Ada ada saja!
Joe berjalan sambil memegangi lengannya yang terluka. Penampilannya sangat berantakan sekali.
Sepertinya aku harus mengganti bajuku, pikir Joe. Karena itu dia mengarahkan kakinya melangkah ke outlet baju yang berjejer di pinggir jalan. Tidak mungkin dalam keadaan lusuh begini masuk ke dalam mall, bukan.
Hanya beberapa lembar kaos biasa yang dia beli untuk dia kenakan sementara menggantikan pakaiannya yang sobek. Sekaligus dia membeli perban dan obat luka cair untuk mengobati lengannya.
"Hei Joe! Sedang apa kau di jalanan seperti ini!"
Suara lantang yang berbicara dengan nada kasar seperti itu adalah Mona. Dia sepupu Jilly yang sangat tidak suka dengan Joe. Sebenarnya tidak juga. Mona hanya iri pada Jilly lantaran lebih mengungguli mendapatkan cowok tampan ala model eropa. Namun, begitu Joe masuk ke dalam penjara, Mona seketika saja ilang feeling pada Joe. Justru dia memilih mencari selingkuhan lain untuk
Siapa pemilik mobil ini? Tentunya dia sangat kaya sekali. Andai saja aku mengenalnya, sudah pasti akan aku pepet terus orang ini untuk menjadi investor di perusahaanku yang nyaris bangkrut. Tidak lepas bola mata Enriko menatap kagum pada sedan mewah yang hanya bisa dalam angan angannya saja dia miliki.Kebetulan di pintu masuk sana, Joe baru saja datang. Seorang marketing perempuan berpakaian seksi dengan gincu merah tebal serta rambut panjang terurai, menyambutnya dengan tatapan menghina."Maaf, kami tidak menerima pengemis di sini," ujarnya tajam. Begitu saja dia menilai Joe dari penampilannya."Apa aku kelihatan seperti ingin meminta sesuatu padamu?" Joe membalasnya santai.Wanita itu menyeringai, sinis. Sungguh sangat tidak sopan kelakuannya sebagai pegawai yang ditugaskan untuk menyambut pelanggan yang seharusnya dituntut ramah penuh dengan senyum, namun dia bersikap begitu sinis dan angkuh pada Joe."Maaf, kau ma
Semua mata memandangi Joe secara kompak dengan tatapan merendahkan, terkecuali Elsa yang begitu tajam mengintimidasi Joe. Dia sudah sangat jengkel sekali karena Joe sudah mengganggu dirinya yang seharusnya bisa bersantai sejenak sebelum bos datang. Saat yang bersamaan, seorang pria bertuxedo baru saja memasuki showroom. Bola mata Elsa begitu cepat berputar lalu menitik pada ikan kakap itu. "Tuan Ramos, selamat datang," sapanya dengan senyum ramah. Berbeda sekali pada saat dia menyambut Joe. Hanya saja pemuda berambut klimis itu sebatas menyungging senyum tipis menyahuti wanita seksi yang namun bukan seleranya. Elsa berpikir, kalau laki laki yang menjadi pelanggan sekaligus incarannya itulah pemilik Bugati Veyron yang ada di pit khusus. Secara Ramos pemilik sebuah perusahaan besar di negeri ini. "Tuan Rian sudah memberi tahuku kalau ada orang penting yang akan mengambil mobil mewah miliknya. Tentu itu adalah anda, bukan, tuan," ujar E
Gembel dari mana sampai nyasar ke sini? ungkap Rian. Hanya saja sebagai pimpinan dia masih menjaga wibawanya. Rian tidak mau membuat harga dirinya jatuh lantaran menghujat orang sembarangan. Kemudian, Rian mengambil selembar uang dari sakunya lalu memberikannya pada Joe. "Ini untukmu. Silakan pergi dari sini," katanya, dengan nada sopan. Agak melecehkan, namun nampaknya itu lebih baik untuknya dari pada di sini menjadi bulan bulanan pegawainya, pikir Rian. Tentu saja membuat Enriko dan Mona tergelak puas. "Maaf, aku tidak mengemis." Sambil mengatakan ini, Joe mengembalikan uang itu ke tangan Rian. Sungguh, membuat Rian kaget sekaligus bingung. Baru kali ini dia mendapati pengemis yang menolak uang dua puluh dollar. Sudah gila dia rupanya! "Lalu, apa maumu?" Rian menatap Joe penasaran. "Aku ke sini ingin mengambil mobilku," ujar Joe dengan penekanan. "Orang ini sudah gila, tuan. Lihat saja penampilannya. Mana mungkin orang sepertinya mampu membeli mob
Nyaris lepas bola mata Elsa dan semua orang di sini mendapatkan laki laki yang dikira gembel, justru dia yang memegang kunci Bugati Veyron edisi khusus yang hanya bisa diimpi impikan banyak orang. Dengan santainya, Joe mendatangi Guin yang sudah pucat wajahnya dengan tubuh gemetar. Guin sudah membayangkan masalah besar di depan mata. "Heuffss! Hanya kerusakan kecil. Biar nanti aku perbaiki," ujar Joe santai sambil memperhatikan spion mobilnya yang patah. Sementara Enrico dan Mona menelan ludah sambil melongo. "Tidak mungkin!" Gumam Enrico. Semua terdiam saking kaget luar biasa. Beribu ribu pertanyaan menari nari di benak mereka. "Jadi ... anda ... " Rian sendiri sampai tidak sanggup mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya. "Sudah aku katakan, kalau aku ke sini untuk mengambil mobilku," ucap Joe agak menekankan sedikit nada suaranya, namun tanpa menoleh wajah pimpinan showroom ini. Rian seperti tidak berarti apa apa dihadapan Joe. "Tidak mungki
Saat yang bersamaan, di kala semua orang tegang menunggu apa yang terjadi kemudian, mesin pun meraung setelah suara yang terprogram di komputer pada mobil ini menyambut si pemilik kendaraan, "welcome Joe Hans. Where we go now?" Semua orang yang ada di sini dapat mendengarnya. Tercenganglah mereka semakin kaget sejadi jadinya. Terutama Rian, sebagai pimpinan di showroom ini sangat tahu betul akses itu tidak mungkin berhasil kalau bukan pemiliknya sendiri yang melakukan. Dia pun menelan ludah diam diam sambil melongo kaget. Seketika saja, Rian meminta maaf pada Joe karena sudah salah paham. "Saya atas nama showroom union meminta maaf karena sudah menganggap anda yang bukan bukan," ucapnya menyesali sambil memberikan penghormatan pada Joe. "Ck ck! Selalu saja begini," sahut Joe dingin sambil menyeringai sinis. Akibatnya, Rian pun jadi keki diketusin Joe begitu saja. Orang yang paling disegani tidak ada harga dirinya di hadapan Joe. Sampai Mona dan Enriko pun gigi ja
WUISH! "Ganteng banget." Sampai memutar bola mata dari gadis gadis cantik, berbinar, pada saat Joe menepikan kendaraanya di area parkir. Bahkan ada yang tergesa gesa menyelesaikan polesan lipstik di bibir begitu melihat sedan mewah yang ditunggangi supir super tampan berhenti di dekatnya.Beberapa dari mereka sibuk mengambil momen ini untuk keperluan konten sosmed. Hanya sayangnya, mereka tidak bisa mengambil wajah Joe dari depan. Cuma punggung belakang Joe saja yang nampak lantaran posisi yang membelakangi. Tapi paling tidak gadis gadis itu sudah banyak mengambil gambar sedan mewah yang hanya bisa mereka lihat dalam channel otomotif saja."Mimpimu ketinggian," sahut rekannya, sambil menoyor kepala temannya yang mengatakan itu. "Woy! Iri aja!" Balasnya, ngegas. Joe baru saja menginjakan kaki di kedai susu. Sebelumnya dia sudah membeli sepatu dan kemeja di mall terdekat. Joe tidak mau bermasalah lagi dengan petugas karena disangka pengemis lalu akibatnya dia akan dilarang masuk. Du
Ruanganya cukup kecil dan penerangannya pun sangat minim. Dugaan Joe ini tempat pembuangan barang barang tidak terpakai. Setelah memastikan kalau situasi aman, barulah pria itu mengatakan, "orang yang tuan tanyakan itu sudah mati." Sungguh kaget Joe mendengarnya. Namun dia masih penasaran kenapa semua orang takut karena menyebut namanya. "Jason dibunuh oleh mafia yang kejam, tuan. Dan pria yang membunuhnya berpesan akan melenyapkan semua orang yang berurusan dengan Jason," lanjutnya. Di titik ini Joe mengerti kenapa semua orang takut menyebut namanya. Khawatir kalau mereka pun jadi korban. Joe membuang pandangannya sedikit ke arah lain. Jadi Jason sudah mati. Padahal dia satu satunya orang yang mengetahui siapa pembunuh Nadira kata pimpinan. Atau pembunuh Jason juga ada hubungannya dengan kematian Nadira? Batin Joe. "Siapa yang membunuh Jason?" Tanya Joe. "Mereka dikenal dengan kelompok Azzura," jawabnya. Azzura! Sepertinya akan panjang pekerjaanku untuk menyelidik dan menyisi
"Tolong, jangan serahkan aku kepada mereka," lirih gadis itu. Dia nampak sangat ketakutan sekali. "Ini bukan urusanku," sahut Joe dingin. Mendapatkan Joe tidak peduli, membuat kedua pria asing ini berani untuk mendekat ke arahnya. "Tolong tuan, mereka akan membunuhku," mohonnya. Gadis itu merengek dengan memegangi tangan Joe begitu kuat. Joe hanya terdiam dan tidak mau ikut campur urusan orang lain. Dia tidak kenal siapa gadis ini? Bisa saja dia pencuri yang tertangkap. Atau apapun bisa terjadi di negeri yang kacau seperti ini. Lagipula, Joe sendiri masih punya dua misi yang belum tuntas. Saat yang bersamaan, kedua pria itu sudah memegangi tangan si gadis. Dan Joe pun pergi tanpa merasa bersalah sudah membiarkan wanita itu ditangkap mereka. "Lepaskan aku!" Teriaknya, sambil meronta. "Haha! Teriaklah sampai suaramu habis. Kau akan menyusul si Jason sialan, biadap!" Seru salah satunya. Kemudian dia menampar pipi gadis itu dengan sangat keras hingga meneteslah darah segar dari sela