Test Pack ART-ku (48) #Testpack_Inem#Testpack-Dilamar Aksa?-“Eh, Pak, nggak usah. Terima kasih, saya bawa tisu.”Aku terus merogoh tas berusaha sesantai mungkin, tapi sayangnya tak kudapati tisu dalam tas. Lelaki di hadapanku mengasongkan sapu tangannya lagi.“Saya, bawa dua. Wajah kamu dan lengan kamu basah.”Ya Allah kenapa aku bergetar mendapati kata-kata itu keluar dari mulutnya. Karin, please, sadar. Jangan terlalu berlebihan menyikapi perhatiannya. Kamu belum mengenalnya secara dekat. Kamu belum tahu dia bujang atau sudah menikah.Dan yang terpenting, dia sangat kaya raya, ya meskipun Mas Hangga juga mungkin berada di level sama dengan dia, sama-sama pengusaha muda. Tapi yang ini jelas banyak nilai plusnya. Sedang kamu janda Karin, janda anak dua. Tangan itu masih bergerak mengacungkan sapu tangan ke hadapanku.Huft, baiklah. Rasanya kurang sopan kalau menolak tawaran seseorang terlalu lama. Baiknya diterima dulu.Kusambut sapu tangan itu dari tangannya. Kemudian ia merog
Test Pack ART-ku (49) #Testpack_Inem#Testpack-Usaha Tes DNA Ulang Bayi-Lekas kuambil gelas di atas nakas. Mengambilkan minum untuk Aksa.Ayah hanya senyum santai mendengar ucapan Bunda.“Udah biarkan saja Aksa memilih sendiri, Bun. Kita tinggal nunggu aja santai.”“Nah, enak, nih, jawaban Ayah. Aksa jadi nggak tegang.” Lelaki dihadapanku nyengir.“Iya, Yah. Dari dulu juga kita biarin, eh malah keenakan membujang sampai Adik-adiknya sudah menikah. Padahal yang paling guanteng ya dia, kepiye, to.”Aksa tergelak. “Udah lagi, Bun. Jangan di bahas terus. Jadi sungkan ini Aksa sama Karin.”“Laiya, ini mumpung ada gadis yang perhatian, cantik, baik, sholehah. wah Bunda mah udah jatuh cinta dari pandangan pertama.”Ayah dan Aksa hanya senyum-senyum kalem mendengar celoteh Bunda.Sebenarnya aku justru kasihan sama Bunda, seandainya dia tahu aku bukanlah gadis, seperti dugaannya pasti kecewa. Biarlah, nanti pelan-pelan aku kasih tahu, bahwa aku sudah punya dua gadis kecil. Dan aku juga sia
-Hasil Tes DNA-“Dek, ada apa? kaget, Mas.”Rupanya Mas Hangga reflek, karena memiliki ilmu beladiri, jadi ketika ia tertidur dan ada sesuatu yang membahayakannnya maka ia akan menangkis cepat, seperti barusan.“Nggak, aku … aku cuma ….” Mas Hangga bergumam sembari megnerjap-ngerjapkan matanya.“Kamu gunting rambutku, Dek?”Mata Mas Hangga menelusuri kasur.Aku menarik napas dalam.“Iya.”“Buat apa?”Sudah tertangkap basah begini, sebaiknya jujur.“Buat Tes DNA. Aku mau ambil bagian rambutmu, Mas. Tolong jangan keberatan!”“Tes DNA Mas?”“Iya.”“Oh, kamu mau pastiin lagi kalau aku Ayah bayi ini atau bukan?”“Bener. Meskipun kita udah bukan suami istri, aku tetap butuh peyakinan bahwa ini anak kamu atau bukan.”“Ya boleh saja, Dek. Nggak ada yang Mas tutupi dari kamu. Silahkan ambil saja bagian tubuh Mas. Mau yang mana, Mas siapkan. Kalau mau potongan kuku, liur, darah atau kulit nggak apa-apa, nanti Mas siapkan.”“Cukup rambut kamu, aja.”Mas Hangga mengambil gunting dari tanganku, m
Test Pack ART-ku (51) #Testpack_Inem#Testpack-Istri Zahwan Hendak Melabrak Inem-Kali ini aku benar-benar menghentikan kunyahan.Sungguhkah?“Jadi Bunda sudah tahu?”“Bunda membuat nasi goreng tujuh bungkus itu, karena Bunda tahu, Sefina dan Hanifa, suka nasi goreng, Rin.” “Ya Allah, Bunda, sweet banget ....” Aku mengatakan ini dengan air mata sedikit tergenang. Ada haru memenuhi dada. Aku pikir akan butuh perjuangan untuk sekedar menjelaskan kepada orang tua Aksa, atau kepada siapapun nanti perihal posisiku yang seorang single mother. Aku pikir tak akan mudah menjadi seorang single yang pernah menikah untuk mendapat penerimaan dari keluarga kehidupan barunya. Karena pasti akan banyak nada-nada sumbang di luaran sana yang mencibir dan merendahkan seoran Janda.Jadi kebaikan Bunda Aksa tentu suatu anugerah buatku.“Sorry, ya, Rin, aku memang dekat sama Bunda. Jadi aku sudah lebih dahulu bercerita tentang kamu ke Bunda. Mungkin Ayah juga, karena tak sengaja mendengarkan. Sorry aku b
Test Pack ART-ku (52) #Testpack_Inem#Testpack-Tamparan Dahsyat Untuk Inem-“Jadi dia masih bisa menghubungi suami Ibu? Bukankah dia sudah dimasukkan ke dalam penjara khusus, yang nggak sembarang orang bisa masuk. Bisa mengirim pesan berarti ada seseorang yang memberinya fasilitas itu.”Canggih Inem. Terus saja pergunakan pesonamu untuk bisa mengelabui orang-orang. Kalau begini caranya aku juga tidak bisa hanya diam. Bagaimana jika dia bisa keluar penjara lagi untuk yang kedua kalinya, belajar dari kesalahan kabur yang pertama, maka dia lebih lihai dan akan lebih sulit ditangkap. Kemudian dia berkeliaran menggangguku. Membayangkan air keras yang ditaruh di ujung gang itu lagi saja sudah membuatku bergidik. Dia pasti akan lebih gila dan liar lagi mencelakaiku. Jika yang kemarin dia gagal belum berhasil menyiramkan air keras itu ke wajahku mungkin, maka yang kedua, aku yang harus tidak boleh main-main menghadapinya. Maka lebih baik mencegahnya agar dia tidak bisa keluar penjara saat
Test Pack ART-ku (53) #Testpack_Inem#Testpack-Rasa Yang Harus Kutinggal-Di dalam mobil Bu Nadia Irianto masih emosi.“Maaf, ya, Bu Karin, saya nggak bisa tahan emosi seperti pesan Bu Karin tadi. Entah begitu lihat wajahnya emosi dalam dada saya langsung meluap begitu saja. Pantas ya dia cantik bisa menggoda suami saya. Tapi belagu dan sombongnya bukan maen. Nggak perduli, nggak takut dia sama saya. Bukan soal siapa saya, tapi soal bahwa saya adalah istrinya yang suaminya dia goda."“Ya, Bu. Makanya saya males meladeni, karena saya sudah tahu watak dia. Di gertak keras nggak mempan. Makanya saya main strategi saja kalau menghadapi dia. Itulah akhirnya saya berhasil menjebloskan dia ke penjara. Saya juga pernah menggerebek dia dan mengarak dia di muka publik. Tapi dia nggak jera. Bahkan ada indikasi dia mau siram saya pake air keras.Pelakunya baru kemarin tertangkap. Sedang diinterogasi, Bu. Jika benar otaknya adalah Inem, saya siap menuntut dia lagi.”“Waduh, gimana ini, ya. Saya
Test Pack ART-ku (54) #Testpack_Inem#Testpack-Pernikahan yang Tertunda-“Adek Zayyan, Nifa, ada Adek Zayyan inihhh.”“Eh, iya ada adek Zayyan. Nifa udah kangennn. Hallo adek apa kabar….”Mereka berdua langsung mengerubuti bayi itu, menjawil-jawil pipi, bersemangat menggoda sang bayi hingga terpingkal-pingkal.Ya Allah anak-anakku, segemes itu kalian sama bayi Zayyan. Kalian memang benar-benar ingin punya adek kecil rupanya. “Ya Allah, Bu, ini si Kakak-kakak pada gemes ke Adek. Padahal mereka berdua juga bikin gemes orang dewasa lihat tingkah mereka,” ujar Refi yang sudah datang membawa jus.Setelah menaruh jus di meja, gantian Refi yang menggoda dua gadis kecilku.“Hallo Aksa, apa kabar, kamu?” sapa Mas Hangga.“Oh, Alhamdulillah, kabar baik, Mas. Sehat, Mas?”“Alhamdulillah.”Mereka berdua bersalaman.lalu mengambil tempat di sudut untuk mengobrol.Syukurlah, tak ada masalah yang berarti di antara dua orang cakap pikir itu. Mereka mengobrol layaknya sahabat yang baru bertemu, lalu
Test Pack ART-ku (55) #Testpack_Inem#Testpack-Semakin Dalam Mencinta-Sudah dua bulan tanpa Aksa, terasa berat bagi Sefina dan Hanifa, terlebih di bulan-bulan pertama penempatan, Aksa sama sekali tidak boleh berkomunikasi dengan keluarganya di Indonesia. Ini membuat anak-anak benar-benar kehilangan. Setelah kebersamaan yang cukup intens selama dua tahun. Ini jauh lebih sulit dibanding ketika perceraian terjadi dengan Mas Hangga. Karena Mas Hangga tidak pernah benar-benar pergi dari anak-anak. Sepulang kerja datang menghampiri, bermain seperti tak pernah terjadi keretakan dalam rumah tangga. Hingga kini, rutinitas itu masih ia lakukan,Tapi Aksa, kepergiannya mendadak dan keberadaannya sulit dijangkau. Aku menyediakan waktu lebih banyak untuk anak-anak saat ini. Bermain bersama, menggambar, pergi ke time zone, bermain basket, melakukan aktivitas seperti yang biasa mereka lakukan dengan Aksa.Hari ini Aksa akan video call anak-anak untuk pertama kalinya setelah dua bulan yang mengha