Share

5. IN THE MORNING

Pagi itu Mitha pulang naik taksi.

Sesampainya di rumah, kepulangan Mitha disambut kepanikan oleh kedua orang tuanya dan Tante Rina.

Seketika mereka mencecar Mitha dengan berbagai pertanyaan setelah Tante Rina melaporkan bahwa Mitha tiba-tiba saja menghilang malam tadi.

"Kamu dari mana saja Mitha? Kenapa tiba-tiba menghilang semalam? Tante hubungi juga tidak diangkat, ada apa?" Tanya Tante Rina.

"Mitha, kamu baik-baik saja Nak?" Tanya Nyonya Frida, Ibunda Mitha. Wajah wanita paruh baya itu tampak khawatir.

Sementara sang Ayah, Arya, terlihat diam dengan tatapan sarat amarah. "Pergi dengan siapa kamu semalaman tadi?" Tanya sang Ayah dengan suara sinis.

Entah pertanyaan siapa yang harus Mitha jawab lebih dulu, Mitha sendiri bingung. Terlebih apa jawaban yang harus dia berikan pada keluarganya, Mitha benar-benar tidak tahu. Mitha sadar betul bahwa dirinya tak pandai berbohong.

Namun menceritakan tentang apa yang sudah dialaminya semalam pada semua orang di dalam rumah ini, jelas itu menjadi hal yang tidak akan mungkin Mitha lakukan.

Ini aib!

Dan Mitha tak ingin ketentraman kehidupan keluarganya terganggu akibat berita menjijikan ini.

Biarlah Mitha yang menanggung semua ini sendirian.

"Hm, Mitha semalam pergi dengan Handaru, Ayah, Ibu, Tante Rina. Maaf ya sudah membuat kalian khawatir?" Elak Mitha pada akhirnya setelah dia bersusah payah memutar otak untuk mencari alasan.

Semoga saja alasan ini tepat.

Wajah Frida langsung menunjukkan kelegaan mendengar jawaban Mitha. Sementara Arya masih terus menunjukkan ekspresi datar sarat kecurigaan.

Lain halnya dengan Tante Rina yang memang langsung mempercayai perkataan Mitha.

"Pantas, semalam Tante hubungi Handaru untuk menanyakan soal dirimu, tapi lelaki itu tidak menjawabnya! Pasti itu semua ulahmu kan karena tidak mau diganggu?" Goda Tante Rina dibarengi kerlingan genit kedua bola matanya.

Mitha tertawa hambar. "I-iya Tante, maaf..."

"Kalau memang kamu pergi dengan Handaru, lalu kenapa Handaru tidak mengantarmu pulang? Ibu benar-benar cemas sampai terus mendesak ayahnu supaya lapor polisi," cerita Frida yang membuat posisi Mitha semakin sulit.

"Ibu tenang saja. Mitha baik-baik saja Ibu. Masalah Mas Daru, ng- Mas... Mas Handaru mendadak ada urusan penting makanya tidak bisa mampir ke sini Bu," lagi dan lagi Mitha harus berbohong. "Ya sudah, Mitha ke atas dulu ya, Bu, Tante, Ayah..." Ucap Mitha berusaha menghindar. Mitha langsung memalingkan wajah saat tatapannya bertubrukan dengan Arya, sang Ayah.

Mitha tahu betul, Ayahnya itu bukan lelaki bodoh yang mudah untuk dibohongi.

Jika Mitha tidak segera pergi, Ayahnya pasti akan bertanya hal-hal yang pastinya akan semakin membuat Mitha tersudut.

Mitha sudah melangkah hendak menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai dua ketika suara Arya kembali tertangkap Indra pendengarannya.

"Handaru itu lelaki baik-baik, tidak mungkin dia mengajak seorang wanita yang belum menjadi istri sahnya semalaman suntuk bahkan tanpa meminta izin pada Ayah dan Ibu,"

Mitha menghentikan langkahnya.

Perasaannya sungguh tidak karuan.

Bagaimana dia harus menghadapi Ayahnya saat ini?

Ya Allah, bantu Mitha!

Bisik Mitha dalam hati.

Kelopak mata wanita bergaun putih itu sudah berkaca-kaca. Mitha benar-benar takut pada Ayahnya.

Terlebih, khawatir akan kondisi kesehatan sang Ayah yang memang sudah mengidap penyakit jantung sejak lama.

Mitha menoleh, menatap sang Ayah dengan tatapan hangat. "Ayah, Mas Handaru semalam hanya mengajak Mitha jalan-jalan saja. Semuanya serba dadakan. Lagipula, Ayah dan Ibu sendiri yang bilang kalau malam tadi kalian mengizinkan Mitha untuk menikmati kehidupan yang selama ini tak pernah Mitha rasakan. Lalu apa salahnya jika Mitha pergi dengan calon suami Mitha sendiri? Ayah jelas mengenal aku dengan baik. Sama seperti halnya Ayah mengenal Mas Handaru. Tolong percaya pada Mitha. Apa selama ini Mitha pernah membohongi Ayah? Tidakkan?" Jelas Mitha panjang lebar.

Kekakuan di wajah Arya perlahan memudar. Lelaki itu tak lagi berkomentar melainkan pergi begitu saja.

Mitha mengesah lega dan kembali melangkah menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamarnya.

Di dalam kamar, Mitha melepas high heelsnya, melempar tas ke sofa. Tubuhnya jatuh terduduk di sisi ranjang tempat tidurnya.

Cukup lama Mitha termenung di sana.

Kembali memikirkan tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya tadi malam?

Siapa lelaki itu?

Hingga saatnya, Mitha mulai bisa mengingat sedikit demi sedikit tentang apa yang telah dia alami malam tadi, meski hanya sebagian kecil.

Seingat Mitha, sesampainya dia di Club malam, dirinya sempat mengobrol dengan Eren, Tante Rina dan kawan-kawannya yang lain, yang ikut merayakan hari perayaan Pesta Bridal Showernya di meja bar.

Tak lama kemudian Tante Rina, Eren dan yang lain pergi untuk berjoget ria di lantai dansa, meninggalkannya sendirian di meja bar.

Mitha merasa haus hingga memesan minuman non alkohol pada bartender di Club malam itu.

Tak sampai satu menit pesanannya datang dan Mitha menenggak minumannya itu hingga tandas.

Lalu...

Lalu...

Lalu setelahnya Mitha tak mengingat apa pun lagi.

Kecuali...

Astaga!

Tubuh Mitha tiba-tiba bergidik.

Kaki dan tangannya mendadak gemetaran.

Sekelebat ingatan hadir begitu saja dalam benaknya. Seperti siluet-siluet hitam dengan puzzle yang tak lengkap dan terpotong-potong.

Mitha bisa mendengar gelegak tawa beberapa pria secara bersamaan.

Saat dirinya diletakkan di tempat tidur.

Saat seseorang membuka helai demi helai pakaian yang menempel di tubuhnya.

Saat seseorang mulai mencium bibirnya, lehernya, punggung, dada, perut dan...

Mitha menggeleng.

Dia meremas kepalanya yang mendadak pening.

Air mata kembali meleleh di pipinya.

Mitha meraba tubuhnya.

Tubuhnya yang kotor!

Tanpa melepas gaun yang dia kenakan, Mitha berlari ke arah kamar mandi dan menyalakan kran shower hingga air pancuran shower itu membasahi seluruh tubuhnya.

Perlahan tubuh ringkihnya merosot dan terduduk meringkuk di lantai kamar mandi.

Tangisannya semakin menjadi-jadi.

Entah kenapa, semakin Mitha ingin melupakan kejadian tadi malam, justru ingatan itu semakin nyata merasuk dengan jelas dalam benaknya.

Dan hebatnya, apa yang diingatnya itu justru hal menjijikan dan sangat memalukan.

Mitha terus saja mengingat apa-apa yang tengah terjadi malam tadi di saat tubuhnya dijamah oleh lelaki brengsek itu.

Saat bibirnya saling memagut, saling memeluk dan saling menyesap. Saat tubuhnya menjadi bahan eksplorasi lidah dan tangan liar lelaki itu. Saat di mana mahkotanya direnggut secara paksa.

Bahkan tanpa permisi!

Mitha sendiri bingung kenapa dirinya seolah menikmati perlakuan lelaki itu dan bukannya melawan? Apa yang sudah terjadi pada dirinya? Kenapa dia bisa begitu bodoh?

Dengan perasaan penuh jijik Mitha membasuh seluruh tubuhnya dengan tangan. Tubuhnya yang sudah ternoda.

Lagi dan lagi, Mitha hanya bisa menangis, menangis dan menangis.

Jika saja dia tidak mengingat pesan dokter di rumah sakit yang mengatakan untuk tidak memberitahukan apa pun kabar buruk yang bisa membuat penyakit jantung ayahnya kumat, ingin rasanya Mitha melaporkan aksi biadab lelaki itu ke pihak berwajib detik ini juga. Sayangnya, jika dia melakukan hal itu, bukan hanya nyawa ayahnya yang akan terancam bahaya, namun nasib pernikahannya dengan Handaru pun pasti terancam batal.

Mitha benar-benar buntu.

Hingga akhirnya, dia hanya bisa menelepon Eren, sang sahabat untuk menceritakan tentang apa yang tengah dia alami tadi malam.

Sungguh, kenyataannya, Mitha tak sanggup menahan beban ini sendirian.

*****

Seorang lelaki bertubuh kekar dengan kulitnya yang putih bersih tampak terbangun dari tidurnya di dalam kamar hotel mewah tempat dirinya menginap.

Lelaki itu terkejut saat mendapati ranjang di sisinya kosong.

Kemana wanita itu?

Tanyanya dalam hati.

Disingkapnya selimut, dia hendak mandi saat tiba-tiba tatapannya tertuju pada bercak darah di atas seprai berwarna putih itu.

Arsen tertegun.

Setelah berhasil mengenakan celana pendeknya, dia terduduk di sisi ranjang dan mencoba mengingat kembali malam panas yang terjadi antara dirinya dengan seorang pelacur bernama Paramitha itu.

*

Menjadi sebuah pengalaman terbaik sepanjang hidupnya sebagai seorang lelaki sejati saat Arsen dihadapkan pada sebuah tantangan nyeleneh dari para sahabat konyolnya sesama Tentara.

Melepas keperjakaan dengan seorang pelacur.

Beruntungnya Arsen saat takdir justru mempertemukan dia dengan salah satu pelacur bernama Paramitha yang sukses membuatnya tak mampu berpaling.

Dengan semangat menggebu Arsen melakukan apa yang seharusnya dia lakukan terhadap Mitha setelah masalah pembayaran beres.

Aroma tubuh Mitha benar-benar menyempurnakan segalanya. Arsen sungguh dimabuk kepayang oleh pesona Mitha serta kepiawaian Mitha dalam merespon apa yang dia lakukan.

Siapa sangka jika sudah di atas ranjang, Mitha benar-benar memperlihatkan sosok aslinya sebagai seorang wanita pemuas nafsu.

Wanita itu sangat liar membuat Arsen kewalahan.

Hanya saja satu hal yang justru menjadi sebuah pertanyaan besar dalam benak Arsen setelahnya adalah, saat detik-detik di mana Arsen hendak menuntaskan permainan panasnya dengan Mitha, lelaki itu justru mendapati bahwa Mitha masih virgin alias perawan.

Hal itu terbukti karena Arsen yang begitu sulit menembus milik Mitha. Hingga setelahnya aksi Arsen berhasil juga.

Meski ini baru pertama kalinya Arsen berhubungan badan dengan seorang wanita, namun dia tahu perbedaan wanita yang masih virgin dengan yang tidak.

Dan yang jadi pertanyaan saat ini adalah...

Jika memang Paramitha adalah seorang PSK, lantas mana mungkin pelacur itu masih perawan?

Ini jelas hal aneh bukan?

Pikir Arsen dalam hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status