Share

Bab 3

TERIMA_KASIH_TELAH_MENCINTAIKU (BAB 3)

Namun sial, terdengar suara Abah memanggil Sukma. Dasar Abah, memang gak tahu situasi dan kondisi.

“Sukma! Sini, Nak! Ini calon mertuamu ada datang!” panggil Abah. Membuat langkah Sisil dan Sukma terhenti begitu saja.

“Iya, Bah!” ujar Sukma sambil menarik tangannya dari Sisil. 

“Abah, aku mau dandanin Sukma dulu!” ucap Sisil sambil melotot ke arah Abah.

“Pak Bagas gak lama, kok! Ke sini saja gak apa,” ujar Abah sambil melambaikan tangan pada Sukma dan Sisil.

Sukma berjalan mendekat. Sisil melanjutkan langkahnya menuju pintu samping. Sisil takut, Pak Bagas akan berubah pikiran ketika melihat penampilan Sukma. Bajunya sudah lusuh, rambut ikalnya dikuncir ekor kuda, sudah gitu, pakaiannya penuh dengan sisa tepung yang menempel. 

“Assalamu’alaikum!” Sukma mengucap salam ketika sudah tiba di ambang pintu. Di ruang tengah tampak Ambu tengah menyajikan minuman dan camilan. 

“W*’alaikumsalam!” jawab semua yang ada di ruang tengah serempak. Tampak ada wanita paruh baya dengan pakaian anggun, juga ada seorang laki-laki paruh baya yang tampak masih gagah. W*jahnya masih menggariskan ketampanan usia muda.

“Mas Bagas, Mbak Ayu! Perkenalkan ini Sukma---anak angkat kami. Sukma, ini Pak Bagas sama Bu Ayu---calon mertua kamu!” Abah berbicara sambil menepuk bahu Sukma lembut. 

“Wah alhamdulilah akhirnya bisa ketemu langsung sama Sukma,” ujar Bu Ayu. 

Sukma membungkuk hormat lalu mendekat pada kedua orang itu dan mengulurkan tangan untuk menyalaminya. Sementara itu, netranya kembali mengedar ke seluruh ruangan. Meskipun sudah ikhlas dan pasrah, akan tetapi tetap saja Sukma penasaran pada sosok yang akan jadi calon suaminya. Namun tak ada orang lagi di ruang tengah itu selain mereka berlima. Setelah itu Sukma duduk pada sofa terpisah di samping Ambu. 

“Sukma, maaf kami mendadak mampir. Tadi sekalian ada urusan soalnya. Jadinya Raga---calon suami kamu memang tidak ikut!” Pak Bagas berbicara pada Sukma.

“Oh jadi nama calon suamiku Raga?” batin Sukma. Sementara itu, bibirnya melengkung membuat senyum dan kepalanya mengangguk tanda mengiyakan perkataan Pak Bagas.

“Kami ada satu hal lagi yang mau disampaikan! Tidak enak juga jika berbicara melalui telepon. Kami ingin Sukma tahu semuanya sebelum pernikahan ini dilangsungkan!” ujar Bu Ayu. 

“Hal apa ya, Mbak Ayu?” Ambu menyahut. Dia menatap wajah calon besannya penasaran.

“Sebetulnya kenapa kami meminta Abah menjadi besan, karena Raga---putra kami sudah memiliki anak dari pernikahan pertamanya! Cucu kami bernama Khairani, usianya kini sudah dua setengah tahun! Kami tahu Abah orang baik, kami berharap menantu kami kelak selain bisa menerima Raga yang kondisinya masih belum normal, juga bisa menerima keberadaan Khairani---cucu kami!” ujar Bu Ayu.

Sukma menarik napas. Mencoba berdamai. Kata ikhlas yang pagi dia ucapkan, dia lafalkan lagi berulang. Sedangkan Ambu tampak lega. Dalam hatinya bersyukur karena bukan Sisil yang dinikahkan dengan anak Pak Bagas dan Bu Ayu itu. 

“Gak apa, Mbak Ayu! Sukma ini dewasa kok orangnya! Dia juga sudah menyatakan kalau rela menerima calon keluarga suaminya apapun kondisinya! Iya ‘kan, Sukma?” Ambu menyenggol lengan Sukma. 

Sukma mengangguk. Tak ada yang bisa dia perbuat selain mengangguk dan menerima. 

“Alhamdulilah, benar begitu Nak Sukma?” Bu Ayu menatap Sukma. 

“Iya, Bu! Saya bersedia,” jawab Sukma sambil tersenyum. 

“Alhamdulilah,” ucap Pak Bagas dan Bu Ayu hampir bersamaan. 

“Mungkin saya mau ngasih tahu Bu Ayu sama Pak Bagas juga,” ucap Ambu menjeda.

“Ngasih tahu apa, Mbak?” Bu Ayu menatap pada calon besannya. 

“Sukma ini sekolahnya dulu cuma sampai SMP. Mungkin gak pintar-pintar banget. Jadi mohon sekalian dibimbing nanti ya, Mbak Ayu, ya! Takutnya nanti malu-maluin keluarga! Tadi denger-denger kalau Raga punya wirausaha ‘kan ya?” Ambu menatap Pak Bagas dan Bu Ayu bergantian. 

“Oh gak ada masalah kalau itu sih, Mbak! Saya lihat Sukma sudah cocok, santun dan lembut. Yang paling penting itu saja, sih! Masalah sekolah sampai mana gak ada masalah … Sukma ini mau jadi bagian dari anggota keluarga toh, bukan buat melamar jadi karyawan saya!” kekeh Pak Bagas. 

Obrolan berlangsung beberapa lama. Pak Bagas langsung membahas masalah pernikahan dan menentukan harinya. Sekilas dia menunjukkan foto Raga dan Aira pada Sukma yang kembali hanya dibalas oleh anggukan.

Keduanya telah berpamitan pulang. Sukma bergegas menunaikan shalat zuhur lalu beranjak ke dapur. Kini dia mulai menyiapkan masakan untuk makan sore nanti. 

Dari ruang tengah terdengar samar obrolan Ambu dan Sisil. Dapur mereka hanya ada batas tembok saja. Ketika pintu tengah terbuka otomotis suara terdengar meskipun sedikit samar.

“Ambu cantik gak pakai baju ini?” Sudut netra Sukma menangkap bayangan Sisil yang sedang memamerkan dress baru. Tampak seksi dengan belahan dada yang rendah dan rok di atas lutut. 

“Cantik, emang mau ke mana?” Terdengar suara Ambu. Sukma tak lagi menoleh, hanya menyimak apa saja yang memang terdengar. Tangannya dengan gesit memotong-motong bahan untuk membuat sayur lodeh. Hari itu dia akan memasak ayam serrundeng, sayur lodeh, tempe goreng dan urap daun kencur---makanan kesukaan Abah. 

“Pokoknya sore ini aku seneng banget! Akhirnya Ahsan mau diajak ketemuan!” pekik Sisil. 

Nyesss!

Ada yang terasa menusuk pada batin Sukma. Semudah itukah Ahsan melupakannya? Namun dia tetap berusaha abai. Mulai hari ini dia harus benar-benar melupakan Ahsan. Bagaimanapun hari pernikahannya dengan Raga sudah ditentukan. 

“Ya Allah … semoga semua masa ini bisa kulalui dengan baik … ikhlas … ikhlas … ikhlas ….” Sukma kembali berucap dalam hati. Menekankan pada perasaannya sendiri. 

Ba’da maghrib terdengar suara sepeda motor berhenti di depan rumah. Sukma yang baru selesai shalat dan melipat mukena beranjak hendak membukakan pintu. Namun langkahnya terhenti, ketika tampak pintu sudah terbuka.

Sesil sudah berjalan menuju teras. Namun ada pemandangan yang terasa menyayat luka di hatinya ketika tanpa sengaja bersitatap dengan lelaki yang baru saja duduk di kursi rotan itu. Sukma memalingkan wajag dan kembali masuk ke dalam kamar. 

“Aku kuat … aku kuat … aku harus melupakan dia … selamat tinggal Mas Ahsan!"

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Thofa Nur Subchand
aku yakin Sukma bisa melalui ini semua dan Sisil pasti menyesal nantinya
goodnovel comment avatar
Yanti Keke
ahsan....sgitu doank rasa sukamu... masa info g bnr km prcy gitu aj...
goodnovel comment avatar
irwin rogate
sedihhhhh...........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status