring malas-malasan di atas tempat tidurnya. Matanya setengah terbuka, memandangi langit-langit tanpa ekspresi.Suara ketukan di pintu kamarnya terdengar, lalu menyusul suara lembut namun tegas dari ibunya, Nyonya Ester."Farez, bangun. Sebentar lagi keluarga kolega bisnis Papi akan tiba. Kamu harus bersiap-siap," ujar sang ibu yang masih berada di luar kamar putranya.Farez menghela napas panjang. Dia tahu jika hari ini akan tiba, hari di mana dirinya dipaksa bertemu dengan gadis pilihan ayahnya. Namun, sekecil apapun harapan yang Farez punya, pria itu tetap merasa tak siap menghadapi kenyataan ini.Tanpa menjawab perkataan sang ibu, Farez malah menarik selimutnya lebih tinggi, lalu menutupi wajahnya.Tak lama kemudian, pintu kamar Farez terbuka, dan Nyonya Ester masuk dengan langkah mantap. Wanita berusia paruh baya itu masih saja cantik dengan mengenakan gaun elegan, rambutn
Farez baru saja merasa lega saat ini dan pria itu mulai berjalan ke arah lemari pakaiannya dengan hanya mengenakan handuk. Dia berpikir ayahnya, Tuan Deron, telah benar-benar pergi dari kamarnya setelah membanting pintu dengan sangat keras beberapa detik yang lalu. Namun, dugaannya itu salah.Tiba-tiba, pintu kamar kembali terbuka, dan sosok ayahnya melangkah masuk dengan tatapan tajam. Farez yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk langsung menoleh dengan ekspresi kesal."Lho, Papi ngapain kembali masuk ke dalam kamarku? Aku mau ganti baju, Pi!" seru Farez dengan nada tidak suka.Tuan Deron tidak terpengaruh oleh keluhan putranya. Dia pun mulai menyilangkan tangan di dada, masih berdiri di dekat pintu, lalu berkata dengan nada dingin, "Papi cuma mau memastikan kalau kamu berpakaian selayaknya seorang CEO muda, pemimpin sebuah perusahaan besar!"Mendengar itu, Farez mendengus kesal. "Apa-apaan sih, Pi? Aku bukan anak kecil! Masa Papi yang harus memilihkan baju yang akan kup
Mobil sedan hitam mengkilap melaju dengan anggun memasuki halaman rumah mewah bergaya klasik Eropa. Tepat pukul lima sore, Tuan Cornelius, Nyonya Debira, dan putri mereka, Zera, tiba di kediaman kolega bisnis Tuan Cornelius.Ketika seorang pelayan membukakan pintu mobil, Tuan Cornelius turun lebih dulu, mengenakan jas abu-abu tua yang elegan. Nyonya Debira menyusul dengan anggun dalam balutan gaun biru navy. Terakhir, Zera keluar dengan langkah penuh percaya diri, mengenakan gaun hijau toska yang memperlihatkan keanggunannya. Rambut panjangnya yang tergerai dihiasi jepit mutiara kecil yang berkilauan.Begitu melihat mereka, sang tuan rumah, seorang pria paruh baya dengan perawakan tegap, segera menyambut dengan senyum lebar."Cornelius! Senang sekali kamu datang," sapanya sambil menjabat tangan tamunya erat."Ternyata kita sudah lama tak bertemu. Terima kasih atas undangannya hari ini," balas Tuan Cornelius sopan.Mata sang tuan rumah dan istrinya kemudian tertuju pada Zera. Mereka ta
Cinta yang terungkap ditengah perjodohan.Di sebuah ruang tamu yang megah dengan lampu kristal menggantung di langit-langit, empat orang tua tengah duduk serius di sofa mewah berwarna gading. Mereka adalah Tuan Deron dan Nyonya Ester, orang tua dari Farez Keil, serta Tuan Cornelius dan Nyonya Debira, orang tua dari Zera Cornelius. Dua keluarga terpandang ini baru saja selesai membicarakan rencana perjodohan anak-anak mereka.Namun, suasana yang awalnya penuh antisipasi berubah saat Farez memasuki ruangan dengan langkah mantap, diikuti oleh Zera yang sedikit gugup. Wajahnya memerah, tapi genggaman tangan Farez yang erat di tangannya membuatnya lebih tenang.Farez berhenti di tengah ruangan dan menatap semua orang dengan tegas. Dengan suara lantang dan penuh keyakinan, dia berkata,"Papi, Mami, Om, Tante. Aku sangat setuju dengan perjodohan ini," serunya dengan suara tegas.Para orang tua seketika menatap ke arah Farez dengan ekspresi terkejut."Tunggu, apa maksudmu?" tanya Tuan Deron,
Di suatu siang di jam istirahat,Tepatnya di lantai tertinggi sebuah gedung perkantoran mewah di pusat Kota Jakarta, suasana di ruang kebesaran milik pengusaha muda bernama Farez Keil terasa sangat santai meskipun tempat itu dikelilingi oleh interior elegan dan nuansa bisnis yang kuat. Di dalam ruangan tersebut, tiga pria muda yang dikenal sebagai geng ARJOFA, singkatan dari Arnold, Joseph, dan Farez, sedang berkumpul saat ini. Mereka bukan sekadar sahabat lama dari SMA Cipta Nusantara, akan tetapi kini masing-masing telah sukses menjadi CEO muda di perusahaan mereka sendiri.Hari ini, ketiganya berkumpul di kantor Farez Keil, pria yang baru saja mendapat restu untuk menikahi kekasihnya, Zera Mirae Cornelius.Joseph membuka pembicaraan sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. “Selamat ya, Bro. Akhirnya Lo dapet restu buat nikahin Zera.”Arnold yang duduk di sebelahnya mengangguk setuju. “Bener banget. Gue masih nggak nyangka Lo sama Zera sudah pacaran dari SMA dan Lo rahasiakan teru
Keselamatan Zera di ambang bahaya,Plaza Indonesia siang itu tampak ramai seperti biasa. Orang-orang berlalu lalang dengan berbagai tujuan, ada yang berbelanja, ada yang sekedar bertemu rekan bisnis atau sahabat. Zera, yang baru saja turun dari mobil, tidak menyadari jika barusan dia hampir saja mengalami insiden yang berbahaya.Di belakangnya, tiga orang bodyguard perempuan yang diperintahkan oleh Farez berjalan dengan sigap, memastikan keamanan Zera tanpa membuatnya merasa terkekang. Mereka terlihat seperti asisten pribadi, berpakaian elegan namun tetap waspada terhadap sekeliling.Beberapa saat yang lalu.Setelah menerima perintah dari Farez, Pak Rudi segera bertindak cepat. Dia menghubungi tiga anak buahnya yang sudah lama dipercaya olehnya, yaitu Sita, Rena, dan Lina.Pak Rudi pun memberi perintah kepada ketiganya,“Nona Zera harus dijaga setiap saat. Kalian bertiga akan mengawalnya ke manapun dia pergi. Jangan sampai Nona tersebut menyadari terlalu berlebihan, tapi tetap pastika
Kemarahan Abdiel di rumah tua,Di sebuah rumah tua di pinggiran Kota Jakarta, hujan gerimis membasahi atap yang mulai rapuh. Angin berhembus pelan, menggoyangkan dedaunan di halaman belakang yang dipenuhi semak belukar. Lampu di dalam rumah redup, hanya ada satu bohlam tua yang menggantung di langit-langit ruang tamu yang luas, menerangi meja kayu panjang di tengah ruangan.Suasana tegang terasa kental di dalam rumah itu. Abdiel, seorang pria berusia akhir dua puluhan dengan jas mahal dan wajah penuh kemarahan, berdiri di ujung meja. Rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal erat. Di hadapannya, juga berdiri tiga pria, Reza, Bagas, dan Fajar sedang duduk dengan kepala tertunduk, menunggu vonis dari majikan mereka yang jelas-jelas sedang murka."Kalian benar-benar tidak becus!" bentak Abdiel, suaranya menggema di seluruh ruangan. Matanya berkilat tajam, menatap ketiga anak buahnya dengan penuh amarah."Maaf, Bos." Reza mencoba berbicara, akan tetapi langsung dipotong oleh Abdiel."M
Kemarahan Abdiel di rumah tua,Di sebuah rumah tua di pinggiran Kota Jakarta, hujan gerimis membasahi atap yang mulai rapuh. Angin berhembus pelan, menggoyangkan dedaunan di halaman belakang yang dipenuhi semak belukar. Lampu di dalam rumah redup, hanya ada satu bohlam tua yang menggantung di langit-langit ruang tamu yang luas, menerangi meja kayu panjang di tengah ruangan.Suasana tegang terasa kental di dalam rumah itu. Abdiel, seorang pria berusia akhir dua puluhan dengan jas mahal dan wajah penuh kemarahan, berdiri di ujung meja. Rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal erat. Di hadapannya, juga berdiri tiga pria, Reza, Bagas, dan Fajar sedang duduk dengan kepala tertunduk, menunggu vonis dari majikan mereka yang jelas-jelas sedang murka."Kalian benar-benar tidak becus!" bentak Abdiel, suaranya menggema di seluruh ruangan. Matanya berkilat tajam, menatap ketiga anak buahnya dengan penuh amarah."Maaf, Bos." Reza mencoba berbicara, akan tetapi langsung dipotong oleh Abdiel."M
Keselamatan Zera di ambang bahaya,Plaza Indonesia siang itu tampak ramai seperti biasa. Orang-orang berlalu lalang dengan berbagai tujuan, ada yang berbelanja, ada yang sekedar bertemu rekan bisnis atau sahabat. Zera, yang baru saja turun dari mobil, tidak menyadari jika barusan dia hampir saja mengalami insiden yang berbahaya.Di belakangnya, tiga orang bodyguard perempuan yang diperintahkan oleh Farez berjalan dengan sigap, memastikan keamanan Zera tanpa membuatnya merasa terkekang. Mereka terlihat seperti asisten pribadi, berpakaian elegan namun tetap waspada terhadap sekeliling.Beberapa saat yang lalu.Setelah menerima perintah dari Farez, Pak Rudi segera bertindak cepat. Dia menghubungi tiga anak buahnya yang sudah lama dipercaya olehnya, yaitu Sita, Rena, dan Lina.Pak Rudi pun memberi perintah kepada ketiganya,“Nona Zera harus dijaga setiap saat. Kalian bertiga akan mengawalnya ke manapun dia pergi. Jangan sampai Nona tersebut menyadari terlalu berlebihan, tapi tetap pastika
Di suatu siang di jam istirahat,Tepatnya di lantai tertinggi sebuah gedung perkantoran mewah di pusat Kota Jakarta, suasana di ruang kebesaran milik pengusaha muda bernama Farez Keil terasa sangat santai meskipun tempat itu dikelilingi oleh interior elegan dan nuansa bisnis yang kuat. Di dalam ruangan tersebut, tiga pria muda yang dikenal sebagai geng ARJOFA, singkatan dari Arnold, Joseph, dan Farez, sedang berkumpul saat ini. Mereka bukan sekadar sahabat lama dari SMA Cipta Nusantara, akan tetapi kini masing-masing telah sukses menjadi CEO muda di perusahaan mereka sendiri.Hari ini, ketiganya berkumpul di kantor Farez Keil, pria yang baru saja mendapat restu untuk menikahi kekasihnya, Zera Mirae Cornelius.Joseph membuka pembicaraan sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. “Selamat ya, Bro. Akhirnya Lo dapet restu buat nikahin Zera.”Arnold yang duduk di sebelahnya mengangguk setuju. “Bener banget. Gue masih nggak nyangka Lo sama Zera sudah pacaran dari SMA dan Lo rahasiakan teru
Cinta yang terungkap ditengah perjodohan.Di sebuah ruang tamu yang megah dengan lampu kristal menggantung di langit-langit, empat orang tua tengah duduk serius di sofa mewah berwarna gading. Mereka adalah Tuan Deron dan Nyonya Ester, orang tua dari Farez Keil, serta Tuan Cornelius dan Nyonya Debira, orang tua dari Zera Cornelius. Dua keluarga terpandang ini baru saja selesai membicarakan rencana perjodohan anak-anak mereka.Namun, suasana yang awalnya penuh antisipasi berubah saat Farez memasuki ruangan dengan langkah mantap, diikuti oleh Zera yang sedikit gugup. Wajahnya memerah, tapi genggaman tangan Farez yang erat di tangannya membuatnya lebih tenang.Farez berhenti di tengah ruangan dan menatap semua orang dengan tegas. Dengan suara lantang dan penuh keyakinan, dia berkata,"Papi, Mami, Om, Tante. Aku sangat setuju dengan perjodohan ini," serunya dengan suara tegas.Para orang tua seketika menatap ke arah Farez dengan ekspresi terkejut."Tunggu, apa maksudmu?" tanya Tuan Deron,
Mobil sedan hitam mengkilap melaju dengan anggun memasuki halaman rumah mewah bergaya klasik Eropa. Tepat pukul lima sore, Tuan Cornelius, Nyonya Debira, dan putri mereka, Zera, tiba di kediaman kolega bisnis Tuan Cornelius.Ketika seorang pelayan membukakan pintu mobil, Tuan Cornelius turun lebih dulu, mengenakan jas abu-abu tua yang elegan. Nyonya Debira menyusul dengan anggun dalam balutan gaun biru navy. Terakhir, Zera keluar dengan langkah penuh percaya diri, mengenakan gaun hijau toska yang memperlihatkan keanggunannya. Rambut panjangnya yang tergerai dihiasi jepit mutiara kecil yang berkilauan.Begitu melihat mereka, sang tuan rumah, seorang pria paruh baya dengan perawakan tegap, segera menyambut dengan senyum lebar."Cornelius! Senang sekali kamu datang," sapanya sambil menjabat tangan tamunya erat."Ternyata kita sudah lama tak bertemu. Terima kasih atas undangannya hari ini," balas Tuan Cornelius sopan.Mata sang tuan rumah dan istrinya kemudian tertuju pada Zera. Mereka ta
Farez baru saja merasa lega saat ini dan pria itu mulai berjalan ke arah lemari pakaiannya dengan hanya mengenakan handuk. Dia berpikir ayahnya, Tuan Deron, telah benar-benar pergi dari kamarnya setelah membanting pintu dengan sangat keras beberapa detik yang lalu. Namun, dugaannya itu salah.Tiba-tiba, pintu kamar kembali terbuka, dan sosok ayahnya melangkah masuk dengan tatapan tajam. Farez yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk langsung menoleh dengan ekspresi kesal."Lho, Papi ngapain kembali masuk ke dalam kamarku? Aku mau ganti baju, Pi!" seru Farez dengan nada tidak suka.Tuan Deron tidak terpengaruh oleh keluhan putranya. Dia pun mulai menyilangkan tangan di dada, masih berdiri di dekat pintu, lalu berkata dengan nada dingin, "Papi cuma mau memastikan kalau kamu berpakaian selayaknya seorang CEO muda, pemimpin sebuah perusahaan besar!"Mendengar itu, Farez mendengus kesal. "Apa-apaan sih, Pi? Aku bukan anak kecil! Masa Papi yang harus memilihkan baju yang akan kup
Perumahan Kemang Residence,Tepatnya di dalam kamar yang luas dengan nuansa abu-abu elegan, Farez masih berbaring malas-malasan di atas tempat tidurnya. Matanya setengah terbuka, memandangi langit-langit tanpa ekspresi.Suara ketukan di pintu kamarnya terdengar, lalu menyusul suara lembut namun tegas dari ibunya, Nyonya Ester."Farez, bangun. Sebentar lagi keluarga kolega bisnis Papi akan tiba. Kamu harus bersiap-siap," ujar sang ibu yang masih berada di luar kamar putranya.Farez menghela napas panjang. Dia tahu jika hari ini akan tiba, hari di mana dirinya dipaksa bertemu dengan gadis pilihan ayahnya. Namun, sekecil apapun harapan yang Farez punya, pria itu tetap merasa tak siap menghadapi kenyataan ini.Tanpa menjawab perkataan sang ibu, Farez malah menarik selimutnya lebih tinggi, lalu menutupi wajahnya.Tak lama kemudian, pintu kamar Farez terbuka, dan Nyonya Ester masuk dengan langkah mantap. Wanita berusia paruh baya itu masih saja cantik dengan mengenakan gaun elegan, rambutn
Di Kediaman Tuan Cornelius.Siang itu, meja makan Keluarga Cornelius tampak rapi setelah makan siang selesai. Tuan Cornelius menyesap tehnya sambil membaca koran, sedangkan Zera berharap bisa segera beristirahat di kamarnya. Namun, harapannya pupus ketika suara ibunya terdengar menusuk."Zera, jangan duduk-duduk saja. Bantu Mami bereskan meja," perintah Nyonya Debira dengan suara tegas.Zera menahan napas, lalu mengangguk pelan. “Baik, Mi.” Padahal di rumahnya ada beberapa asisten rumah tangga yang bekerja untuk keluarganya. Namun kali ini gadis itu sangat yakin jika semua ini adalah alasan sang ibu untuk menahannya agar tidak ke mana-mana. Lalu Zera pun berkata,“Lho, Mi. Memangnya para ART kita ke mana?”“Mereka ada pekerjaan lain di taman. Buruan kamu bantu, Mami.” sahut Nyonya Debira mulai sibuk.Zera pun berdiri, mengumpulkan piring-piring kotor, dan membawanya ke dapur.“Jangan hanya taruh piringnya, langsung cuci,” tambah ibunya sambil melipat serbet makan.Zera menghela nap
Pencarian terhadap Farez pun dimulai.Matahari mulai naik di langit Jakarta, menyinari kota yang sibuk dengan segala aktivitas paginya. Namun, di kediaman keluarga Keil yang megah di kawasan Kemang Residence, suasana justru dipenuhi ketegangan.Beberapa saat yang lalu,Tuan Deron Keil berdiri di tengah ruang tamu dengan wajah merah padam. Tangannya mengepal, matanya tajam menatap para asisten rumah tangga dan sopir yang berbaris di depannya."Putra saya sudah kabur sejak pagi! Dan kalian semua membiarkannya begitu saja?" bentaknya dengan suara yang menggema di seluruh rumah.Para pekerja rumah tangga tersebut mulai menundukkan kepala, tak ada yang berani menjawab.Tuan Deron mengalihkan pandangannya kepada Pak Rudi, sopir pribadinya yang juga merupakan orang kepercayaannya. "Pak Rudi, saya ingin kamu memimpin pencarian terhadap putra saya. Kerahkan semua orang. Temukan Farez, bawa dia kembali ke rumah ini! Secepatnya!" tegasnya.“Waktu terus berjalan! Pertemuan dengan kolega bisnis s