Share

Bab 6, Tanpa Perasaan

Teriakan pilu pelayan itu bergema ke seluruh ruangan, begitu kesakitan. Namun, Rin dan Ayumi tak berhenti di situ. Mereka mulai mengeluarkan alat lain dari dalam tas yang mereka bawa, yang berbentuk seperti sebuah tang penjepit melengkung.

"Dimana kau menyembunyikan Okiku?" Tanya Rin.

"Aku, Aku bersumpah aku tak tau apapun! Saat aku pergi, nona muda Okiku masih ada di kamarnya. Aku bersumpah!" Pekik pelayan itu. Namun, Rin memerintahkan adiknya untuk kembali menyiksa wanita itu. Dipenuhi rasa takut dan tak tega, Ayumi kembali ragu.

"Apa yang kau lakukan? Jika kau tak sanggup melakukannya, maka berikan itu kepada ku!" Ucap Rin. Ayumi terus melihat kakaknya itu dengan tatapan gelisah yang semakin membuat Rin merasa merasa tak nyaman.

"Kalian memang tak berguna," tiba-tiba, mereka mendengar suara Ibu mereka yang membuat mereka kaget. Toki, kini sudah berada dibelakang mereka dengan tatapan tajam.

Wanita itu mengeluarkan sebuah cambuk dengan paku diujungnya, "Dimana kau menyembunyikan Okiku?" Tanyanya. Namun, belum sempat menjawabnya, wanita itu langsung mencambuk tubuh pelayan tersebut tepat disamping anak-anaknya dengan sangat kejam.

"Katakan, Dimana kau menyembunyikannya!!" Teriak Toki, diiringi suara pecutan cambuk tersebut dan darah yang terus-terusan menyiprat, membuat Rin dan Ayumi begitu ketakutan.

"Katakan! Katakan! KATAKAN!!" Pekik Toki dengan nafas yang terengah-engah dan terus-menerus mencambuk tubuh pelayan itu. Setelah beberapa saat, ruangan itu kembali sunyi. Pelayan itu pun tewas bersimbah darah tanpa bisa menjawabnya dan kejadian itu akan terus terngiang di dalam kepala Rin dan Ayumi untuk selamanya.

Disaat yang bersamaan, ditempat lain. Tiba-tiba saja air mata Okiku mengalir membasahi pipinya tanpa ia sadari.

"Nona, ada apa? Kenapa kau menangis?" Tanya Ryu, dia begitu kebingungan mengapa gadis itu tiba-tiba saja menangis.

"Mataku hanya sedikit gatal," ucap Okiku dengan suara yang tenang, wajahnya tetap tanpa perubahan ekspresi. Namun, di balik kesederhanaan penampilannya, tersembunyi sebuah kejutan. Dengan tiba-tiba, ia menyeka air mata yang mengalir dengan gerakan yang lembut namun tegas. Seperti kilat yang menyambar malam gelap, tangisan itu hanya berlangsung sebentar, tetapi cukup untuk mengisyaratkan bahwa di balik lapisan kepribadian Okiku, ada luka yang dalam dan emosi yang terpendam.

Disisi lain, Toki yang merasa begitu kecewa terhadap anak-anaknya yang mulai membangkang terhadap dirinya.

"Ingatlah ini baik-baik. Kalian adalah seorang Hunter dan juga anakku, aku membesarkan kalian bukan untuk membangkang," ucap Toki kepada anak-anaknya dengan tatapan dingin, lalu pergi meninggalkan mereka berdua didalam ruangan itu.

"Jihoon," Toki memanggil seseorang. Lalu seseorang datang dengan begitu cepat, merespon panggilan tersebut.

"Ya, Nyonya." Ucap pria itu, menggunakan pakaian serba hitam.

"Pergi dan bawakan aku kepala gadis buta itu," perintah Toki.

"Keinginan anda adalah perintah untuk ku," ucap pria itu, lalu menghilang seperti ditelan oleh kegelapan.

Jihoon, yang dikenal sebagai The Shadow, adalah seorang Hunter dengan peringkat palsu yang kejam dan tanpa belas kasihan. Wajahnya yang penuh dengan luka menganga menjadi cermin dari kekejaman dan kebrutalannya. Jihoon dengan dingin dan tanpa perasaan menjalankan tugasnya sebagai pembunuh untuk Nyonya Toki, anggota keluarga Musashi yang kejam. Ketika wanita itu menginginkan kematian seseorang, Jihoon akan dipanggil, dan saat dia muncul, ketakutan dan teror akan melanda siapapun yang berani menentangnya. Dengan memalsukan peringkatnya di Asosiasi Hunter, dia dengan kejam memanfaatkan portal tingkat rendah sebagai sarana untuk membunuh tanpa ada yang mengetahui, seperti sebuah kecelakaan yang tak terduga.

Dengan cepat, pria itu mulai menyusuri setiap jengkal kota dan melacak keberadaan Okiku, sang target.

Ditempat lain, disebuah gedung tempat dimana para kandidat yang ingin menjadi Hunter melakukan test.

"Apa kalian juga akan mendaftar?" Tanya seorang petugas yang bertugas di bagian pendaftaran, saat melihat Okiku dan Ryu.

"Ya, apa disini tempat pendaftarannya?" Tanya Okiku.

"Buta?" Dalam benak petugas itu. "Ah, ha-ha. Maafkan aku tapi, kau tak bisa mendaftar," jelas petugas itu.

"Kenapa?" Tanya Okiku.

"Karena kami bukan panti so-" belum sempat mengatakannya, tiba-tiba saja seorang Elf membekap mulut petugas itu dari belakang.

"Maafkan kami, tentu saja kalian dapat mendaftar di sini. Namun, sebelumnya kami perlu melakukan pemeriksaan terhadap tingkat mana yang kalian miliki. Mohon dimaklumi, karena ini adalah prosedur yang kami terapkan," ucap Elf tersebut dengan senyuman di wajahnya.

"Baiklah, tunjukkan tempatnya," ucap Okiku.

"Tolong ikuti saya, kearah sini," ucap Elf tersebut, sambil mengarahkan mereka berdua.

"Hei, coba lihat itu! Apa yang dilakukan oleh pemimpin cabang kali ini," celetuk seorang pria yang melihat kejadian itu.

"Apa dia juga akan memberikan ujian itu kepada mereka berdua? Apa dia sudah gila?" Celetuk orang disebelahnya.

Tiba-tiba saja, semua orang disana merinding ketakutan ketika mengingat ujian tersebut. "Ugh, aku benar-benar tak ingin mengingatnya lagi," ucap pria pertama.

"Kau benar, mengingatnya saja sudah membawa kenangan mengerikan itu kembali," ucap orang disebelahnya tadi.

Semua orang mulai membicarakan betapa mengerikannya ujian itu, dan membuat Okiku sedikit teralihkan. "Kalian tak perlu khawatir, itu hanyalah latih tanding," ucap Elf tersebut.

Beberapa saat kemudian, mereka telah tiba disebuah ruangan besar yang khusus untuk pertarungan dan sebuah alat tepat diatas ruangan tersebut.

"Jangan khawatir, benda yang ada diatas kalian adalah sebuah alat yang diciptakan untuk mengukur seberapa kuat kalian dengan menganalisa pergerakan otot ditubuh kalian dan memasukkannya ke dalam data," jelas Elf itu.

"Tak ada peraturan. sekarang, serang aku sekuat tenaga kalian!" Pekiknya, dengan cepat melesat ke arah mereka.

Ditempat lain, sebuah portal raksasa muncul disebuah pulau terpencil ditengah laut. Portal berwarna merah yang mempengaruhi lingkungan disekitarnya. Pemerintah Amerika yang mengetahui hal itu, segera mengirimkan beberapa tim terbaiknya untuk menyerang portal tersebut.

Namun, hal itu tak hanya berhenti disana. Beberapa portal raksasa juga muncul dibeberapa negara, seperti Inggris, Rusia, China dan Jerman.

Langit berubah menjadi gelap gulita, disertai hujan petir dimana-mana. Sebuah Hitungan mundur tiba-tiba saja muncul dilayar sistem semua orang, membuat semua orang panik dan mengungsi keluar dari negara tersebut.

Berita itu begitu mengejutkan dunia dan akhirnya sampai ke telinga pemerintah Korea, yang membuat mereka semua ketakutan.

Disebuah ruangan, didalam sebuah gedung. Presiden Korea Selatan bernama Kim Jong Sik segera melakukan rapat darurat bersama seluruh jajarannya yang juga ikut mengundang Ketua Asosiasi Hunter, Tae Sik.

"Kita harus membantu mereka," ucap Pak Presiden.

"Dengan segala hormat,Pak. Kita bahkan tak tau tingkatan dari portal-portal itu, bagaimana mungkin kita bisa membantu mereka, itu sama saja dengan misi bunuh diri!" Ucap salah satu jendral yang ada disana.

"Bahkan jika kita tidak mengirim bala bantuan, para monster yang keluar dari portal-portal itu cepat atau lambat juga akan datang kemari!" Pekik Pak Presiden itu.

"Memangnya kalian bisa mengalahkan mereka semua? Tanyanya lagi, yang membuat semua orang terdiam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status