Seruan-seruan itu membuat orang-orang di sekeliling menoleh, dan sebentar kemudian mereka semua segera mengelilingi Yu Shi yang sibuk menyapa mereka satu per satu dengan wajah penuh sukacita.
“Yu Shi... kau mengenal mereka?...” Feng Lan bertanya lambat-lambat.
Sambil tersenyum gembira Yu Shi menjawab, “Mereka adalah para penduduk Desa Kenangan!”
“Penduduk desa yang kauceritakan tempo lalu itu?” Feng Lan langsung tertarik. “Tetapi mengapa sekarang malah berkumpul di sini?”
Mendadak Rong Xun menyeruak muncul. “Aku memberitahukan mereka mengenai segala hal yang tengah kalian hadapi. Mereka tidak terima kau tidak diizinkan mengikuti tes penyeleksian, dan mereka berkeinginan untuk menyampaikan aspirasi mereka pada para pejabat istana.”
“Dan kalau itu masih belum cukup, kami akan menggalang dukungan dari masyarakat lainnya. Kami yakin rakyat
Keesokan paginya, Yu Shi, Feng Lan, Yong Quan, Ying Lan, Zhen Xi dan Xiu Lan berkumpul di Aula Istana. Mereka berdiri berdampingan, dengan tegang memandangi sekelilingnya. Di kiri kanan mereka telah berderet para kerabat istana dan pejabat teras. Yu Shi mengamati Zhen Xi. Ini adalah untuk pertama kalinya ia bertatap muka dengan remaja berusia awal belasan itu. Zhen Xi seorang remaja bertubuh tinggi kurus, berkulit putih susu serta berwajah pucat - rupa yang umum dimiliki cendekiawan yang menghabiskan waktunya di dalam rumah dan jarang terkena panas matahari. Pemuda ini kelihatannya pintar, dan juga licin, nilai Yu Shi dalam hati. Namun tetap masih Yong Quan yang harus aku jadikan pusat perhatian. Zhen Xi sendiri kadang-kadang mencuri pandang mengamati Yu Shi, namun selalu buru-buru memalingkan wajah saat Yu Shi balik menatapnya. Yu Shi melengos melihat remaja belia yang tampak benci tetapi takut kepadanya itu, lantas ganti melihat ke ara
“Putri Feng Lan!” Yu Shi bergegas bangkit, berlari secepat kilat menuju asal muasal suara tersebut. Betapa terkejutnya ia saat dilihatnya gerombolan berpakaian serta bercadar hitam tengah menculik Feng Lan. Mereka berjumlah sekitar sepuluh orang, Feng Lan jelas tak mampu melepaskan diri dari cengkeraman mereka. “Siapa kalian?! Beraninya kalian menyerang putri!” Yu Shi telah siap dengan pedang teracung menantang lawan. Namun alih-alih membalas tantangannya, gerombolan bercadar itu malah berderap menjauh. Langkah mereka cepat sekali. Hanya dalam beberapa detik mereka telah menghilang dari pandangan. Membiarkan Yu Shi hanya dapat berteriak putus asa, “Putri Feng Lan!” “Ada apa, Yu Shi?! Apa telah terjadi sesuatu?!?” Rong Xun yang telah mendengar jeritan Yu Shi dengan tergopoh-gopoh menghampirinya. Yu Shi menggigit bibir jengkel. “Ada yang menculik Put
Mereka tiba di Chong Zhou kurang lebih dua jam kemudian, dan kini tengah dengan serius mengamati keadaan sekelilingnya. Yu Shi tertegun melihat Chong Zhou yang tadinya merupakan kota yang biarpun kecil tapi cukup berkembang dan ramai, sekarang telah berubah. Bukan hanya sepi dari lalu lalang orang, tetapi juga berantakan, kacau semrawut. Angin musim dingin berhembus kering meniupkan debu jalan raya yang tebal dan kotor ke wajah mereka. Berkali-kali terbatuk dan bersin-bersin, mereka berdua mengambil sapu tangan dan langsung menangkupkannya menutupi wajah mereka. “Sepi sekali tempat ini. Rasanya seperti kembali ke masa sebelum Khanate dikuasai Han.” Rong Xun bergumam dengan mulutnya yang tersumpal sapu tangan. “Benar-benar cocok menjadi sarang penyamun!” Yu Shi menggaruk kulit tangannya yang tiba-tiba saja memerah dan gatal-gatal. Hembusan kencang angin kering musim dingin ditambah sorotan sinar matahari siang ha
Yu Shi sendiri tetap tidak bergeming, dengan tenang memandangi sang musuh yang menghampirinya sambil menghunus pedangnya tinggi-tinggi. Ia baru mulai bergerak ketika jarak antara mereka berdua telah sangat dekat. Si kepala pasukan menyerang dengan semangat sangat tinggi, sementara Yu Shi menggerakkan badannya ringan saja, seakan sedang menghindari serangan anak kecil. Tadinya ia sempat mengkhawatirkan tangguhnya musuh yang akan dilawan dikarenakan suasana kota yang sangat mencekam sebelumnya, akan tetapi setelah melihat kemampuan sang musuh yang jauh lebih rendah daripadanya, kekhawatirannya hilang seketika. “Hentikanlah perlawananmu. Kau bukan lawanku,” Yu Shi berkata dengan nada bosan. Kemarahan si kepala pasukan meledak seketika. “Jangan besar mulut kau!” Ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi, kali ini mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menjatuhkan Yu Shi. Boro-boro terjatuh
Ternyata cukup mudah memasuki Khanate, tidak sesuai dugaan Yu Shi sebelumnya kalau para penjaga perbatasan akan mengadakan pemeriksaan ketat. Mereka cukup mengatakan kalau mereka hendak mengantarkan barang pesanan ke Ulaankhovd, kota di perbatasan terluar Khanate, lalu para penjaga akan mengangguk sekenanya, dan mereka pun berhasil memasuki negeri Khanate. Yu Shi memperhatikan sekelilingnya. Khanate saat ini ternyata masih sama megah dan majunya dengan Khanate saat masih dalam kekuasaan Han. Ternyata Khan Ganbold cukup pintar juga, tidak seperti Tukhestan yang karena emosi semata lantas menghancurkan peradaban yang mestinya bisa memberi mereka banyak keuntungan, batinnya satir. “Ulaankhovd masih lebih maju daripada Chong Zhou... Bagaimana kita tidak melulu kalah dalam melawan Khanate? Bahkan sudah bagus mereka tidak menguasai kita!” Rong Xun melengos pertanda sebal. Yu Shi ikut m
Entah mengapa bila kita sangat mengharapkan sesuatu terjadi, maka justru hal itu akan semakin sulit dikabulkan. Padahal di saat biasa hari cepat sekali berganti malam, tapi sekarang mereka menunggu datangnya malam bagaikan menunggu bergantinya hari. Mereka berdua sudah amat gelisah. Hingga akhirnya malam yang ditunggu tiba juga. Berpakaian hitam dari kepala sampai kaki serta cadar tebal untuk menutupi wajah, mereka berdua berjalan tanpa menimbulkan suara bak kucing namun dengan cepat sekali. Mereka merambati tembok demi tembok, menyusuri kelokan dan jalanan sempit, dan setelah perjuangan yang cukup menyulitkan akhirnya mereka berhasil memasuki Istana Khanate tanpa diketahui penjaga sama sekali. Yu Shi mengeluarkan peta dalam Istana dan memperhatikannya. “Kita sekarang berada di koridor Sentselg, sementara tempat penyekapan Putri yang kita perkirakan ada di koridor Tengah masih berjarak 1 mili lagi...
Mulut Enkhjargal menganga lebar, begitu juga dengan Khan Ganbold. “Apa maksudmu, Han Yu Shi? Kami tidak menyekap putri manapun!” “Jangan bohong!” Yu Shi mulai mengacungkan pedangnya. “Lepaskan dia, atau aku akan membuat perhitungan dengan kalian!” “Wah wah... Siapa kiranya yang telah menyebarkan fitnah palsu itu kepadamu? Apa jangan-jangan mata-mata Kishov, yang memang tengah ingin menjatuhkan kita... Dengan cara mengadu domba kita dengan Liang?...” Alis Khan Ganbold berkeriut keheranan. Enkhjargal menyambung. “Kukatakan sekali lagi kepadamu, kami tidak menyekap Putri Liang Feng Lan ataupun puteri Liang yang manapun juga! Jadi biar kau menghabisi kita sampai mati serta mengobrak-abrik istana ini kau tidak akan dapat menemukannya!” “Jadi... kalian tidak menahannya?...” Suara Yu Shi kentara sekali sarat akan kekecewaan. “Tentu saja tidak! Aku mala
Yu Shi baru hendak membalikkan tubuhnya ketika melihat Enkhjargal sekali lagi mengayunkan pedangnya. Seketika otaknya merasakan sesuatu yang tidak beres dari gerakan sang lawan. Rasa-rasanya aku pernah melihat rentetan gerakannya... Semua gerakan pedangnya sungguh sangat familiar... Ah! Benar juga! Ini jurus yang dulu pernah diperagakan Guru Erdenet! Erdenet adalah salah satu guru asing yang diminta Tuan Li untuk mengajar Yu Shi. Bibir Yu Shi melengkungkan senyum yang sangat lebar. Ia mengayunkan pedangnya, melancarkan jurus-jurus pedang yang benar-benar persis sama dengan jurus Enkhjargal. Membuat sang jenderal kawakan kontan terbelalak terkejut. “Kau! Bagaimana kau juga bisa memperagakan jurus ini?!...” “Tentu saja. Karena Master Erdenet telah mengajarkan ini padaku!” Yu Shi tersenyum semakin lebar. “Bagaimana mungkin kau mengenal Master Erdenet?!? Dia