Share

Bab 2 Menciumnya

Author: Simbaradiffa
last update Last Updated: 2024-01-14 01:43:12

Arsana Putri akhirnya sampai di kediaman Tuan Zayver Megantara yang sangat mewah dan luas. Dia disambut oleh penjaga dan langsung dipersilakan masuk ke kamar, di mana Zayver sudah menantinya di atas ranjang. Zayver Megantara mengerutkan dahi, menatap gadis cantik yang menyelonong masuk ke kamarnya lalu tiduran di ranjangnya.

"Siapa kamu?" tanya Zayver heran.

"Siapa lagi yang berani berbaring di ranjang besar nan empuk ini kalau bukan istrimu."

Zayver menautkan alisnya. "Apa? Istriku? Apa buktinya?"

Arsana menghembuskan napas kasar lalu kembali bangun dan membawa sesuatu dari dalam tasnya.

"Ini buktinya, lihat saja."

Zayver menatap surat nikah di mana foto dirinya dan Arsana berdampingan.

"Bagaimana bisa aku menikahimu?" tanya Zayver.

"Mana aku tahu. Aku bahkan baru saja bangun dari mimpi buruk dan tiba-tiba diberitahu bahwa aku sudah menjadi istri seseorang yang aku pun tak pernah mengenal dan melihatnya." Arsana kembali berbaring seraya menutup wajah dengan sebelah tangannya.

"Si*lan! Wijaya telah menipuku. Sepertinya dia sudah bosan hidup." Zayver mengepalkan kedua tangannya sementara Arsana tertawa.

"Kau tertipu olehnya? Oh, sungguh pria yang malang."

Mendengar itu, Zayver kembali murka. "Berani kamu bicara seperti itu kepadaku?" bentak Zayver.

"Tentu saja berani, aku kan istrimu."

"Istriku adalah Arsina Angelita, bukan dirimu!" tegas Zayver membuat Arsana berdecak kesal.

"Ah, ternyata kamu sudah tahu? Arsina adalah adikku, dan aku adalah Arsana Putri, kakaknya. Kami kakak beradik yang dilahirkan dari adonan sperma yang sama dan ibu yang berbeda. Jadi, terima saja. Hanya beda huruf akhir A dan I saja. Dalamnya pasti sama!"

Zayver mendengus kesal, perempuan yang mengaku sudah menjadi istrinya itu benar-benar menyebalkan. Dia tak menyangka jika Wijaya sudah menipunya dengan memberikan anaknya yang berbeda, meskipun sesungguhnya Arsana juga tak kalah cantik dari Arsina Angelita.

Satu hal yang pasti membuat Zayver geram adalah dia merasa dipermainkan, ditipu habis-habisan oleh Wijaya dan ini tidak bisa dibiarkan!

"Masalahnya, aku tidak tahu ayahmu yang br*ngsek itu memiliki dua anak gadis dan yang dia tunjukkan kemarin hanya Arsina, bukan kamu!” Zayver menghela napas. “ Ah, Wijaya si tua bangka itu sudah bermain-main denganku. Awas saja, aku takkan segan-segan menembak kepala ayahmu itu!" seru Zayver menggebrak nakas yang ada di sampingnya.

"Terserah kamu mau menembak atau mencincangnya, aku sama sekali tidak peduli pada pria itu. Lagi pula, dia juga tidak pernah menganggapku sebagai anaknya, jadi untuk apa aku repot-repot menolongnya dari kematian?" celoteh Arsana.

Mendengar pernyataan itu, Zayver menatap Arsana yang masih berbaring dengan menutup wajah dengan sebelah tangannya seperti sangat menikmati rebahannya.

Lalu, lelaki itu tersenyum sinis, karena ternyata wanita yang menjadi istrinya seperti tak memiliki rasa takut padanya, padahal Zayver adalah sosok yang terkenal ditakuti karena ketempramentalannya.

"Kau cukup berani ternyata," kata Zayver.

"Tentu saja. Untuk apa aku takut kepadamu, kau kan suamiku?"

"Hahahaha ... jangan harap aku akan menganggapmu sebagai istriku!"

"Terserah kamu. Aku sama sekali tidak peduli kamu menganggapku istri atau tidak. Tak masalah bagiku karena aku hanya ingin menumpang hidup!" sahut Arsana seraya membalikkan badannya memunggungi Zayver membuat lelaki itu membuka mulutnya hendak bicara, akan tetapi bingung mau bicara apa.

***

Satu minggu sudah Arsana dan Zayver tinggal satu rumah. Meskipun belum saling sentuh, akan tetapi keduanya sudah mulai saling mengenal dan saling mengerti akan sifat masing-masing. Arsana adalah gadis yang suka ceplas ceplos, menyebalkan, dan suka melawan, sedangkan Zayver adalah sosok yang kasar dan tempramental.

Perkenalan yang jauh dari kesan baik di mana sepasang suami istri sama-sama tidak pernah bertemu sebelumnya, karena mereka dinikahkan atas dasar utang piutang dan perjanjian.

Arsana adalah pengantin pengganti, dan keduanya menjalani rumah tangga mereka dengan saling berdebat setiap harinya. Baik Arsana maupun Zayver keduanya belum memiliki rasa cinta, yang ada malah rasa kesal dan jengkel karena Zayver dan Arsana memiliki kepribadian yang sama keras.

"Aku akan pergi shopping bersama Ana. Kamu mengizinkanku, kan?" tanya Arsana tanpa menatap lawan bicaranya.

"Kamu ini bicara pada siapa, hah?!" bentak Zayver membuat Arsana terkejut dan langsung cemberut.

"Memangnya di sini ada siapa selain kamu, Zayver?"

"Setidaknya lihatlah lawan bicaramu kalau bicara! Dasar tidak sopan!" sungut Zayver seraya menoyor kepala Arsana yang langsung mengusap kepalanya.

"iya ... aku pergi dahulu." Arsana menatap Zayver, dan betapa terkejutnya gadis itu karena Zayver langsung menciumnya dengan paksa.

"Lepas! Setidaknya lakukanlah dengan lembut, bukannya malah seperti orang yang hendak membun*h!" omel Arsana mengelap bekas ciuman Zayver di pipinya, membuat lelaki itu makin murka melihatnya.

"Muah!" kecup Zayver lagi dan Arsana menghapus jejak bibir suaminya lagi. Dan hal tersebut terjadi hingga beberapa kali membuat Zayver mencekik Arsana yang langsung terbatuk-batuk karena sesak napas.

"Okay, okay, aku tidak akan menghapusnya lagi!" ucap Arsana dengan terpatah-patah karena lehernya masih dalam cengkraman Zayver.

"Jangan macam-macam denganku, gadis kecil!" kata Zayver dengan tegas, lalu melumat bibir Arsana dengan ganas dan melepasnya dengan kasar.

"Aku pergi dahulu!" kata Arsana berpamitan.

"Pergilah."

Saat sampai di luar, Arsana langsung menghapus jejak bibir Zayver tanpa dia tahu jika sang suami melihatnya melalui CCTV dan kembali murka.

"Dasar gadis nakal!" geram Zayver seraya meninju layar laptop di mana CCTV ditayangkan.

***

Arsana berbohong pada Zayver sebelumnya, jika dia akan pergi shopping bersama Ana salah satu pembantu yang ada di rumah Zayver.

Arsana dipanggil oleh atasannya dan ternyata dia akan diberi tugas baru, yakni melakukan penyamaran karena sesungguhnya pekerjaan Arsana adalah sebagai seorang Agen Rahasia, semacam intelijen yang bertugas untuk memata-matai suatu tempat atau seseorang demi menemukan ada tidaknya suatu tindak kriminal.

"Kamu harus ke Papua untuk mencari tahu pemilik gembong narkoba terbesar di sana, yang penjualannya sudah menembus pasar internasional. Jadilah Guru Relawan di sana untuk menutupi identitasmu sebagai Agen Rahasia dan segera pecahkan kasusnya."

Arsana memberi hormat tanda kesiapannya untuk berangkat ke Papua dalam rangka menjalankan tugas. Namun, yang membuatnya bimbang adalah bagaimana dia memberitahukannya pada Zayver, sementara saat dia hendak pergi ke kantor saja, dramanya luar biasa.

"Kapan saya harus berangkat?" tanya Arsana pada atasannya.

"Lebih cepat lebih baik, persiapkan saja dahulu segala keperluanmu di sana. Kalau kamu sudah siap, hubungi kami." Arsana mengangguk dan kembali ke rumah Zayver, karena di kantor dia tidak ada pekerjaan.

Hingga satu minggu berlalu, Arsana belum juga memberikan kepastian pada atasannya kapan dirinya siap pergi ke Papua untuk tugas. Namun, hal yang tidak diduga terjadi, Zayver memanggil Arsana dan menyuruhnya bersiap untuk ikut lelaki itu dinas urusan kantor.

"Ke mana? Aku malas sekali bepergian dengan orang sepertimu, lagi pula pekerjaan kantorku masih banyak." Arsana mencebik kesal.

"Ke Papua."

Arsana tersenyum sumeringah, saat mendengar nama Papua. "Kamu harus ikut denganku tinggal di sana untuk sementara waktu," pinta Zayver.

"tetapi ...." Arsana pura-pura tidak mau dengan terus saja berkelit padahal ini adalah kesempatan emas baginya untuk menjalankan misi sesuai perintah atasan di kantornya.

"Tidak ada tetapi-tapian dan tidak ada penolakan. Kamu harus tetap ikut denganku!" ujar Zayver menggebrak meja di hadapan wajah Arsana.

"Baiklah, aku ikut. Kukira kamu akan bosan denganku jika terus saja ku ikuti."

"Mengapa aku harus bosan dengan istriku sendiri? Dasar bodoh! Cepat bersiap!" titah Zayver dan Arsana langsung tersenyum, karena sebentar lagi dia akan beraksi di Papua dan menangkap gembong narkoba kelas kakap yang konon sudah bertahun-tahun menjadi buronan dan sulit ditangkap.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERPERANGKAP HASRAT MAFIA KEJAM   Bab 50 Akhir Segalanya

    Arsana selesai mengemasi semua pakaiannya dengan hati yang berat. Setiap pakaian yang dilipatnya terasa seperti menambah beban di dadanya. Setelah semuanya dimasukkan ke dalam koper, dia menghela nafas panjang, mencoba menguatkan diri. Dia mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi nomor Zayver, namun sayangnya ponselnya tidak aktif. Kegelisahan menyelimuti hatinya. Arsana merasa bingung dengan kepergian Zayver yang tiba-tiba dan juga dengan hilangnya pengawalan anak buah Zayver yang biasa menjaganya. Seakan-akan Zayver telah menarik semua penjagaannya, meninggalkannya sendirian di rumah.Merasa hampa dan kesepian, Arsana mencoba mengirim pesan kepada kedua sahabatnya, Leana dan Zahra, bahwa dia akan meninggalkan Papua lebih dahulu. Kata-kata yang dituliskannya terkesan datar, mencerminkan kebingungannya. Dia menatap layar ponselnya sejenak, berharap ada keajaiban yang akan terjadi, namun kenyataan tetap saja menyakitkan. Setelah semua persiapannya selesai, Arsana segera menuju band

  • TERPERANGKAP HASRAT MAFIA KEJAM   Bab 49 Berlutut Di Lantai Berdebu

    Setelah memarkir mobilnya, Arsana masuk ke dalam mall dan berputar-putar untuk mengetahui siapa yang membuntutinya. Dari kaca toko yang dilewatinya, Arsana melihat dua orang pria mengikuti dari kejauhan. Arsana segera merencanakan langkah berikutnya.Dengan cepat, Arsana memasuki sebuah toko pakaian dan menghilang di antara rak-rak baju. Dia memilih beberapa pakaian, berpura-pura mencoba beberapa di antaranya di ruang ganti. Di dalam ruang ganti, Arsana mengamati dua pria itu dari cermin kecil yang dipasangnya di sudut ruangan. Pria-pria itu tampak kebingungan mencari Arsana.Setelah beberapa saat, Arsana melihat celah untuk keluar dari toko tanpa terlihat. Dia menyelinap keluar dan dengan cepat menuju pintu belakang mall. Begitu berada di luar, Arsana dikejutkan oleh dua orang yang tiba-tiba mencegatnya."Nona Arsana, ini kami," ucap salah satu pria yang tak dikenali Arsana."Siapa kalian? Kenapa mengikutiku?" tanya Arsana dengan tegas."Aku anak buah Zayver yang diperintahkan Matteo

  • TERPERANGKAP HASRAT MAFIA KEJAM   Bab 48 Sebuah Kebenaran.

    Saat sampai di rumah, Arsana mendapati Matteo, Kris, serta kedua temannya, Leana dan Zahra, sudah menunggunya. Leana dan Zahra langsung memeluk Arsana, mencoba menenangkannya."Arsana, kami di sini untukmu," kata Leana dengan suara lembut."Kami tahu ini berat," tambah Zahra sambil mengusap punggung Arsana.Arsana menarik napas panjang, lalu melepaskan pelukan mereka. Ia menatap Matteo dan Kris dengan mata penuh pertanyaan. "Aku harus tahu. Apakah Zayver benar-benar terlibat dalam kasus ilegal ini?"Matteo mengangguk pelan. "Ya, kita memang terlibat, tetapi bukan dalam barang ilegal seperti narkoba. Kami berempat terlibat dalam perdagangan senjata ilegal, bahkan kami baru saja membangun sebuah tempat gudang penyimpanan dan juga tempat pembuatannya disini untuk cabang baru."Arsana di buat terkejut. "Senjata ilegal? Bagaimana bisa?"Matteo melanjutkan, "Sejak dulu, Zayver adalah seorang Mafia dengan koneksi yang cukup luas, sebelum menjadi CEO di perusahaannya sekarang. Namun, dia tida

  • TERPERANGKAP HASRAT MAFIA KEJAM   Bab 47 Penuh Percaya Diri

    Keesokan harinya, Zayver berpamitan pada Arsana untuk pergi bekerja. Begitu juga dengan Arsana yang meminta izin pada Zayver untuk pergi ke studionya.Setelah mendapatkan izin, Arsana segera mengemudikan mobil miliknya. Namun, dalam perjalanan, Arsana mengambil arah lain, bukan ke tempat studionya. Dia menuju sebuah bangunan untuk bertemu dengan rekan tim agennya. Mereka telah mendapatkan informasi dari salah satu rekannya yang berhasil masuk ke dalam bangunan tersebut dan mengaku sebagai pekerja, bahwa bangunan itu digunakan untuk memproduksi barang ilegal dan obat-obatan terlarang. Selain itu, di dalam bangunan besar tersebut juga terdapat banyak gudang penyimpanan persenjataan ilegal yang baru saja tiba.Sebelum sampai ke tempat tujuan, Arsana menyimpan mobilnya di sekolah lamanya, di mana dia biasanya mengajar sebagai guru relawan. Namun, setelah insiden kebakaran villa yang membuatnya kehilangan anak pertamanya, Arsana berhenti mengajar.Arsana segera berjalan mendekati sebuah mo

  • TERPERANGKAP HASRAT MAFIA KEJAM   Bab 46 Kedalam Pelukan

    Alex belum juga menjawab, Zayver telah memutuskan teleponnya, menyimpannya begitu saja. Zayver memandang ke arah wajah Arsana yang sedang terlelap tidur. Dia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Alex, sehingga memilih untuk tidur kembali dan membawa Arsana kedalam pelukannya. ****Keesokan harinya, Arsana tidak dapat pergi kemanapun karena Zayver ada di rumah. Dia hanya duduk di ayunan taman belakang sambil menunggu kedatangan Zayver yang sedang mengambil minuman untuk mereka berdua.Zayver yang ingin kembali menemui Arsana di halaman belakang, tiba-tiba melihat kedatangan Alex, Matteo, dan Kris. Entah apa yang mengundang kedatangan mereka tiba-tiba, tanpa menghubungi Zayver terlebih dahulu.Zayver mengerutkan kening, merasa ada yang tidak beres. Dia berjalan mendekati mereka dengan langkah cepat. “Apa yang kalian lakukan disini?” tanyanya dengan nada tegas, seakan tidak suka dengan kehadiran mereka.Alex tersenyum tipis. "Tentu saja untuk bertemu istrimu,” jawabnya."Ck!” Zayve

  • TERPERANGKAP HASRAT MAFIA KEJAM   Bab 45 Melepas Semua Pakaiannya

    Setelah pertemuan selesai, Arsana keluar dari ruangan dengan langkah tegap. Dia tahu bahwa kegagalan bukanlah salah timnya melainkan dirinya sendiri yang terlalu fokus pada kehidupan pribadinya. Namun kali ini, Arsana akan berusaha untuk mulai fokus kembali pada misinya yang belum selesai sebelum dia mengundurkan diri dari pekerjaannya.Dengan langkah cepat, Arsana memasuki sebuah taksi untuk menuju studio.Arsana berhenti tak jauh dari studio foto miliknya yang sudah lama tidak dikunjunginya. Namun, ketika dia melangkah lebih dalam, hatinya sedikit terkejut melihat apa yang ada di hadapannya. Studio itu berantakan. Semua barang yang ada di dalamnya berserakan tak karuan. Dengan langkah cepat, Arsana berjalan menuju meja kerjanya, tempat di mana komputer yang biasa digunakan untuk mencetak foto seharusnya berada. Namun, yang dia temukan hanyalah ruang kosong. Komputer dan mesin cetak lainnya hilang begitu saja.Arsana berdiri terpaku sejenak, mencoba memahami apa yang terjadi. "Ini pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status