Mitha tergugu di dalam kamar mandi.
Pipinya sudah basah oleh air mata.
Entah apa lagi yang kini takdir rencanakan untuknya hingga harus kembali mempertemukan dirinya dengan lelaki yang telah memperkosanya?
Lelaki yang begitu dia benci.
Lelaki yang bahkan tak ingin Mitha temui lagi seumur hidupnya.
Kenyataan bahwa lelaki bernama Arsen yang kini menjadi tamu kehormatan Handaru ternyata adalah lelaki yang sama dengan lelaki brengsek yang telah memporak-porankan hidupnya, cukup membuat Mitha frustasi.
Meski dia berhasil terlihat tegar saat harus berhadapan dengan lelaki itu tadi, namun sejatinya Mitha sangat shock hingga membuatnya kini tak mampu melakukan apapun selain berdiam diri di dalam kamar mandi dan menangis.
Bagaimana mungkin Mitha harus hidup satu atap dengan lelaki itu?
Bagaimana dia bisa melewati hari-harinya kelak?
Suasana makan malam kali ini terasa sedikit mencekam.Keheningan antara tiga manusia di meja makan itu menyisakan suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar sesekali.Setelah insiden tidak menyenangkan yang terjadi antara Handaru dan Arsen di teras belakang tadi sore, membuat Handaru menjadi malas untuk memulai percakapan lebih dulu dengan Arsen.Handaru hampir saja kehilangan kendali dirinya ketika Arsen yang tetiba mengatakan pada Handaru bahwa dia ingin memperistri Mitha. Gilanya lagi, Lelaki jangkung berkulit putih itu meminta Handaru untuk menceraikan Mitha.Meski Handaru tahu apa yang diucapkan Arsen hanyalah omong kosong belaka, sekedar lelucon yang sebenarnya garing untuk ditertawakan, namun tetap saja hal itu membuat perasaannya kian kacau. Handaru merasa Arsen terlalu menganggap rendah dirinya dan berpikir apa yang kini menjadi miliknya bisa saja dimiliki oleh lelaki itu suatu hari nanti.
"Jadi, benar dugaanku, bahwa kemesraan yang kalian tunjukkan di hadapanku saat ini hanyalah sandiwara?" Ucap Arsen dengan senyuman lebar meski senyuman itu tak terlihat akibat pencahayaan di dalam kamar yang redup temaram.Mitha membelalakkan mata dan langsung bangkit dari tidurnya.Betapa terkejutnya dia saat mendapati kenyataan bahwa lelaki yang kini ada bersamanya di dalam kamar itu bukanlah Handaru, melainkan Arsen!Lelaki brengsek yang telah menodainya!"Keluar dari kamar ini!" Usir Mitha yang saat itu sudah dalam posisi berdiri. Telunjuknya lurus tertuju ke arah pintu kamar.Arsen menoleh, menatap wajah Mitha dalam siluet remang-remang.Dia masih saja bergeming dan duduk santai di sisi ranjang sambil menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang yang terbuat dari bahan kayu sementara kedua kakinya dia selonjorkan di atas ranjang empuk itu."Tenang saja,
Pagi yang cerah di awal musim semi.Mitha dengan gayanya yang manis berjalan menuju taman kota sambil mendorong stroller bayi.Perasaannya kali ini sungguh tak mampu dia gambarkan.Semalaman tadi Mitha bahkan terus terjaga untuk memikirkan apa yang harus dia putuskan hari ini.Hingga pada akhirnya, Mitha pun terpaksa meminta pendapat Eren.*"Tenang dulu Mitha. Aku bisa jelaskan sedikit tentang latar belakang lelaki bernama Arsenio itu. Aku sudah mencari tahu meski belum mendapat banyak informasi. Arsen adalah anak dari salah satu pengusaha terkaya di Indonesia. Pemilik Malik Grup. Tuan Alexander Gavin Malik. Lelaki itu mantan Tentara. Dia mengundurkan diri dari dunia militer setelah mengalami kelumpuhan pada kakinya karena luka tembak. Selama ini dia menjalani kemotherapy di Rumah sakit Pusat Jakarta dan dokter yang menangani Arsen kebetulan adalah s
"Video itu sampai ke Handaru?" Tanya Arsen memastikan."YA! DAN KARENA VIDEO ITULAH, HANDARU HAMPIR SAJA MEMBUNUHKU! MEMBUNUH JANIN YANG ADA DI DALAM RAHIMKU!" Tegas Mitha dengan tatapan nanar sarat kepedihan.Arsen terdiam.Pikirannya yang terbagi membuat lelaki itu tak mampu menentukan sikap atas apa yang di dengarnya dari pengakuan Mitha. Hingga akhirnya, Mitha pun memilih untuk kembali melanjutkan langkahnya.Kepedihan hatinya membuat Mitha tak kuasa untuk tetap bertahan di hadapan Arsen.Wanita itu berjalan cukup cepat sambil mendorong stroller bayinya.Saat Mitha hampir keluar dari taman tersebut, Arsen tiba-tiba kembali muncul di hadapannya. Lelaki itu menghadang langkah Mitha dan menahan pergelangan tangan Mitha cukup kuat."Lepaskan aku!" Mitha berusaha melepaskan diri dari cekalan tangan Arsen hingga sesuatu terjadi.Tanpa
Selepas dinas ke luar kota selama beberapa minggu, berkutat dengan tugas berat di daerah konflik di Aceh, kini Bagas bisa kembali merasakan empuknya ranjang tempat tidur.Guling, bantal dan selimut itu berantakan setelah malam tadi dirinya mengajak salah satu teman wanitanya berkencan di kamar kost.Kost-kostan yang di huni Bagas memang bebas. Tak banyak aturan dan para penghuninya kebanyakan sibuk dengan kegiatan masing-masing, jarang bersosialisasi, hanya sekadar tegur sapa sekenanya saja bila berpapasan di jalan.Lingkungan individualis daerah perkotaan yang membuat Bagas merasa nyaman tinggal di kost-kostan itu.Bagas baru selesai mandi. Hari ini dia libur bekerja dan ingin menikmati harinya bersama kawan-kawan seprofesinya, seperti biasa.Dering ponsel yang berbunyi membuat aktifitas Bagas yang sedang berpakaian terhenti. Lelaki itu menunda untuk mengambil kaus. Dia berjalan menuju ra
Kediaman Handaru di London kini dipenuhi oleh warga dan polisi setempat yang sibuk membekuk para perampok yang keadaannya hampir tak sadarkan diri semua.Komplotan itu memang sudah sering meresahkan warga sekitar dengan aksinya yang terkadang brutal. Dua tahun lalu, komplotan itu habis membantai satu keluarga saat merampok di salah satu kediaman mewah milik seorang aktris terkenal di London.Pihak polisi setempat cukup terkejut saat mendapati kawanan perampok itu sudah dalam keadaan Babak belur dan bersimbah darah meski tak sampai ada yang meninggal. Saat mereka mengkonfirmasi kejadian pada Tuan Arsen selaku orang yang telah berhasil menaklukkan para perampok itu, mereka pun memaklumi kejadian ini setelah mengetahui bahwa Arsen adalah seorang mantan Tentara.Justru atas kejadian ini, Pihak kepolisian London serta warga sekitar sangat berterima kasih atas kesuksesan Arsen yang telah berhasil menumbangkan mereka. Meski, setelahnya Arsen pun harus mendapat beberapa
Sesampainya di Indonesia, Handaru langsung menghubungi Angel.Keduanya bertemu di apartemen pribadi Angel."Aku tidak bisa lama-lama di sini, di kediamanku sekarang ada Arsen. Lelaki yang dulu pernah menyaingiku di sekolah, anak ingusan itu, apa kau mengingatnya?" Ucap Handaru saat Angel sedang membuat minuman untuknya.Angel mengaduk minumannya, keningnya menyatu berusaha mengingat tentang siapa Arsen. Namun, otaknya yang memang pikun jelas tidak mampu mengingat dengan baik siapa sebenarnya Arsen yang dimaksud oleh Handaru."Memangnya siapa Arsen?" Tanya Angel seraya menyuguhkan segelas es jeruk dingin pada Handaru.Keduanya duduk berdampingan di sofa depan TV."Adik kelas yang menggantikan posisiku di mading sekolah,"Mendengar kata mading sekolah, Angel pun langsung ingat. Itu kasus heboh di sekolah mereka dulu. Meski, bagi Angel pribadi kasus itu tidak menarik sama sekali karena dulu Angel terlalu tergila-gila dan sibuk dengan cin
Pagi ini cerah.Secerah hati Arsen.Meski sekujur tubuhnya nyeri, tapi hati Arsen tengah berbunga-bunga.Malam tadi, dia sukses membuat pipi Mitha merona saat membantunya mengganti pakaian.Padahal sebenarnya, tanpa bantuan Mitha pun Arsen bisa mengganti pakaiannya sendiri, hanya saja dia memang sengaja berpura-pura tidak bisa.Pagi itu Arsen sudah rapi dengan setelah kantor casualnya. Dia keluar dengan aroma tubuh yang menguar harum.Dilihatnya Mitha sedang sibuk menata makanan di meja, menyiapkan sarapan."Loh? Kau sudah bangun?" Mitha terkejut melihat Arsen yang saat itu sudah rapi. Dia menatap tak percaya ke arah Arsen dari mulai ujung kepala hingga ujung kaki.Sekelebat ingatan tentang bagaimana kewalahannya dia saat membantu lelaki itu mengganti pakaian malam tadi kembali merasuk ke dalam ingatannya."Ada apa? Apa ad