TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU

TEST PACK ASISTEN RUMAH TANGGAKU

last updateLast Updated : 2022-06-25
By:  Asa JannatiCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.3
10 ratings. 10 reviews
175Chapters
77.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Klik Follow/ikuti akun ini, sebelum lanjut baca. Saling mencintai namun harus saling tersakiti, menyakiti, juga saling tersiksa, setelah sebuah kesalahan fatal, yang tak pernah Karina dan Hangga sadari sebelumnya. Ya, tak disadari, karena sebenarnya, ada sebuah skenario gila dari seorang wanita gila yang telah menghancurkan segalanya. Membuat wanita dilema itu tak pernah berani memutuskan untuk rujuk. Tapi bagaimana kisah selengkapnya? Sebuah ending yang menyakitkan atau justru manis pada akhirnya? Yuk follow akun ini dan ceritanya sblm lanjut baca. Follow jg IG Asa Jannati utk info update cerita.

View More

Chapter 1

Di Balik Tirai Itu (1)

Sebelum baca, follow akun Asa Jannati dan subscribe cerita biar muncul notif saat bab baru di posting.🙏

~Di Balik Tirai Itu~

Aku baru pulang dinas dari luar kota, hendak mencari kunci gudang kala menemukan benda itu di laci kamar Inem. Sebuah benda pipih dengan dua garis samar pada sisinya. Seketika jantungku berdentam hebat. Ini Test pack, alat test kehamilan. Untuk apa Inem menggunakan alat ini? Bukankah dia belum menikah?

Gegas kututup laci meja dan keluar dari kamar tatkala terdengar suara anak-anak berlarian masuk ke rumah sehabis bermain di taman perumahan dengan Inem.

“Mama sudah pulang, hore ....” teriak si sulung Sefina, mereka akhirnya berhamburan memelukku yang sudah dua hari tak bertemu

“Mbak Inem, aku mau minum,” pinta si kecil. Inem melangkah mengambil gelas dan menuangkan air.

Dari jarak beberapa meter, kuperhatikan perutnya, sedikit lebih buncit dari biasanya dan tubuhnya terlihat lebih berisi. Astaghfirullah apakah Inem hamil?

Kulihat anak-anak pergi bermain dengan Inem kembali di ruang bermain. Aku merebahkan diri ke sofa dengan pikiran tak menentu. berbagai pertanyaan muncul dalam benak. Benarkah Inem sudah berbuat sejauh itu? Dengan siapa?

“Ma, sudah pulang?” Mas Hangga membuyarkan pikiranku. Ia kemudian mengecup keningku dan mengelus rambutku sesaat.

“Sudah, Mas, aku pulang dua jam lebih cepat dari seharusnya,” jawabku. Ternyata lamunan membuatku tak sadar kalau Mas Hangga sudah pulang kerja dan memasukkan mobil ke garasi.

“Asik, Papa juga sudah pulang!” Si kecil Hanifa berteriak senang.

“Ayuk, Pa, kita main sama-sama,” mereka menarik papanya menuju ruang bermain. Aku masih mengamati dari sudut sofa. Mereka tertawa-tawa girang menyaksikan kekocakan yang dibuat Papanya, termasuk Inem.

Esoknya, sebelum aku berangkat ke kantor, saat Inem sedang menyuapi si kecil di halaman depan. Gegas aku melesak masuk ke kamar Inem kembali. Kubuka laci itu, tespack masih teronggok di sana.

Kali ini kuamati lebih seksama. Garis merah di sebelah garis yang tegas itu terlihat samar. Aku masih belum bisa memastikan, positif atau negatif, sebab dua garis merah yang mengindikasikan positif pun jika sudah lewat beberapa jam warnanya akan memudar.

Kugigit-gigit bibir ini sembari mencoba menerka-nerka siapa lelaki yang dekat dengannya belakangan ini dan menidurinya hingga dia takut hamil dan membeli alat tes kehamilan ini?

Apakah dengan satpam komplek yang biasanya muncul saat Inem bermain di taman bersama dua anakku? Kelihatannya memang ada hubungan di antara mereka. Tapi apa benar sejauh ini? Apa mungkin kedekatan mereka luput dari perhatianku karena terlalu sibuk dengan pekerjaan?

“Assalamualaikum.”

Yu Siti, yang biasa cuci seterika dan bebersih rumah dan bekerja pulang pergi tiap hari itu mengucapkan salam.

Aku menjawab salam, lalu menarik tangannya menuju kamarku. Berbisik meminta tolong padanya untuk mengawasi aktivitas Inem selama aku tidak di rumah. Barangkali ada hal-hal yang mencurigakan. Beruntung Yu Siti ini orangnya amanah.

Setelah dua hari, kutanyakan padanya untuk mengorek informasi. Menurutnya tak ada yang mencurigakan, Inem bekerja seperti biasa bermain dengan anak-anak.

“Apa ada hal lain lagi, Yu? Barangkali ada cowok yang datang nemuin Inem gitu?”

“Oh, iya baru inget. Ada, Bu. Supir sebelah, Anton, kemarin nitip martabak, katanya untuk Inem, saya juga dibaginya.”

Oke, Anton, satpam komplek, siapa lagi yang harus masuk listku sebagai salah satu terduga.

“Coba inget-inget lagi, Yu, ada lagi nggak?”

“Nggak ada, Bu. Paling-paling yang datang ya, Bapak. Sehari bisa dua kali, barangkali nengok anak-anak dirumah, Bu,” jawab Yu Siti datar.

Mas Hangga datang sehari dua kali ke rumah? Kenapa harus sampai dua kali, bukankah makan siang dia sudah tersedia di kantor.

“Jadi Bapak sering pulang ke rumah sehari sampai dua kali, Yu?”

“Iya lumayan sering sih, Bu.”

“Ngapain aja di rumah biasanya, Yu?” Aku iseng ingin dengar jawaban Yu Siti.

“ Saya kruang jelas, Bu. Karena saya kan nyetrika atau nyuci, tidak lihat ke ruangan depan.”

Aku tak bertanya lebih jauh, khawatir Yu Siti menganggap aku curiga ada apa-apa antara Inem dan Mas Hangga. Tapi jujur aku tak tahu kalau Mas Hangga ternyata sering pulang ke rumah di jam-jam kerjanya. Dia tidak pernah cerita.

Malam ini, jam dua dini hari, aku terbangun dari tidur, tersentak dikagetkan oleh suara entah apa, yang jelas membuat mataku yang sedang terlelap tiba-tiba terbuka.

Kuraba ke samping kasur, tak ada tubuh Mas Hangga disitu. Lekas aku bangkit dan menyalakan lampu tidur, gelap menjadi temaram, kulihat anak-anak sedang terlelap di kasur sebelah.

“Mas?” kupanggil Mas Hangga, barangkali ia sedang berada di kamar mandi. Tapi tak ada jawaban.

Aku berjalan keluar kamar. Tak ada orang di ruang depan maupun ruang keluarga. kutuju ruang makan, ternyata Mas Hangga sedang duduk merokok di meja.

“Mas, bukannya tadi sudah tidur?”

“Iya, kebangun. Jadi ingin merokok.”

Kulihat rambut-rambut tipis di dekat pelipisnya agak basah oleh keringat.

“Gerah, ya, Mas?”

“Iya, makanya Mas ngadem, sejuk di sini.”

Kalau memang ruangan ini terasa sejuk, kenapa ia berkeringat?

Kulirik pintu kamar Inem. Sedikit terbuka dan lampu kamarnya menyala, kenapa menyala? bukankah ia sudah tidur?

“Aku balik ke kamar, ya, Mas.”

Mas Hangga tak menjawab, ia menyesap rokoknya dalam-dalam lalu mengepulkannya.

Kutinggalkan Mas Hangga sendirian. Entah kenapa Mas Hangga barusan begitu dingin. Apakah sebenarnya ia sedang menutupi perasaannya yang tegang? Apakah yang kucurigakan benar?

Jangan-jangan mereka habis berbuat? Ah, aku benci dengan perasaanku sekarang.

Di kamar aku tak bisa tidur, meski mencoba memejamkan mata.

Beberapa menit kemudian Mas Hangga masuk kamar dan merebahkan diri disampingku.

Pukul setengah lima aku membuka mata yang sama sekali tak tertidur.

Aku bangkit, melangkah menuju dapur, hendak membuatkan susu dalam dot untuk si kecil.

Kulihat lampu kamar mandi belakang menyala dengan daun pintu yang tertutup. Terdengar gemericik air dinyalakan, dan siraman air perlahan seperti orang mandi. Ya, meski pelan tapi aku bisa memastikan Inem sedang mandi.

Benar saja, setelah sepuluh menit kunanti, ia keluar dengan handuk ditangan dan rambut basah. Matanya menyasar ke segenap ruangan. Kupastikan ia tak melihatku yang duduk di sudut ruangan dalam keadaan gelap.

Setelah ia masuk kamar, gegas aku melangkah ke kamar.

Tumben Inem mandi subuh-subuh sekali, tak seperti biasanya? Ada apa ini? Perasaanku menjadi gaduh.

Aku jadi teringat pesan Mama, “Karin, saran Mama sich, Setiap Mbak yang kerja di rumah ini, dia pulang pergi saja. Jangan sekali-kali mereka tinggal di sini, serumah sama kalian.”

“Kenapa, Ma?”

“Pertama mereka kan bukan mahrom suamimu, jadi janganlah tinggal serumah. Yang kedua, namanya tinggal serumah, khawatir aja ada setan lewat, mereka kesambet, jadi khilaf,” ucap Mama. Mama menyampaikan ini dengan serius.

Kini baru aku sadar apa maksud Mama. Meski kecurigaanku belum tentu benar. Sampai detik ini aku masih belum benar-benar yakin, Mas Hangga akan berani berbuat sejauh itu.

Sore ini Inem sedang menemani anak-anak naik odong-odong di ujung gang. Aku kembali masuk ke kamar Inem, meggeledah isi kamar. Sekali lagi, hal mengejutkan aku temui. Di dalam gumpalan sebuah baju, Inem menyimpan pil KB! ya Allah. Jadi dia berusaha mencegah kehamilan dengan rutin minum pil KB. Aku sangsi jika pil KB ini bukan punya Inem.

Seandainya aku mencoba berpikir baik, anggap milik Yani, ART sebelah yang menitipkannya ke Inem. Hal-hal seperti ini sangat rahasia dan tentu malu bila diketahui orang lain. Yang menyimpan tentu yang menggunakannnya. Jadi bisa kupastikan ini milik Inem, nggak mungkin ada orang lain yang menitip.

Jadi jelas, Inem yang kukira lugu itu, ternyata sudah melakukan hubungan terlarang sejauh itu. bahkan kini ia tengah ketakutan hamil. Pil KB jadi solusinya saat ini.

Akan kuselidiki terus sampai ketemu, siapa laki-laki yang tega-teganya merusak Inem. Alangkah menjijikkan jika itu dilakukan di rumah ini. Aku harus menangkap basah mereka. Dugaanku masih kuat tertuju kepada Anton dan Tikno si satpam komplek itu. Bisa saja malam-malam dia mengendap masuk lewat pintu belakang atau lewat jendela kamar Inem.

Di sudut meja ada sebuah buku. Kubuka lembar demi lembarnya. Hanya catatan biasa, tentang kerinduannya pada adik dan Ibunya di kampung. Hingga pada halaman keberapa ia menulis, “Ya Allah, aku sudah melakukan dosa, dosa juga karena menggangu sebuah ikatan rumah tangga. Tapi aku mencintainya.”

Aku mengigit bibir, mencoba memahami pesan yang tersirat dari kata-kata itu. Apakah Inem mencintai Mas …. Ah, lagi-lagi kutepis pikiran ngawurku sendiri, mungkin aku terlalu parno. Sebelum jelas-jelas terbukti aku tidak boleh sembarang suudzon. Siapapun bisa jadi tersangkanya. Tapi aku tidak akan segan-segan bertindak tegas jika jelas-jelas terbukti.

*

Aku baru pulang dinas dua hari dari Bandung, saat kulihat sore itu Anton sedang duduk diteras bersama Inem. Jangan-jangan mereka sedang merencanakan untuk indehoy berdua lagi. Aku ada ide, sebaiknya di rumah ini di pasang CCTV, agar kecurigaan ini jadi terang benderang.

Kutuju dapur, untuk membuka minuman dingin di kulkas, disebelah kulkas ada satu plastik hitam terisi berukuran besar yang sudah terikat kencang. Itu sampah, akan Inem buang mungkin sebentar lagi. Tapi entah kenapa ada dorongan dalam hati untuk membukanya.

Akhirnya kugunting ikatannya, kucolek satu-satu isi sampah itu. Mataku terbelalak, sebuah kondom yang sudah terikat berisi cairan putih menggelinding jatuh tepat di kakiku.

Astaghfirullah. Kondom siapa ini? Dadaku tiba-tiba bergemuruh. Ada marah tapi tak tahu harus diarahkan ke siapa? Mas Hangga, Anton atau bisa saja supirku sendiri yang sesekali bercengkrama dengan Inem. Saat ini siapa saja bisa jadi tertuduh. Kurang ajar, mereka benar-benar berani berzina di rumahku.

Gegas aku mengambil gawai dan memotret benda itu dengan berbagai posisi dan jarak. Kemudian menyimpan kondom habis pakai itu dalam tissu. Akan kukumpulkan banyak bukti agar pelakunya tidak akan bisa mengelak lagi saat semuanya semakin jelas.

Kuredam emosi yang sudah menggelegak dalam jiwa. Aku masuk kamar beristighfar berkali-kali.

Adzan maghrib berkumandang. Aku hendak menyalakan lampu teras ketika kulihat dua bayangan manusia ada di balik mobil berdiri teramat dekat. aku mundur perlahan bersembunyi di balik tirai jendela kaca.

Itu Mas Hangga dan Inem! Iya, itu mereka. Aku masih bisa mengenali wajah mereka meski temaram dari balik kaca mobil. Inem nampak tersenyum ke arah Mas Hangga, lalu mengecup pipi Mas Hangga.

Jantungku seketika berdebar hebat menyaksikan pemandangan itu. Jadi test pack, pil KB dan kondom itu ....

Kini pikiranku mengarah ke satu orang pelaku. Lihat, Mas, aku akan buat perhitungan denganmu!

____

Kalau mau simak versi You Tub/audionya, ada di akun You Tub Asa Jannati ya tmn. Pengisi suaranya sy sendiri. Tersedia ebook baca sampai tamat jg di g****e playstore

Terima kasih sudah menyimak, tinggalkan jejak love dan komen sblm menuju bab selanjutnya. Terima kasih sudah membantu penulis bertumbuh.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
rissia
bagus keren
2023-02-02 09:19:27
1
default avatar
Rizaldy Rachman
si karinnya kayak ga ada orang lain saja? padahal ada kakaknya yg polisi, kenapa ga keluarganya saja yg dia panggil? malah sama mantannya yg sering dia aduin? minta tolonglah sama kakaknya buat jagain terus rumahnya sampai selesai terornya
2023-01-03 14:30:36
1
user avatar
Iyan Yuniar
yeay untung ada d aplikasi sni...
2022-12-21 05:31:12
1
user avatar
Asa Jannati
segera ending yaa
2022-06-07 16:21:14
2
user avatar
Anies
bab awal bikin deg deg an, jadi tambah penasaran
2022-06-06 23:29:18
1
user avatar
Naerul Rosyidah
baru baca bab 1 aja udah bikin deg2an kak.. bikin penasaran... ...
2022-06-06 20:48:49
1
user avatar
Kenang Alicia
ayok di endingin berbahagia thorr
2022-06-06 09:40:57
0
user avatar
Asa Jannati
ada apa yaaa
2022-05-22 01:12:29
0
user avatar
Ursa Mayor
Hayo, ada apa dengan rest pack ARTnya
2022-05-18 17:30:36
1
user avatar
agus triwibowo
kocak baca di cerita awal. si inem menurut saya hanya jadi korban. yg harus dipersalahkan itu malah si hangga dan istrinya. alesan wanita karir sampai gak menjalankan kewajiban sebagai istri. dan cerita di awal malah terkesan itu cerita pribadi dan mencari pembenaran. tp balik lagi hanya cerita.
2022-06-09 00:18:33
0
175 Chapters
Di Balik Tirai Itu (1)
Sebelum baca, follow akun Asa Jannati dan subscribe cerita biar muncul notif saat bab baru di posting.🙏~Di Balik Tirai Itu~Aku baru pulang dinas dari luar kota, hendak mencari kunci gudang kala menemukan benda itu di laci kamar Inem. Sebuah benda pipih dengan dua garis samar pada sisinya. Seketika jantungku berdentam hebat. Ini Test pack, alat test kehamilan. Untuk apa Inem menggunakan alat ini? Bukankah dia belum menikah?Gegas kututup laci meja dan keluar dari kamar tatkala terdengar suara anak-anak berlarian masuk ke rumah sehabis bermain di taman perumahan dengan Inem.“Mama sudah pulang, hore ....” teriak si sulung Sefina, mereka akhirnya berhamburan memelukku yang sudah dua hari tak bertemu“Mbak Inem, aku mau minum,” pinta si kecil. Inem melangkah mengambil gelas dan menuangkan air. Dari jarak beberapa meter, kuperhatikan perutnya, sedikit lebih buncit dari biasanya dan tubuhnya terlihat lebih berisi. Astaghfirullah apakah Inem hamil? Kulihat anak-anak pergi bermain dengan
last updateLast Updated : 2022-04-30
Read more
Di Sebuah Hotel (2)
Jangan Paksa Aku Rujuk Di Sebuah Hotel (2)Aku mundur perlahan, berjingkat menuju kamar. Tubuhku bergetar hebat. Napasku tersengal. air mata mulai berjatuhan tak terkendali. Kubekap mulutku agar tak mengeluarkan suara dan segera pergi ke kamar mandi lalu menguncinya.Jadi benar dugaanku. Di antara mereka ada hubungan terlarang yang tak pernah kusadari sebelumnya. Sangat keterlaluan apa yang mereka lakukan di rumah ini, bahkan ketika aku sedang berada di rumah. Tak bisa kubayangkan apa yang sudah terjadi ketika aku sedang tidak ada di rumah. Mungkin sudah puluhan kondom yang dibuang tanpa aku pernah menyadarinya.Baik Karin, cukup menangisnya. Berpura-pura tak tahu adalah jalan terbaik yang harus kupilih. setidaknya saat ini. Terlalu dini jika aku melabrak mereka berdua sekarang. Aku tak bodoh, lebih baik kukumpulkan semua bukti agar ketika aku siap membuka semuanya, mereka tak akan bisa mengelak lagi.Percuma rasanya jika saat ini aku mencegah hubungan mereka. Toh mereka berdua sudah
last updateLast Updated : 2022-04-30
Read more
Bukti (3)
-Bukti-‘Kalau belum bisa bersandiwara dengan sempurna, jangan coba-coba mengganggu rumah tanggaku, Nem,’ bisik hatiku. Tentu aku tak akan melontarkan kata-kata itu sekarang. Belum waktunya!“Ee, anu, Bu. Sa-saya dapet dari nemu,” ucap gadis berhidung bangir itu, gugup.“Nemu?” Aku menatap matanya tajam.“I-iya, Bu.” Ia sedikit membuang muka merasa terintimidasi. Nem-Inem, harusnya kamu tenang saja, bukankah anggapanmu aku tak tahu affairmu.“Nemu dimana?”“Eee….” Inem berpikir lama.“Kamu kenapa, Nem?” tanyaku datar tapi dengan tatapan curiga.“Apa, Nem?” Mas Hangga yang sudah di dalam rumah datang menghampiri.“Oh, itu, itu punya temanku, Ma. Ketinggalan di mobil, kali,” ucapnya santai.“Eh, oh, iya, maksud Inem, nemu di mobil. Inem pikir ‘kan nggak dipake Bapak. Jadi Inem mau pake buat di kamar mandi Inem.” jawabnya. Ia melepas napas terlihat lega.“Waduh, kayak kurang sabun aja kamu, pake barang ginian. Stock sabun, odol di lemari juga ‘kan banyak, tinggal ambil saja lho, Nem.” Aku
last updateLast Updated : 2022-04-30
Read more
Di Ruangan Itu (4)
-Di Ruangan Itu-Kali ini otakku benar-benar mendidih. Seperti sebuah magma yang siap diledakkan kuat-kuat ke angkasa. aku bahkan tak mampu lagi mencerna kata demi kata yang sedang mereka bicarakan saat ini. Yang kupahami, mereka berdua ternyata tidak hanya menjalin sebuah affair. Tapi sudah menikah! Aku berbalik, berlari menuju kamar tamu paling ujung. Lalu menguncinya dan meluapkan semua emosi agar bisa meredamnya lebih cepat. Aku benar-benar dibohongi oleh suamiku sendiri. Entah sudah sejak kapan hubungan itu dimulai dan sejak kapan mereka menikah. Aku benar-benar tak tahu. Canggih sekali akting mereka, sampai aku mengetahui keberadaan test pack itu dan baru menyadari ada yang tak beres di rumah ini. Kupikir kecurigaanku kepada Inem tak akan mengantarkanku pada sebuah fakta sejauh ini. Gila, suamiku sendiri berselingkuh di dalam rumahnya dimana ada anak dan istrinya berada. Seleranya begitu rendah, hanya berani berselingkuh dengan seorang pembantu cantik.Kuusap air mataku dengan
last updateLast Updated : 2022-04-30
Read more
Panggil Aku Bunda (5)
klik follow akun penulis dulu, yuk sebelum lanjut baca Test Pack ART-ku (5) .~Panggil Aku Bunda (Kata Inem)~.“Kamu kenapa, Mas? Kok kaget begitu?”“Ya, ya, ya Mas kaget, dia manggil siapa, sich?”Mas Hangga membentangkan kedua telapak tangannya dengan ekspresi tak paham.“Dah, Dek. Mas berangkat ke kantor, dulu.”Secepat kilat ia meninggalkan meja makan menuju garasi. Terdengar mobil dipacu dengan sangat kencang meninggalkan rumah.Aku menghela napas.Ternyata kamu belum siap memperkenalkan Inem kepadaku, Mas. Itulah kenapa kamu hanya berani menjalin hubungan dengan seorang ART. Keinginan kamu punya istri lebih dari satu besar, libido kamu juga besar, sayang nyali kamu ciut, Mas. Meski kini kamu sudah punya bisnis yang menghasilkan pundi-pundi uang besar, tapi aku juga bukan wanita sembarangan yang kamu nikahi. Lalu seenaknya rumah tangga ini kamu bikin main-main demi memuaskan kebutuhanmu yang tak berkesudahan bila dituruti itu. Kamu memang romantis, kamu baik, tapi kamu juga beg
last updateLast Updated : 2022-05-02
Read more
Perawan Palsu (6)
Perawan Palsu (6)“Ibu, kaget saya, Bu. Ibu kok tumben pulang?” Ia bertanya sembari lekas berdiri menghormatiku.“Kamu apa-apaan, Nem ngajarin anak-anak manggil kamu Bunda?”“Eh, uhm, anu. Kita main boneka-bonekaan aja, Bu. Becanda aja. Ya ‘kan, Dek, Kak ….”Suaranya bergetar.“Yang bener? Tadi kamu ngomong serius, loch. Kamu beneran hamil?”Ia diam.“Iya, Ma. Bunda Inem tuh lagi ada dedeknya dalam perut. Sebentar lagi keluar, terus kita punya adek.” Si sulung menimpali.“Nem? Kok kamu diem aja? Apa kamu beneran hamil? Hamil sama siapa? Jawab jujur, Nem.”Masih tak menjawab. Tapi hanya dalam hitungan tiga detik dia sudah berlari ke kamarnya.Aku menghentak napas. Cemen sekali. Berani merebut suamiku, tapi menatapku pun tak sanggup. Andai kamu tahu, Nem. Perih dan kecewaku luar biasa sama kamu. Andai kamu tahu hancur hatiku tak terbilang gimana rasanya. Orang lain yang tak kukenal saja, bila dia merebut suamiku, jelas menyakitkan. Dan ini kamu yang ngelakuin, Nem. Kamu yang bahkan orang
last updateLast Updated : 2022-05-03
Read more
Foto Mesra di F******k Rahasia (7)
~Foto Mesra di F******k Rahasia~ (7)Seketika suaranya hilang, tak ada lagi pembicaraan.“Nem, Buka!”Tak ada gerakan.Gemes, kutendang pintunya.Dubrak!“Buka, Nem!”“Iya, Bu, sebentar ….!Pintu dibuka.“Apa, kamu ngomong apa barusan?”“Ngomong apa gimana sich, Bu, yang ibu maksud?”“Kamu tadi ngobrol sama seseorang kan di telepon? Jangan kira saya nggak dengar. Apa obrolan yang kamu maksud tadi, Hah?”“Ehhm, ma-ma-maksud Ibu yang mana? Aduh, saya jadi takut. Ibu nich, tumben marah-marah.”“Yang soal beli darah keperawanan! Paham?!” Aku berkata penuh penekanan tiap katanya.Ia menatapku dua detik. Lalu tertawa.“Owh itu. Ibu, nich, kirain apaan …. Itu kan dialog cerita, Bu. Inem tadi nemu cerita di internet, ceritanya seru. Inem ngomong ngikutin dialog yang ditulis. Duh sampe jantungan Inem. Kirain apaan Ibu sampe dobrak pintu. Cuma salah paham, Bu ….” ia menunjukkan jari tengah dan telunjuk membentuk huruf V.“Kamu nggak usah ngaco, Nem!”“Ya Allah, Bu. Beneran, suerrr, Inem jujur. I
last updateLast Updated : 2022-05-03
Read more
Anak-anakku Mengetahuinya (8)
-Anak-anakku Mengetahuinya-“Eh, Mama. Entahlah, Mas juga baru datang. Kelihatannya Inem sedang putus cinta sama pacarnya, sampai nangis-nangis gitu. Mas cuma berusaha menenangkan. Biasalah anak remaja lagi jatuh cinta, diputusin kali.”Lantas lelaki jangkung iru menggaruk kepalanya yang tak gatal.Inem yang tiba-tiba dilepaskan pelukannya begitu saja, merasa kesal. Mungkin ia berharap saat aku hadir, justru Mas Hangga tak melepas pelukannya dan ia akan tertawa puas karena telah memenangkan sebuah permainan. Bukankah sebenarnya Inem memang membenciku, bahkan ingin membunuhku. Masih kuingat status f******k bocah alay bernama meow. Itu pasti akun milik Inem-Inem jugaMerasa tak mendapatkan apa yang ia inginkan, ia melirik Mas Hangga jutek lalu berlari masuk ke dalam kamar. Ia melanjutkan tangisannya di sana.Aku tertawa dalam hati melihat kelakuannya. Andai aku tidak sedang bersandiwara berpura-pura bodoh. Sudah kuolesi sambel pada bibir manisnya yang sering manyun tak jelas itu.Lalu ak
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more
Menyadap Pesan-pesan Mereka (9)
-Menyadap Pesan-pesan Mereka-“Iya, Bu. Saya kaget, saya tanya mau kemana, Mbak. Dia nggak jawab.”“Saya cek dalam kamarnya separuh isi kamar sudah nggak ada, Bu.”“Saya mau ngadu sama Ibu, sy lihat Ibu sedang menangis, jadi nggak berani.”Hmm, jadi perempuan itu pergi tanpa ijin aku sama sekali.“Ya, nggak apa-apa, Mbak. Biarkan saja dulu, kalau itu kemauannya. Sementara Mbak sanggup kan momong Sefina dan Hanifa sendirian?”“Oh kalau itu tenang, Bu. Dengan senang hati saya melakukannya.”“Besok saya akan minta Mbak baru dari yayasan lagi. Biar Mbak Yana nggak terlalu kewalahan.”“Baik, Bu.”Aku menuju kamar Inem. Dalam kondisi terburu-buru untuk kabur, kurasa dia hanya membawa barang-barang yang sangat diperlukan saja. Entah kenapa saat masuk ke kamarnya ada perasaan berat. Tapi kupaksakan. Kubongkar barang-barang yang terserak di sudut ruangan.Sayangnya ketika aku hendak membuka lemari. Ada suara-suara aneh yang membuatku ngeri dan terhenyak. Alisku berkerut. Suara apa itu?! Suara
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more
Di Dalam Mobil Suamiku (10)
-Di Dalam Mobil Suamiku-[Sekarang?][Iya, kamu bawa baju seperlunya dan barang yang kamu anggap penting. Cukup pakai tas kecil, saja. Kamu tunggu di Mall atau di restoran. Nanti aku jemput sepulang kerja. Oke?][Hmmm. Okelah. Nanti aku kabari lagi, Mas. Mau masukin baju-bajunya dulu.][Oke, Sayang. Love, U.]Laki-laki yang sudah terbuai oleh cinta wanita baru. Isi pesannya tak jauh berbeda ketika dulu ia mencintaiku. Siapa yang tak bahagia dipenuhi ucapan cinta dan sayang oleh lelaki tampan seperti dia. Terlebih Inem. Melihat Mas Hangga sekarang yang sudah mapan. Pas sekali Mas Hangga juga begitu tertarik kepada jalang itu.“Halo, Za, tolong saya sekali lagi, ya.” Kujelaskan maksudku meminta bantuannya kembali.“Oh, siap, Bu. Saya laksanakan. Saya suka kalau Ibu yang perintah.” Suara di seberang sana terdengar sumringah. Ya, karena aku tak segan membayar dengan nominal besar padanya.Kali ini aku meminta Reza untuk mengintai kemana nanti perginya Corola Altis itu selepas lelaki itu
last updateLast Updated : 2022-05-05
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status