Handaru menatap langit kelam dari arah balkon sebuah apartemen elit di London. Sebuah botol beer bermerk tampak menemani lamunannya saat itu.
Pertengkarannya dengan Mitha kemarin malam kembali terngiang dalam benaknya. Bayangan wajah Mitha yang berderai air mata saat mengetahui bahwa kini Handaru menjalin hubungan dengan wanita lain seolah menjadi siluet yang terus berputar dalam pikiran Handaru. Membuat perasaan bersalahnya kian berlipat ganda.
Apakah sikapnya selama ini terhadap Mitha sudah keterlaluan? Bahkan di saat Mitha harus melewati masa-masa sulit di kehamilan pertamanya, Handaru tak pernah sekali pun menunjukkan perhatiannya sebagai seorang suami pada Mitha.
Handaru terlalu larut dalam ego dan gengsi serta rasa cemburu yang membuatnya selalu kesal setiap kali melihat keadaan Mitha yang sedang mengandung anak lelaki lain.
Jangankan untuk memberi perhatian, bahkan untuk sekadar menyentuh Mitha saja
"Bagaimana? Apa ada kabar terbaru tentang wanita bernama Agnes itu?" Tanya Arsen saat keempat sahabat seperjuangannya bertandang ke kediamannya.Hari ini adalah hari libur nasional, Bagas, Tio, Alvin dan Roni berencana mengajak Arsen untuk keluar. Sudah sangat lama mereka tidak bersenang-senang bersama sejak Arsen mengundurkan diri dari dunia militer."Aku sudah menyeledikinya bahkan sampai meminta bantuan polisi setempat, tapi tetap saja hasilnya nihil. Seandainya saja wajah Agnes tertangkap kamera CCTV club, mungkin semua akan jadi lebih mudah bagi kita," jawab Roni yang memiliki usia paling tua di antara mereka."Apa mungkin wanita itu sudah membohongi kita tentang identitasnya?" Tanya Arsen mengemukakan kecurigaannya."Bisa jadi. Dan jika memang itu benar, tandanya, apa yang wanita itu lakukan terhadap Mitha, semua itu sudah direncanakan!" Tegas Alvin menambahkan.Kali ini tatapan Arsen tertuju pada Bagas. "Apa kau benar-benar tak bisa menginga
Pagi harinya, Mitha bangun kesiangan setelah sepanjang malam tadi dia tidur di dalam dekapan hangat sang suami.Jika sebelumnya, Mitha seringkali sulit tidur akibat faktor kehamilannya, tapi anehnya malam ini Mitha tidur begitu pulas.Bisa jadi, efek perasaan saking senang dan bahagianya, Mitha sampai terbawa-bawa mimpi, di mana dirinya dan Handaru beserta anak-anak mereka tengah bertamasya bersama ke sebuah tempat wisata yang sangat indah."Mas, kenapa aku tidak dibangunkan? Aku belum buat sarapan," ucap Mitha setengah kaget saat ditengoknya ke arah jam dinding, terlebih dilihatnya Handaru sudah rapi dengan seragam kantornya. "Lagipula, kau kan masih sakit?""Aku sudah baikkan. Sudah kau istirahat saja, biar aku sendiri yang buat sarapan nanti," jawab Handaru yang saat itu sedang berdiri di depan cermin sambil mengenakan dasi.Mitha sempat tertegun sejenak mendapati jawaban manis Handaru.
Waktu sudah beranjak sore, Handaru masih berkutat dengan pekerjaannya di kantor karena akhir-akhir ini pekerjaannya memang semakin menumpuk.Berulang kali dia melirik jam di tangannya, namun sepertinya putaran jam itu tak juga berubah. Padahal Handaru sudah sangat ingin bertemu dengan sang istri dan mengajak Mitha dinner romantis malam ini.Sebuah dering ponsel yang berbunyi membuyarkan konsentrasi Handaru dalam bekerja. Diraihnya ponsel itu untuk mengangkat panggilannya, namun Handaru malah terdiam begitu tahu siapa yang menelepon.Angel?Setelah berpikir sejenak, akhirnya Handaru memutuskan untuk mengangkatnya."Halo? Ndaru?" Sapa Angel di seberang."Ya, ada apa?" Tanya Handaru datar."Nanti malam mampir ya ke apartemenku. Kita makan malam bersama. Besok sore, aku harus kembali ke Indonesia," ucap Angel di telepon.Handaru kembali berpik
Mitha sudah berdandan cantik.Sebuah dress berwarna putih yang memang di rancang khusus untuk Ibu hamil tampak membalut tubuhnya yang sedikit lebih gemuk.Rambut panjangnya dia biarkan tergerai lurus menutupi punggungnya yang sedikit terbuka. Dress yang dia gunakan memiliki model yang agak rendah di bagian dada, itulah sebabnya Mitha mengakalinya dengan sebuah cardigan cantik berwarna hitam.Belum lama, dia baru mendapat sebuah pesan dari sang suami yang mengatakan bahwa kini Handaru sedang berada di perjalanan untuk menjemputnya.Mitha duduk dengan gelisah di sofa ruang tamu menunggu kedatangan Handaru. Sesekali dia melirik ke arah jam dinding berharap waktu berputar lebih cepat.Hatinya sudah benar-benar tidak sabar untuk melewati malam ini.Malam, yang pastinya akan menjadi malam yang paling romantis dan menyenangkan yang akan dirinya lalui bersama Handaru.Suara pintu yang dibuka dengan keras cukup mengejutkan Mitha yang sontak me
Angel tersenyum puas saat kini Handaru berhasil kembali ke dalam pelukannya. Malam itu, Angel menyambut kedatangan Handaru dengan penuh sukacita setelah rencana kedua yang dia lakukan berjalan lancar, yakni mengirimkan video yang dia curi dari ponsel seorang lelaki bernama Bagas pada waktu di mana dirinya menghabiskan malam bersama dengan Bagas. Lelaki bodoh itu bahkan sangat mudah Angel kelabui. Nyatanya, semudah ini mengacaukan hati Handaru. Seperti seekor kerbau yang dicucuk hidungnya, dalam pelukan Angel, malam itu Handaru seakan lupa dengan apa yang telah dia lakukan terhadap istrinya. Lelaki itu melampiaskan kemarahannya dengan cara memuaskan hasratnya bersama Angel. Bahkan getar ponsel yang terus berdering dari rumah sakit tak juga dihiraukannya. Handaru larut dalam ego pribadinya sebagai seorang lelaki dan seorang suami. Hingga pagi menjelang, lelaki itu ters
Kedatangan pihak keluarga Mitha ke London membuat posisi Handaru kian sulit.Lelaki itu dicecar begitu banyak pertanyaan yang membuatnya pusing hingga berbohong lah satu-satunya jalan keluar yang mampu ditempuh Handaru saat ini.Sebenarnya bisa saja Handaru mengatakan hal yang sebenarnya terjadi pada keluarga Mitha. Mengenai Mitha yang hamil anak lelaki lain, mengenai video itu dan mengenai semua kebohongan yang Mitha lakukan terhadapnya, namun saat itu Handaru sadar bahwa dia belum siap untuk kehilangan Mitha. Jika dia melakukan itu semua, lalu keluarga Mitha tahu bahwa dia telah memperlakukan Mitha dengan keji selama ini, tak menutup kemungkinan keluarga Mitha pasti meminta Handaru untuk menceraikan Mitha saja.Tidak, Handaru tidak mau kehilangan Mitha.Itulah sebabnya, dia terpaksa berbohong dengan merekayasa kejadian malam tadi dengan dalih Mitha terjatuh di dalam kamar mandi hingga mengalami pendarahan.Dua jam sebelum kedatangan pihak keluarg
"Mitha..." Handaru hendak kembali bicara saat tiba-tiba suara Mitha dengan cepat memotong kalimatnya."Kita bercerai saja, Mas! Aku lelah..." Ucap Mitha disertai satu titik air matanya yang terjatuh.Handaru terdiam dalam duduknya. Sama sekali tak bergerak karena terlalu kaget dengan apa yang baru saja diucapkan Mitha. Bahkan untuk menelan salivanya sendiri saja Handaru merasa kesulitan."Bukankah itu yang kau inginkan sejak dulu Mas?" Ucap Mitha lagi dengan nada suara yang terdengar begitu pedih. "Maafkan aku jika kenyataannya, aku memang bukan wanita yang pantas untuk menjadi pendamping seorang Handaru Pratama. Aku hanya seorang wanita hina yang kotor. Aku bahkan sudah pasrah Mas. Aku sudah pasrah jika memang kau berniat untuk membongkar aibku di hadapan keluargaku, itu hakmu..." Kepala Mitha tertunduk menahan sesak di dadanya yang membuat dirinya kesulitan bernapas. Berulang kali Mitha menghela napas panjang untuk seked
Mobil yang dikendarai Handaru baru saja terparkir di pelataran parkir Bandara Internasional Heathrow, London.Handaru sangat senang saat kemarin dirinya mendapat kabar dari Tuan Xander bahwa hari ini anak Tuan Xander yang bernama Arsen itu akan tiba di London. Kedatangan Arsen memang sangat ditunggu-tunggu oleh Handaru yang begitu berharap project kerjasama perusahaannya berjalan lancar dan sukses.Memiliki partner Bisnis sekelas Tuan Xander menjadi kebanggaan tersendiri bagi Handaru yang bisa dibilang masih pemula sebagai seorang Bisnisman. Itulah kenapa dia harus benar-benar menyambut kedatangan anak Tuan Xander yang akan menjadi rekan bisnisnya itu di London dengan sebaik-baiknya.Bahkan jika memang perlu, Handaru akan dengan sangat senang hati mempersilahkan Arsen untuk tinggal bersamanya ketimbang lelaki itu harus menyewa penginapan.Handaru masih terus bercakap dengan Arsen melalui telepon ketika dir