Share

6. ARTIKEL

Dalam upacara pembukaan pelatihan Glagaspur pagi ini Arsen mendapat kehormatan untuk memberikan penjelasan lebih mendalam tentang materi P5T yang merupakan bagian dari kehidupan dinas di militer sehingga setiap prajurit di haruskan untuk memahami dan melaksanakan setiap kegiatan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan kemiliteran.

Tidak hanya ditunjuk sebagai pemberi materi namun Arsen juga yang akan diberi tugas oleh sang Kapten untuk memimpin barisan dalam pelatihan kali ini.

Kemampuan Arsen yang memang lebih menonjol dibanding prajurit lain membuat dirinya selalu menjadi sasaran para pemimpin untuk dijadikan sebagai contoh dalam berbagai hal yang menyangkut tugas kedinasan di Militer.

Itulah sebabnya, kini jabatan Arsen sudah lebih tinggi dibanding jabatan para sahabat satu angkatannya.

Bahkan kabarnya, Arsen sudah mendapat panggilan khusus untuk melanjutkan pendidikan sebagai Perwira.

Sejak kecil, Arsen memang sudah bercita-cita menjadi seorang tentara.

Sebagaimana dia sudah berjanji di hadapan sang Ibunda tercinta untuk senantiasa menjaga sang Ibu dari para manusia jahat yang hendak menyakiti Ibunya.

Arsen sangat menyayangi Mischa, itulah sebabnya dia bertekad menjadi seorang tentara demi mewujudkan janjinya pada sang Ibu. Terlebih demi membuat Mischa bangga terhadapnya.

Meski pada awalnya, niatan Arsen ini ditentang sang Papah yang jelas menginginkan Arsen untuk membantunya mengurus perusahaan, namun Arsen tetaplah Arsen, seorang lelaki sejati dengan pendiriannya yang kuat. Yang bahkan tak sama sekali tertarik dengan gemerlapnya kekayaan serta kekuasaan yang dimiliki sang Papah.

Sebagai seorang laki-laki sejati, Arsen ingin berdiri sendiri di atas kakinya dan mencapai apa yang dia inginkan bahkan tanpa sedikit pun campur tangan sang Papah di dalamnya.

Itulah sebabnya, selepas lulus SMA, Arsen bersama komplotannya, Roni, Tio, Bagas dan Alvin, mencoba peruntungan dengan mengikuti tes masuk Secata atau Sekolah Calon Tamtama. Padahal, seandainya saja Arsen mau memakai nama besar sang Ayah, dia bisa langsung mengikuti tes masuk di Akademi Militer agar bisa langsung menjadi seorang Perwira.

Bagi Arsen, merintis sesuatu dari mulai hal terkecil rasanya akan lebih menantang dan menyenangkan.

Banyak sekali hal-hal baru yang Arsen pelajari selagi dirinya mengarungi tugas sebagai seorang prajurit militer. Menjadi seorang angkatan perang yang disiapkan untuk menjaga kedaulatan Negara baik dari gerakan teror, pemberontakan yang terjadi di dalam Negara maupun potensi serangan dari luar. Maka dari itu, untuk jadi tentara selain harus punya fisik yang kuat juga harus cerdas, berani, disiplin, dan tangkas. Mengawali tugas besar tersebut, tentara dituntut agar mengikuti pelatihan militer untuk membangun berbagai keahlian khusus, seperti teknik bertempur, kemiliteran, pengetahuan persenjataan, pengetahuan intelijen, dan lain sebagainya.

"Minum dulu lah Pak Sersan, tutup dulu bukunya," ucap Bagas yang menghampiri Arsen yang sedang asik membaca buku di pinggir lapangan usai pelatihan selesai. Bagas memberikan sebuah minuman kaleng dingin pada sahabat sekaligus pimpinannya itu.

Mereka duduk berdampingan di sudut lapangan di bawah pohon rindang yang teduh.

Cuaca hari ini tidak terlalu terik, bahkan ramalan cuaca mengatakan bahwa sore ini kota Jakarta akan dilanda hujan yang cukup deras.

Arsen menenggak minumannya. Tatapannya menerawang nun jauh ke depan.

Sebenarnya, Arsen tidak benar-benar sedang membaca buku di pangkuannya sejak tadi, namun pikirannya penuh pada sosok wanita bernama Paramitha yang terus saja mengganggu ketentraman hidupnya sejauh ini.

Hal ini bahkan sudah berlangsung hampir tiga Minggu belakangan sejak kejadian di hotel malam itu.

Saat Arsen merelakan keperjakaannya akibat kekonyolan para sahabatnya sendiri.

Entah apa yang membuat hati seorang Arsenio Malik Akbar begitu sulit melupakan sosok itu.

Semakin Arsen berusaha untuk melupakan Paramitha, semakin besar pula perasaan bersalah yang dia rasakan. Padahal, Arsen sendiri tidak yakin akan hal itu. Yakni tentang status keperawanan wanita itu.

Agnes sendiri yang mengatakan bahwa Mitha adalah pelacur terbaik di Club malam itu, jadi mustahil jika seorang pelacur kelas atas macam Mitha masih perawan?

Tidak-tidak!

Ini tidak benar!

Arsen menggelengkan kepalanya. Berusaha mengembalikan kewarasannya. Meyakinkan diri bahwa apa yang dia pikirkan hanyalah omong kosong. Tidak penting!

Untuk apa juga dia terus larut memikirkan seorang pelacur?

Bangun!

Bangun Arsen!

Arsen terus meracau dalam hati.

Sampai akhirnya teriakan Tio yang berlari ke arah Mereka dari arah lapangan membuyarkan lamunan Arsen.

Lelaki berseragam tentara itu berlari sambil membawa sebuah tabloid di tangannya.

Dengan napas tersengal, Tio akhirnya berdiri di hadapan Arsen dan Bagas.

"Ada apa Yo?" Tanya Arsen cepat.

"Ini... Coba lihat ini..." Kata Tio sambil menunjuk ke salah satu halaman di dalam tabloid yang memperlihatkan sebuah artikel.

Arsen mengambil alih tabloid di tangan Tio dan membaca isi artikel tersebut.

"HANDARU PRATAMA PENGUSAHA SUKSES ASAL MINANG, AKHIRNYA UNGKAP SIAPA CALON ISTRINYA KE MEDIA"

"Perempuan inikan..." Ucap Bagas dengan mata melotot menatap foto seorang perempuan cantik di artikel itu.

"Ya, dia Paramitha! Pelacur yang sudah ditiduri waktu itu oleh Pak Sersan!" Sambung Tio cepat.

Arsen masih terdiam. Matanya masih menelusuri artikel tersebut dan membacanya dengan seksama.

"Mana mungkin pelacur macam dia bisa menikah dengan lelaki sekelas Handaru?" Ucap Bagas disertai gelengan kepala.

Siapa yang tidak kenal Handaru?

Mantan ketua OSIS sekaligus Kakak kelas mereka di SMA dulu.

Seorang lelaki dengan perangainya yang dikenal baik, santun dan sangat pintar dalam berbagai hal. Keluarga Handaru sendiri berasal dari keluarga baik-baik, terhormat dan sangat kaya raya.

Saat itu, Arsen masih diam.

"Bukan itu poin pentingnya sekarang Gas!" Potong Tio cepat.

"Maksudmu?" Tanya Bagas tak mengerti.

"Masalahnya, Paramitha itu adalah keponakan Kapten Drajat! Pemimpin kita!"

Deg!

Sontak, kedua bola mata Bagas melotot saking tak percaya.

"Haduh, bisa mati kita semua kalau Kapten Drajat sampai tau kegilaan kita pada Mitha waktu itu!" Keluh Tio ketakutan. Pasalnya, Tio sudah pernah mengalami bagaimana tersiksanya dia sewaktu mendapat hukuman oleh Kapten Drajat gegara berlari bugil di tengah lapangan malam-malam.

"Kau sudah hapus video itukan Gas?" Tanya Tio lagi.

"Video apa?"

"Video Arsen dan Mitha yang waktu itu kau rekam dengan ponselmu, bodoh!" Maki Tio frustasi.

Bagas buru-buru merogoh saku celana dinasnya dan mengambil ponselnya.

Ternyata dia belum menghapus video itu.

Buru-buru, Bagas menghapusnya.

Kini tatapan kedua lelaki itu tertuju pada Arsen.

Dan seperti biasa, tak ada ekspresi kecemasan atau keterkejutan berlebih yang tampak dari raut wajah Arsen saat itu.

Tentara berpangkat Sersan itu bahkan dengan santainya menutup tabloid yang diberikan Tio lalu kembali meneguk minuman kalengnya hingga habis tak bersisa.

Hingga setelahnya, Arsen pergi begitu saja tanpa berkata apa pun.

Meninggalkan Bagas dan Tio yang hanya bisa melongo menatap kepergian pemimpinnya tersebut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status