"Aku kira kau akan mati," suara Nelson Jong mengaketkan Chris yang sedang bermalas-malasan. Chris langsung duduk dengan tegap untuk menjaga imej sebagai CEO yang berwibawa. Nelson Jong langsung duduk di depan Chris. Kedua mata berlensa coklat memandangi Chris dari rambut sampai ke arah pakaian. Chris mengerutkan dahinya. Ia meraaa tatapan mata Nelson Jong sungguh membuat dirinya tidak nyaman. "Ha... Ha.. ha... Ha ...." Nelson Jong tertawa ngakak sampai memegangi perutnya dan tidak henti-hentinya. Wajah Chris langsung memerah. Penderitaan dirinya telah ketahuan oleh Nelson Jong kini. "Tawa saja terus sampai puas," kata Chris memutar bola matanya kesal. "Chris, kau ini kenapa makin goblok belakangan ini? Apa yang menyebabkanmu jadi seperti ini, huh?" tanya Nelson Jong dengan wajah serius. "Tidak ada," Balas Chris dingin. Chris melanjutkan pekerjaannya kembali dan melihat isi dokumen, sedangkan Nelson Jong masih lanjut ketawa sampai terpingkal-pingkal akan kebodohan Chris yang
"Nel, kamu kenapa di sini?” tanya Lily bingung dan penasaran. "O, aku melihatmu ke arah sini, jadi aku ikuti saja. Siapa tahu mau melakukan hal aneh?" jawab Nelson Jong sangat jujur pada Lily dan tidak ada yang ditutupi. Kedua mata Lily terbelalak besar, ia pun mengaruk pipinya dengan jemari. "Aku mau turun ke bawah lewat tangga," balas Lily dengan wajah tersipu malu. Nelson Jong yang tidak bisa menahan tawa. Ia langsung tertawa ngakak sembari memeluk perutnya. "Di sanakan ada lift. Kenapa pakai tangga sih?" ucap Nelson Jong menujuk ke arah lift yang dekat dengan anak tangga darurat. Lily melihat arah tangan yang di tunjukan oleh Nelson Jong. "Kok aku baru sadar kalau di sana ada lift?" ucap Lily terheran karena selama beberapa tahun tidak menyadarinya. "Dibuat berapa bulan lalu. Ayo," ajak Nelson Jong. "Kok aku bisa sampai tidak sadar?" gumam Lily yang akhirnya mengikuti Nelson Jong dari belakang. Perasaan Chris yang awalny
Selesai menceloteh, Chris mulai mengamati keduanya lagi dengan muka cemberut. Sedangkan Lily sangat bahagia karena bisa makan banyak dan enak hari ini, tepatnya bisa menghemat uang untuk berapa hari kedepan. "Sepertinya kamu sudah sangat kenyang?" kata Nelson Jong yang menatapi wajah Lily yang terlihat kantuk. "Iya, sampai ngantuk karena efek kenyang h...... he.... he ...." tawa Lily dengan wajah polosnya tanpa di buat-buat. Lily tertawa dengan polos tanpa menyadari jika reaksinya menyulut emosi Chris yang sudah mirip gunung meletus dan bisa meratakan semuanya dengan sekali letusan super power. Saat Nelson Jong ingin berbicara, sebuah bunyi ponsel menghalangi kesempatan Nelson Jong untuk mengeluarkan pendapat. Lily yang penasaran dengan siapa yang menghubungi dirinya. Ia segera melihat isi pesan di ponselnya yang ternyata merupakan pesan dari James Holland yang bertanya ada di mana sekarang. Lily semakin tersenyum dan mengetik lokasinya berada. Belum semenit, James Holland sudah
"Wanita sialan ini, sudah berani banyak alasan sekarang ini?” oceh Chris yang tidak terima alasan Lily menolaknya kali ini. Lily merasakan perasaan sakit pada perut terasa membaik. Tetapi Lily merasa bocor semakin banyak. Di tambah terasa tidak nyaman sama sekali di bagian bawah yang semakin basah. Sehingga, Lily memutuskan untuk mengganti pembalut yang baru. Melihat di laci lemari persedian pembalut sudah habis, wajah Lily langsung cemberut. "Jika bukan karena peraturan Chris, si penjahat tubuh wanita . Aku tidak akan lupa beli pembalut," keluh kesah Lily kesal yang menyalahkan Chris saat ini. Terpaksa Lily keluar dari apertemen dengan hati mengerutu, kemudian berjalanalan menuju ke toko serba 24 jam. Melihat ada perbaikan jalan dan akses kesana di tutup, mau tidak mau Lily terpaksa memilih jalan memutar ke arah lain. "Ieeehhh... Kenapa pakai acara penutupan jalan segala," ngeluh Lily yang terpaksa memutar jalan lagi dengan hati mengerutu sepanjang perjalanan ke toko serba 24
Mobil yang di kendarain oleh Chris masuk ke garasi rumah sakit. Chris menggendong Lily keluar dari mobil dengan wajah panik, kemudian berlari masuk ke dalam gedung rumah sakit. Kepanikkan Chris membuat beberapa medis yang berjaga di depan pintu unit gawat darurat ikut panik akibat sikap Chris yang bar-bar di sertai teriakkan keras. Melihat darah yang banyak, pihak medis mengira Lily keguguran dan segera melarikan Lily ke arah lain. Chris mengikuti dari belakang dan melihat Lily dimasukkan ke ruang operasi. Dengan hati gelisah, Chris berjalan mondar mandir di depan pintu. Dokter wanita yang mengobati Lily beberapa hari lalu berjalan melihat Chris dengan tatapan heran. "Apa aku pernah bertemu pria ini sebelumnya? Sepertinya tak asing," kata dokter wanita dengan suara pelan. Sikap Chris yang merubah suasana menjadi tegang membuat dokter wanita memperbaiki posisi kacamata di matanya. Ia berjalan memasuki dalam ruangan. Perawat dan dokter wanita saling berbisik-bisik. Lily sangat mal
"Si penjahat tubuh wanita tak mungkin macam-macam lagi kan?” ucap Lily dengan pertanyaan di dalam hatinya. Lily berbicara sambil memakai baju bawahan dan memakai baju atasan dengan santainya. Chris yang sudah masuk kedalam kamar hanya menyandarkan tubuh di dekat pintu. Ia menatapi setiap gerak-gerik Lily yang menarik perhatiannya. Sadar ada yang menatapinya, Lily melihat ke arah pintu kamar dan ia menatapi Chris sedang bersandar di tiang pintu kamar. Muka Lily langsung merah padam, bukan karena ketampanan Chris melainkan pikiran di dalam hati Lily. "Jangan katakan si penjahat tubuh wanita sudah lihat dari awal sampai akhir," Lily memaki Chris dalam hati yang tanpa etika dan sopan santun. "Kenapa? Sudah mulai berpikir yang tidak-tidak, huh?" tebak Chris dengan nada sinisnya kepada Lily yang menatapi dengan tatapan sinis. "Kau," seru Lily dengan suara penuh kekesalan. "Sorry saja. Aku sudah tak bernafsu lagi," oceh Chris mengelak dan masih menyandarkan badan di pintu dengan gaya
. ‘Sreeettt’ Baju atasan Lily disobek dengan kuat. Beberapa kancing baju sampai lepas. Tak puas dengan menyobek baju atasan yang di kenakan oleh Lily. Chris mulai mengecup setiap inchi leher Lily dengan menurun. Menambahkan beberapa bekas kiss mark di bagian kedua buah kembar Lily yang besar yang selalu menantang untuk di jamah. Lily tidak berani bersuara merdu, selain merasakan sakit di setiap gigitan dan pijitan di salah satu buah kembarnya. Melihat Lily menutup mulutnya, Chris semakin brutal memainkan kedua buah kembar Lily di sertai dengan remasan kuat. Tak henti-henti menjilat, menghisap dan memijitnya, seakan-akan ingin menelan semuanya. "Akh sakit," Lily yang sudah tidak tahan mulai mengeluarkan suara dan mendorong kepala Chris agar menjauh dari kedua dadanya yang sedari di gigit oleh Chris. "Suara manis mu sungguh mengoda, aku ingin mendengarkannya lagi." Tanpa rasa belas kasihan, Chris mengikat kedua tangan Lily ke belakang dengan kemeja lenga
"Li, ke mana saja kamu beberapa hari ini? Apa yang kamu lakukan?” cercah James Holland dengan segala pertanyaan. Lily memasang wajah bodoh, Karena ia sedang mencari alasan menipu James Holland. Kedua mata James Holland melihat wajah Lily yang memar dan bibir yang masih bengkak. "Ini?" ucap James Holland dengan menajamkan kedua matanya ke arah luka di wajah dan bibir Lily. Lily mengedipkan kedua mata almondnya. "Aku ditabrak orang, lalu kena tampar karena katanya aku merusak mobilnya. Kemudian minta ganti rugi, Tapi aku tidak mau. Lalu mendapat tamparan lagi," dusta Lily dengan jemari menyentuh bekas memar di wajahnya yang tirus dan cekung. Expresi tenang pada wajah tampan James Holland langsung berubah. "Siapa orang itu? Katakan padaku. Aku akan membuat perhitungan dengannya sekarang ini,” sahut James Holland dengan nada marahnya. Lily tidak ingin James Holland kena masalah, Ia segera menarik lengan James Holland. "Tidak tahu, soalnya kejadianya malam hari dan orang