Share

Bab 6

Author: Evie Yuzuma
last update Last Updated: 2022-01-15 01:21:31

Lelaki Yang Kau Tolak Jadi Suami Ternyata Seorang Milyarder Tampan

#TERIMA_KASIH_TELAH_MENCINTAIKU (6)

Selamat Membaca! 

Hari minggu pagi. Sukma sudah selesai mengerjakan pekerjaan rumah. Ambu memintanya bangun dari jam empat pagi untuk beres-beres rumah dan menata semuanya. Sehingga menjelang pukul tujuh, semuanya sudah selesai.

Usai menata sarapan nasi goreng bakso di atas meja. Sukma bergegas ke kamar. Dia mengambil pakaian yang dibelinya sendiri kemarin di pasar. Sukma minta di anter Bi Esih untuk memilihkan pakaian untuk hari pertemuannya dan sekaligus bertunangan katanya. 

“Ambu, Abah … aku pergi ke salon dulu! Katanya jam sepuluhan keluarga Pak Bagas akan datang, ya?” Tas kecil sudah diselempangkannya dan bersiap untuk pergi. 

“Gak sarapan dulu?” Abah menoleh. 

“Sudah, Bah! Tadi duluan!” ujar Sukma sambil menghampiri Abah dan Ambu. Diciumnya tangan mereka dengan sopan. Lalu Sukma berjalan keluar.

Seburuk apapun perlakuan yang didapat di rumah ini selama dia tinggal. Abah dan Ambu adalah pengganti orang tuanya. Tanpa kelapangan dada mereka, entah di mana sekarang dia tinggal. Beruntung dulu almarhum ayahnya bekerja di toko sembako milik Abah. Jadinya ketika semua kenaasan terjadi, Abah peduli dengan keluarganya. Kata Abah, almarhum ayah Sukma adalah orang yang cukup membantu Abah selama ini. Almarhum ayah Sukma menitipkannya pada Abah menjelang titik napas terakhir berhembus. 

Sisil baru saja keluar dari kamar. Langsung duduk di dekat Ambu di meja makan. Senyumnya sumringah dan lebar. Dia mengucek matanya lalu mengambil piring dan menyendok nasi.

“Anak gadis kok jorok! Mandi dulu, cuci muka, sikat gigi … baru sarapan!” ucap Abah sambil menatap muka bantal Sisil.

“Ih, Abah mah bawel! Berisik!” ucapnya.

Sisil beringsut pergi, tetapi tak seberapa lama kembali. Abah menatap lagi, belum mengeluarkan kata-kata tetapi Sisil sudah menjawabnya. 

“Mandinya entaran, Bah! Sekalian langsung make up! Ini udah cuci muka sama gosok gigi. Hari ini ada janjian sama Ahsan soalnya!” ucap Sisil dengan wajah bersemu.

Seketika netra Ambu berbinar mendengar penuturan putri semata wayangnya. Dia menatap Sisil sekilas, lalu menoleh pada Abah.

“Alhamdulilah, Bah! Rupanya kita akan jadi besanan sama Pak Camat! Sisil beruntung ya, Bah!” ucap Ambu. 

Abah terdiam. Ada rasa tak nyaman di hatinya. Bagaimanapun lelaki yang separuh rambutnya sudah beruban itu tahu jika masih ada rasa antara Sukma dan Ahsan. 

“Sil, kalau bisa kamu cari lelaki lain saja. Kasihan Sukma kalau kamu sama Ahsan. Hatinya mungkin masih mencintai Ahsan. Dia kan sudah baik sama kamu, mau gantiin kamu nikah sama anaknya Pak Bagas. Harusnya kamu meraba hatinya, Sil!" Pada akhirnya Abah berucap. 

“Abah tuh suka gituh, sebenarnya yang anak Abah itu aku atau Sukma, sih? Apa-apa mikirin Sukma, apa-apa mikirin Sukma?” Sisil merengut. 

“Sudah! Sudah! Sarapan dulu! Jangan dengerin Abah kamu! Biar saja. Ambu setuju kalau kamu sama Ahsan. Duh udah gak sabar punya besan anak Pak Camat!” ucap Ambu sambil senyum-senyum sendiri.

Usai sarapan, Sisil langsung kembali ke kamarnya. Memilah pakaian yang sudah Sukma setrikakan untuknya. Ya, setiap hari urusan mencuci dan menyetrika itu tanggung jawab Sukma. Begitupun dengan meja makan yang masih berantakan. Menunggu Sukma pulang untuk dibereskan. Mana pernah Sisil menyentuh piring dan gelas kotor. 

Sukma sudah hampir selesai di make up. Dia sudah mengenakan pakaian baru yang tadi dibawanya. Bukan dress terbuka seperti yang Ambu belikan. Sukma hanya memakai terusan panjang dengan outer. Roknya menjuntai hingga ke mata kaki. Meskipun belum behijab, tetapi Sukma tidak suka memakai pakaian yang terbuka. Risih, katanya. 

Rambut ikalnya yang sebatas punggung terurai indah bergelombang, hitam pekat dan lebat. Ada beberapa helai mempermanis bagian wajahnya. Make up tipis minimalis tampak membuat gadis berlesung pipit itu nyaris sempurna. 

Sukma pulang menaiki ojek. Sekitar pukul Sembilan pagi sudah tiba di kediamannya. Beruntung salonnya sudah langganan. Jadi awal pagi sudah janjian. Dia datang sudah ada pegawai yang disediakan untuk menyambutnya. 

Kaki Sukma baru saja menginjak halaman rumah Abah. Ketika sebuah sepeda motor berbelok dan parkir tidak jauh dari tempatnya berdiri. 

DEG!

Hati Sukma mendadak bertalu-talu. Lelaki yang selama ini dihindarinya kini berada di depannya.

Ahsan membuka helm dan menoleh ke arahnya. Sukma membuang muka, tak sanggup bersitatap dengan mantan yang masih mengisi hatinya itu. Teringat belum membayar tukang ojek. Sukma mengambil beberapa lembar dari dalam tasnya lalu menyerahkan pada tukang ojek yang tadi.

“Makasih, Bang!” 

“Sama-sama, Mbak!” 

Tukang ojek itu berlalu meninggalkan Sukma. Sedangkan Sukma menunduk, lalu mengayun langkah tergesa hendak masuk. 

“Sukma!” 

Sontak langkahnya terhenti ketika Ahsan meraih tangannya dari belakang. Hati Sukma berdentum-dentum kencang. Seluruh perasaan bercampur baur tak karuan. Waktu seolah berhenti. Tubuhnya meremang. 

“Sukma, aku ingin kita bicara!” ucap Ahsan yang sudah berada di sampingnya. Tangannya masih memegang pergelangan tangan Sukma.

“Mas, semuanya sudah jelas! Aku akan menikah dengan orang lain! Tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi!” ucap Sukma sambil memalingkan wajah. Berada dalam jarak sedekat itu dengan Ahsan membuatnya gugup luar biasa.

“Bukankah kamu waktu itu sudah berjanji, bersedia menikah denganku?” Ahsan tetap menanyakan hal yang Sukma takutkan. 

Sukma menepis genggaman Ahsan pada lengannya ketika dari sudut netra dia menatap Sisil berlenggang ke arah mereka. Wajahnya ketus tak bersahabat. 

“Maaf, Mas … aku masuk dulu! Faktanya aku akan menikah dengan orang lain, jadi lupakan aku!” lirih Sukma seraya menahan sesak yang tiba-tiba membuat tenggorokannya tercekat. 

Ahsan meraih jemarinya lagi. Dia seolah tak peduli ada dua netra Sisil yang membulat menatap tidak suka.

“Kumohon Sukma! Kita pasti bisa melewati semua jika bersama. Tolong, jujur pada hatimu, masih ada aku 'kan di sana?” lirih Ahsan. 

Sukma menarik napas panjang. Dikumpulkannya keberanian. Dia harus tegas pada diri sendiri dan keputusan yang sudah diambilnya. Sisil berdiri beberapa langkah tidak jauh dari mereka sambil menatap Sukma tajam.

“Lupakan aku. Aku sudah menerima pernikahan ini. Aku sudah lelah hidup susah. Di kota aku akan hidup berkecukupan. Jadi lupakan aku.” Suara Sukma gemetar mengutarkan apa yang bukan alasan sebenarnya. 

“Kamu bohong ‘kan? Ini bukan Sukma yang aku kenal,” ucap Ahsan tampak kecewa.

Belum Sukma menjawab. Sebuah Alphard putih masuk ke halaman rumah Abah. Semua netra menoleh ke arah mobil yang datang itu. 

Sukma menarik tangannya yang masih digenggam oleh Hasan. Pintu Alphard terbuka. Pak Bagas dan Bu Ayu turun. Dia menatap heran pada ketiga orang yang tengah mematung kaku. Supir bergegas mengambilkan kursi roda dari bagasi. Lalu menyiapkannya, setelah itu dengan sigap dia membukakan pintu. Lalu membantu seorang lelaki dengan kemeja abu-abu untuk duduk pada kursi roda itu.

Sukma menoleh dan mengulas senyum menyambut Pak Bagas dan Bu Ayu. Sementara itu, Sisil melongo menatap paras lelaki yang duduk di kursi roda itu. Wajah bersih dengan rahang tegas membingkai wajah dengan ekspresi datar itu. Hidung bangir dan bibir merahnya membuat Sisil menelan Saliva. Ketampanan anak Pak Bagas yang duda dan cacat ternyata dua kali lipat dari ketampanan Ahsan yang kini tengah digelayuti lengannya olehnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
siti fauziah
dasar mata keranjang lu Sisil gak bisa lihat muka bening
goodnovel comment avatar
Isabella
nah kan keren cumak bohongan lumpuh biar dia cari cinta sejati . yaitu sukma
goodnovel comment avatar
Aisyah Tsalitsa
semoga jalan cerita makin menarik. penasaran...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • TERIMA KASIH TELAH MENCINTAIKU   Bab 71 - END

    Lelaki Yang Kau Tolak Jadi Suami Ternyata Milyarder Tampan#TERIMA_KASIH_TELAH_MENCINTAIKU (71)Selamat Membaca!Pertengkaran Ahsan dan Elena menjelang malam pertama akhirnya terjadi. Elena meminta penjelasan pada Ahsan kenapa ketika di resepsi, lelaki itu lebih mementingkan Sisil yang hanya tamu, dari pada dirinya.Saat itu, Elena melihat jelas gurat kekhawatiran yang mendalam pada sorot mata Ahsan ketika melihat wanita berkerudung lebar itu jatuh pingsan. Akhirnya Ahsan tak memiliki pilihan lain selain berkata jujur, meskipun Sisil mewanti-wanti untuk tidak mengatakan apapun terkait pernikahan mereka.Elena cukup shock ketika mendengar penuturan Ahsan jika mereka sudah menikah. Wanita itu ternyata istri pertama suaminya. Ahsan menunjukkan surat pernyataan yang mereka tandatangani dan sepakati sebelum pernikahan itu terjadi. Elena membacanya dengan seksama sambil menggeleng-geleng kepal

  • TERIMA KASIH TELAH MENCINTAIKU   Bab 70

    Lelaki Yang Kau Tolak Jadi Suami Ternyata Milyarder Tampan#TERIMA_KASIH_TELAH_MENCINTAIKU (70)“Gimana Ahsan, apakah kalian sudah siap ke jenjang yang lebih serius? Mengarungi bahtera pernikahan dan mebimbing Elena dalam menjalani sisa hidupnya?” Yudha menatap lekat wajah Ahsan.Lelaki itu menoleh pada Elena yang duduk bersisian dengan Linda. Ahsan tahu, jika sudut netra Elena sesekali melirik ke arahnya.“Beri saya waktu, Pak! Saya sebetulnya tidak pernah main-main dalam menjalin satu hubungan! Namun ada hal rumit yang sudah terjadi dalam hidup saya!” ucap Ahsan pada akhirnya.***Setelah melewati pergulatan batin yang rumit. Menimbang baik dan buruknya. Bertanya pada Sisil berkali-kali tentang

  • TERIMA KASIH TELAH MENCINTAIKU   Bab 69

    Lelaki Yang Kau Tolak Jadi Suami Ternyata Milyarder Tampan#TERIMA_KASIH_TELAH_MENCINTAIKU (69)Sisil mengulas senyum setelah menekan rasa ego dan cemburunya. Ternyata tidak mudah, ketika dia harus membebaskan seorang lelaki yang bergelar suami untuk lari ke pelukan wanita lain.“Pergilah, Mas! Aku akan sangat bahagia jika hubungan kalian segera diresmikan!” ucapnya sambil tersenyum. Memanipulasi hatinya yang sebetulnya sakit mengucap itu semua.Ahsan menatap perempuan yang ada di hadapannya itu lekat-lekat, mencari kesungguhan dari manik matanya. Namun Sisil memalingkan wajah, membuang pandang. Tak kuat ketika netranya bersirobok dengan Ahsan.“Apa kamu sungguh-sungguh d

  • TERIMA KASIH TELAH MENCINTAIKU   Bab 68

    Lelaki Yang Kau Tolak Jadi Suami Ternyata Milyarder Tampan#TERIMA_KASIH_TELAH_MENCINTAIKU (68)Selamat Membaca!Mobil yang ditumpangi Ahsan dan Elena perlahan meninggalkan bandara. Membelah hari yang mulai senja. Jalan yang ramai lancar membuat perjalanan mereka masih cukup nyaman. Untaian cerita Elena sampaikan, menjadi penghangat pertemuan mereka. Sesekali Elena tertawa lebar ketika menceritakan kekonyolannya di negeri seberang.Alunan musik yang mendayu membuat suasana hangat semakin terasa. Elena sesekali mencuri pandang pada wajah tenang yang tengah fokus mengendara. Baginya, semakin bertambah umur Ahsan, semakin mempesona. Elena sudah jatuh sejatuh-jatuhnya pada pesona lelaki berwajah teduh itu.Sementara Elena sibuk bercerita dan mencuri pandang, Ahsan sibuk dengan

  • TERIMA KASIH TELAH MENCINTAIKU   Bab 67

    Lelaki Yang Kau Tolak Jadi Suami Ternyata Milyarder Tampan#TERIMA_KASIH_TELAH_MENCINTAIKU (67)“Saya terima nikah dan kawinnya Prisilia Hardianti Binti Yusman dengan mas kawin seperangkat alat salat dibayar tunai!”Terdengar ucapan sah dari dua orang saksi yang duduk tak jauh dari acara ijab qabul itu dilaksanakan. Ahsan sudah resmi memperistri seorang Prisilia Hardianti.Sisil masih terbaring lemah, netranya menatap Abah yang menitikkan air mata. Pernikahan itu akhirnya dia terima, meskipun hatinya menolak. Sisil hanya tidak tega ketika Abah sampai memohon padanya. Bahkan lelaki itu sampai menangis agar dirinya mau menikah.Abah benar-benar khawatir jika umurnya tak akan lama. Selama Sisil tersangkut semua permasalahan

  • TERIMA KASIH TELAH MENCINTAIKU   Bab 66

    Lelaki Yang Kau Tolak Jadi Suami Ternyata Milyarder Tampan#TERIMA_KASIH_TELAH_MENCINTAIKU (66)Selamat Membaca!Jefry berdiri di depan pintu ruangan di mana Sisil terbaring masih tidak sadarkan diri. Lelaki itu mengayun langkah pelan. Hatinya berdentum-dentum. Dirinya ingin meminta ampunan dari wanita yang sudah dicampakkannya.Jefry duduk di tepi ranjang pasien. Selang medis masih terpasang di sana-sini. Lelaki itu menarik napas panjang. Dia merasa iba pada perempuan yang dulu cantik dan energik. Kini terbaring lemah dan tak berdaya. Bahkan hidupnya sudah rusak, bukan hanya olehnya akan tetapi oleh beberapa lelaki bejat yang kini sudah mendekam di penjara.“Sisil … ini aku, Jefry! Kamu masih inget kan?” Jefry duduk di tepi ranjang pasien

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status