Home / Horor / TEROR KOS BU TEJO / PENEMUAN OBAT TIDUR DI DALAM DARAH

Share

PENEMUAN OBAT TIDUR DI DALAM DARAH

Author: Kabut malam
last update Last Updated: 2023-08-01 00:53:50

Perasaan cemas terus merundung jiwa Rengganis. Pikirannya tak tenang memikirkan segala hal buruk yang bersarang di otak.

Semenjak penemuan bercak tangan berlumuran darah di sebelah kamarnya, Rengganis menjadi sering melamun. Tidak jarang kulit bibirnya luka akibat sering menggigitnya.

"Sudahlah, Nduk. Jangan terus memikirkan soal bercak tangan itu."

Terlihat Bu Tejo menegurnya. Wanita itu menaruh sepiring nasi berisikan lauk ikan di depan meja Rengganis.

"Makanlah, sejak pagi kamu belum sarapan, 'kan?" cetus Bu Tejo.

Rengganis hanya menatap piring itu dalam bisu. Selera makannya hilang, bahkan sekadar untuk menyentuh air putih rasanya sukar bagi ia lakukan.

Tangannya terangkat meraba leher, merasakan tenggorokannya yang mendadak kering.

"Bu, kayaknya aku ndak enak badan. Akhir-akhir ini kepalaku jadi sering pusing," katanya mencoba untuk terbuka dengan Bu Tejo.

Ia yang sedang mengunyah makanan perlahan memandang Rengganis dengan raut khawatir. Tangan Bu Tejo terulur menyentuh kening gadis itu, berikutnya mengadu merasakan panas di punggung tangannya.

"Badanmu panas, Nduk. Ayo saya temenin ke puskesmas depan."

Tanpa banyak basa-basi, Bu Tejo bangkit meninggalkan makanannya. Ia membawa Rengganis menuju puskesmas terdekat. Jaraknya tidak begitu jauh dari indekos.

"Maaf ya bu, saya jadi ngerepotin Bu Tejo." Suara Rengganis mengecil, tubuhnya bertambah lemah ketika diterpa dengan angin luar.

Sesampainya di tempat tujuan, tidak butuh waktu lama untuk menunggu nomor antrian. Bu Tejo dan Rengganis kini memasuki sebuah ruangan, membawa keduanya bertemu dengan seorang dokter.

"Keluhannya apa?" tanya wanita di kursi menunggu respons Rengganis.

Sebelum menjawab, ia melirik Bu Tejo sebentar, lalu menjelaskan masalah yang ia alami akhir-akhir ini.

"Kepala saya setiap pagi suka tiba-tiba pusing, Dok. Saya juga ndak tau penyebabnya apa. Tapi selalu seperti itu selama tiga hari berturut-turut," terangnya.

Rengganis mendapati kening wanita itu yang mengernyit, lalu fokus menatapnya setelah berhenti menulis pada lembar kecil di tangannya.

"Kamu ada minum obat akhir-akhir ini ndak?" tanyanya kemudian.

Ia terdiam, kepala Rengganis lalu menggeleng sebagai jawaban.

"Tidak ada, Dok. Saya tidak pernah mengonsumsi obat apapun selama sebulan ini," cetusnya berterus terang.

"Gaya hidupmu kurang sehat akhir-akhir ini?" tanyanya lagi.

Lagi-lagi ia menggeleng.

"Saya tipe orang yang ndak berani makan sembarang, Dok. Saya rutin makan sayur dan buah, seminggu sekali juga nyempatin buat olahraga. Hanya karena sakit kepala yang nyerang saya tiga hari ini ngebuat nafsu makan saya jadi terganggu dan badan rasanya lemas terus." Ia masih berusaha menjelaskan dengan tenang.

"Baik, kalau begitu saya tes darahnya ya. Biar bisa tahu permasalahannya di mana," kata dokter.

Selama berapa menit waktunya digunakan untuk menjalankan serangkaian tahapan tes darah. Beberapa saat setelahnya ia bersama dengan Bu Tejo diminta untuk keluar menunggu hasil pemeriksaan.

"Nduk, kamu masih ngerasa ngga enak badan?" Bu Tejo membuka suara setelah keluar dari dalam ruangan.

Keduanya memutuskan duduk di salah satu kursi tunggu.

"Iya, Bu. Masih ndak enak di aku. Rasanya pengen cepat-cepat istirahatnya," jawab Rengganis.

"Yasudah, tunggu sebentar lagi ya. Hasilnya pemeriksaannya ndak akan lama, kok," ujar wanita itu menepuk pelan punggung Rengganis berusaha menenangkannya.

Tak berapa lama kemudian, dokter tadi keluar dari ruangan. Terlihat ia membawa beberapa berkas di tangan.

Bu Tejo maupun Rengganis lekas bangkit dan menghampiri dokter tersebut.

"Sebentar ya, ada yang mau saya tanyakan ulang ke kamu," tukasnya seraya menatap Rengganis dengan sorot mata serius.

Ia yang ditatap hanya membisu menunggu penuturan dari bu dokter selanjutnya.

"Pernah minum obat tidur ndak?" tanya wanita itu setelahnya.

Sontak saja Rengganis mengernyit heran. Kepalanya menggeleng menanggapi pertanyaan dokter.

"Saya sama sekali tidak pernah konsumsi obat tidur, Dok," elaknya menjawab masih dengan wajah terkejut.

"Hasil tes darah kamu mengindikasikan adanya konsumsi obat tidur. Dosisnya terlalu berlebihan dan sepertinya di luar resep dokter. Ini yang bikin kamu jadi tidak nafsu makan dan badan lemas seharian," terangnya.

Rengganis menggeleng, masih janggal dengan hasil pemeriksaan itu.

"Tapi dok ... beli obat tidur pun saya ndak pernah. Gimana bisa tiba-tiba saya jadi pernah konsumsi obat tidur?" Sebelah alisnya terangkat masih heran akan hasil pemeriksaan tersebut.

"Di sini jelas-jelas sudah tertera hasil tesnya. Nanti bisa kamu liat dan coba ingat-ingat lagi ya. Saran dari saya sebaiknya jangan terlalu sering pakai obat tidur, bisa bermasalah dengan kesehatan kamu."

Rengganis meraih lembaran kertas itu. Ia masih mencerna data di dalamnya. Sementara dokter izin pamit dan mengarahkan mereka ke meja administrasi.

"Bu, kok aneh ya? Sumpah demi Allah saya ndak pernah gunain obat tidur loh," lontarnya mengadu.

"Sejujurnya saya juga merasa aneh, Nduk. Ada baiknya kita bicarakan ini di kos. Biar saya urus administrasinya dulu."

Bu Tejo beranjak meninggalkannya. Sementara Rengganis membisu di tempat dengan tanda tanya besar di dalam kepala.

***

Di saat matahari mulai menyingsing, suara kokok ayam menjadi pertanda datangnya pagi. Rengganis menggeliat merasa tidak nyaman dengan tubuhnya, matanya beberapa kali mengerjap menyesuaikan pandangannya dengan cahaya di sekitar.

Seketika kedua bola mata Rengganis terbelalak lebar, menyadari di mana ia terbangun.

"A-aku di mana?" monolognya menyadari sekujur tubuhnya basah terendam di dalam air.

Ia berada di bathub kamar mandi, bagaimana bisa ia berada di sini. Rengganis ingat betul tadi malam ia tidur di kasur empuknya, dan dirinya juga tidak memiliki riwayat berjalan sambil tidur.

"Ndak mungkin, aku ndak mungkin tidur di sini, semalaman," racaunya menggeleng kuat akan pemikiran yang menyerang.

Ia bangkit dan merasakan tubuhnya kaku. Aneh sekali. Rengganis ingat betul tadi malam tertidur di atas kasurnya. Kenapa malah berpindah di kamar mandi.

Tidak masuk akal. Ini di luar akal sehat Rengganis.

"Please, kok hidupku jadi aneh ya akhir-akhir ini. Semuanya serba membingungkan."

Segala pertanyaan aneh berputar memenuhi kepala. Tentang bagaimana ia bisa berpindah posisi tidur. Ia mencoba menepis pertanyaan aneh itu dengan berusaha berpikir positif.

Tak ingin pusing dengan hal yang menimpanya,

Ia memutuskan untuk segera melaksanakan ritual paginya.

"Astaga!"

Rengganis menjerit tertahan ketika menatap pantulan dirinya di cermin, melihat banyak sekali tanda kemerahan di lehernya, ia bukan seorang gadis polos. Ia tahu betul penyebab tanda kemerahan di lehernya, itu bekas cumbuan seseorang.

Tapi siapa pelakunya, ia ingat sebelum ia tidur tadi malam, rutinitasnya selalu mengunci semua pintu dan jendela.

"Ndak mungkin, ini ndak mungkin terjadi sama aku." Ia tidak terima, Rengganis masih meyakinkan diri untuk tidak percaya akan fakta itu.

Dia meringis saat jarinya menyentuh tanda kemerahan yang ada di lehernya, rasanya perih, sang pelaku menghisap lehernya terlalu kuat.

"Ini ... ini bukan ulah manusia, 'kan?"

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TEROR KOS BU TEJO   MENGUNGKAP TABIAT JOKO

    "Eh, coba kamu lihat deh Nu, Joko punya kunci gerbang Banu?" tanya Rengganis setelah mengamati gelagat aneh Joko di seberang jalan. Wisnu mengernyir dahi. Seumur mengenal Joko, baru kali ini ia dapati sikap lelaki itu yang aneh dan janggal. "Iya ... dia punya kuncinya," celetuk Wisnu setelah Joko berhasil membuka gerbang rumah Banu. Sementara Rengganis sudah kehabisan kata-kata. Ponselnya lantas terangkat untuk memotret aksi Joko di sana. "Nis dia udah masuk, sebenarnya tuh orang bikin apa sih? Kenapa kuncinya bisa ada sama dia?" heran Wisnu. Tanpa memberi jawaban, Rengganis buru-buru melenggang ke arah rumah Banu, membuat Wisnu berdecak dan merutuki gadis itu. "Tungguin aku, Nis!" pekik Joko dengan perasaan resah. Rengganis berjalan jinjit di depan gerbang Banu. Matanya mengintip dan menerobos masuk ke dalam pekarangan rumah milik almarhum. Di sana cukup lenggang, Rengganis tak mendapati keberadaan Joko. Lalu, ke mana dia? "Dia ndak ada, Nu," adu Rengganis dengan netra melir

  • TEROR KOS BU TEJO   JOKO DAN GELAGAT ANEHNYA

    Malam hari, seperti biasa Bu Tejo serta penghuni kos mengadakan kumpul bersama di ruang tengah rumah Mbak Arini. Mereka berbincang satu sama lain dan membagikan pengalaman selama seharian ini. "Tadi ibu dikabarin pihak kepolisian, katanya besok atau lusa kita udah bisa kembali ke kos, berhubung tempat itu udah disterilkan," info Bu Tejo kepada anak kosnya. Rengganis menghela napas lega. Ia mengelus dadanya pelan sebab merasakan titik ketenangan di dalam jiwanya. Selama seminggu ini hatinya masih bergejolak, ia tak bisa melupakan insiden terbunuhnya Banu begitu saja. "Syukurlah, Buk. Tapi tetap aja kita semua ndak bisa lengah gitu aja. Pembunuh korban sampai detik ini belum kunjung juga ditemukan," sahut Mbak Trisna. "Bener, saya juga was-was kalau ibu dan yang lain harus kembali ke kos lagi. Takut terjadi sesuatu lagi yang tak bisa kita bayangkan," timpal Mbak Arini. Bu Tejo mengelus pelan punggung tangan anaknya, bermaksud menenangkan kegelisahan yang menyerang di dalam jiwanya

  • TEROR KOS BU TEJO   MATA TERUS MEMANDANG KE ARAH KAMI

    Keadaan mendadak hening sesaat Riko membeberkan peristiwa di apartemennya. Begitu pun dengan Rengganis yang membisu dan tak mampu berucap. Rengganis merasa semua kejadian yang terjadi di sekitarnya makin tak bisa diterima oleh akal sehatnya. Belum saja kasus Banu selesai, kasus Riko malah ikut muncul ke permukaan dan sukses membuatnya pusing. "Apa yang bakal kamu lakuin sekarang? Ngelaporin kejadian ini ke kepolisian? Saranku kayaknya itu udah cara yang paling aman deh, Ko," ujar Rengganis. Riko ikut mengangguk menyetujui saran Rengganis. Ia juga dari awal sudah memikirkan akan melaporkan tindakan orang yang menerornya kepada polisi. "Aku ada kenalan polisi dan udah cerita-cerita juga ke dia soal ini. Doain aja ya Nis, semoga kasus dan pelaku ditangkap tuntas," cetus Riko penuh harapan besar. Rengganis turut mengangguk, ia menepuk pundak Riko pelan bermaksud memberinya kekuatan dan tetap tegar. "Kamu gimana?" tanya Riko setelah beberapa saat hening. Rengganis mengernyit dahi, i

  • TEROR KOS BU TEJO   ADA PENYUSUP DI APARTEMEN RIKO

    Dua minggu lamanya Rengganis dan penghuni kos menetap di rumah Mbak Arini, besok hari mereka semua dipastikan untuk kembali menetap di kos Bu Tejo. Namun yang membuat terkejut ialah kasus Banu terpaksa harus ditutup karena sampai detik ini belum juga ditemukan dalang pasti pembunuh korban. Dan mengenai bukti besar di rumah Banu, Rengganis mendapati kabar dari pihak kepolisian barang-barang tersebut telah diamankan. "Huft," helah Rengganis membuang napas pelan. Ia meraih ranselnya dan beranjak keluar pintu. Di saat itu ia berpapasan dengan Bu Tejo yang sedang menggenggam kantung plastik berisi sayur di tangannya. "Eh, Nduk? Udah mau ke kampus?" tanya Bu Tejo menghentikan langkah Rengganis. Gadis itu mengangguk membenarkan. "Itu temenmu di depan kayaknya udah dari tadi nungguin kamu," cetus Bu Tejo. Sebelah alis Rengganis tertaut menampilkan raut wajah heran. Ia menerka siapa gerangan orang yang sedang menunggunya, mengingat ia tak membuat janji dengan siapa pun pagi ini. "Siap

  • TEROR KOS BU TEJO   SOSOK BERPAKAIAN SERBA HITAM YANG TERTANGKAP CCTV

    Rengganis melenguh pelan. Tidurnya terganggu tatkala mendengar suara pintu diketuk seseorang dari luar. Ia lalu melirik jam dindingnya sebentar, kemudian menyadari bahwa pagi telah menyapa. "Tunggu, bentar aku bukain," cetusnya segera bangkit dari atas kasur. Rengganis meraih gagang pintu dan mendapati sosok Wisnu dan Joko yang sedang menunggu di luar kamar. Sebelah alis Rengganis tertaut heran menatap kedua lelaki dengan raut wajah tegang di depannya. "Ada apa?" tanya Rengganis heran. Sejanak suasana mendadak hening. Rengganis termangu memandang kedua sosok itu hanya membisu dan saling melempar tatapan. "Ada apa sih?" tanyanya lagi masih tidak mengerti dengan situasi saat itu. "Gagang pintu depan rumah Mbak Arini patah, Nis," beber Joko kemudian. Kening Rengganis semakin berkerut mendapati informasi barusan. "Patah? Kok bisa?" tanyanya balik. "Gagang pintu luar doang yang patah, semalam padahal sebelum aku kunci pintunya masih normal," cetus Wisnu. "Semalam kamu ada tamu n

  • TEROR KOS BU TEJO   ORANG ASING TENGAH MALAM DI RUMAH MBAK ARINI

    Rengganis sampai di rumah anak Bu Tejo sekitar pukul tujuh malam. Setelah mata kuliahnya selesai jam lima sore, ia langsung ke rumah temannya untuk kerja kelompok. Gadis itu menghela napas berat ketika berhasil menginjaki kaki di teras sebuah rumah sederhana. Dari tempatnya, ia bisa melihat anak Bu Tejo—Arini sedang berkutat dengan laptop miliknya di ruang tamu. "Assalamualaikum," ucap Rengganis mengulas senyum tipis ketika tatapannya bertemu dengan wanita tersebut. "Waalaikumsalam, Nis. Kok kamu baru balik?" tanya Mbak Arini seraya melepas kacamatanya. Rengganis beranjak duduk di sofa sebelah Mbak Arini. Ia melepas ranselnya dan membalasi pertanyaan Mbak Arini. "Abis kerja kelompok nih." Pandangan gadis itu lalu melirik ke sekitar. "Ini yang lain pada ke mana, Mbak? Ndak biasa sepi kayak gini," herannya mengerutkan dahi. "Oh, kalau Ibu lagi ada kajian di rumah Bu RT, kalau Joko belum balik, Wisnu tadi baru pulang dan mungkin lagi di kamarnya," jawab Mbak Arini. Rengganis nampa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status