Share

BAB. 7 Rapat Penting

Di atas kapal,

Lia, Mira, dan Sera dapat melihat jika sepasang suami istri itu dari tadi mencoba berusaha untuk mendekati kapal.

Akan tetapi gelombang laut yang besar malah membuat kapal itu semakin jauh terombang-ambing dari mereka.

Ketiga gadis itu juga tidak dapat berbuat apa-apa karena mereka tidak memiliki peralatan untuk menolong mereka. Beruntungnya Omar dan Yuni sangat terlatih dalam hal berenang. Sehingga mereka dapat bertahan lebih lama lagi di laut.

Apalagi keduanya juga telah memakai baju pelampung yang membuat tubuh mereka tetap terapung di atas lautan luas itu.

Hari pun mulai gelap, namun gelombang laut masih saja besar. Ketiga gadis itu telah kembali masuk ke dalam kabin kapal.

Mereka baru saja selesai makan malam seadanya untuk mengganjal perut mereka malam ini.

Ketiganya sedang duduk di sebuah sofa kecil yang ada di dalam kabin kapal kecil itu.

Sepertinya Lia akan segera memulai rapat penting.

Gelombang laut masih saja besar tapi sudah agak berkurang terjangan ombaknya. Ketiganya terdiam sambil saling memandang memikirkan bagaimana caranya mereka terlepas dari badai ini.

Malam ini mereka hanya diterangi oleh senter kecil milik Sera. Sementara senter Mira dan Lia. Sengaja tidak dinyalakan untuk menghemat energi.

Lalu Agnes pun memulai untuk angkat bicara,

"Guys, mulai malam ini. Kita harus hidup hemat. Terutama dengan ketersediaan bahan makanan dan pencahayaan. Apalagi kita tidak tahu akan sampai kapan kita terombang-ambing di atas lautan bebas," seru Lia kepada kedua temannya.

"Saya setuju dengan Lia. Kita harus menghemat semuanya." Mira juga ikut angkat bicara.

"Untuk Sera. Gue dan Lia sangat berterima kasih kepada Lo, atas semua barang bawaan yang Lo bawa. Sungguh sangat berguna di masa-masa sulit kita ke depannya," tutur Mira lagi.

"Gue juga mengakui insting Lo yang sangat kuat Sera! Thanks for God. Lo diberi hikmah olehNya." Lia juga ikut mengucapkan terima kasih kepada Sera karena membawa begitu banyak perlengkapan untuk bertahan hidup di atas lautan dan alam liar.

"Syukurlah kalau begitu jika kalian bisa memaklumi semua barang-barang yang gue bawa. Tapi kalian jangan sampai berpikir gue melakukannya tanpa alasan. Banyak kejadian aneh yang terjadi sebelum kita berangkat melaut," tukasnya.

Lalu Sera pun menjelaskan semuanya di hadapan kedua temannya. Mulai dari para ayah yang melarang mereka melaut. Para ibu yang menangisi mereka dengan sangat terharu, seperti akan terjadi keadaan di mana mereka tidak akan bertemu lagi dalam waktu dekat. Juga disaat Sera hendak menabrak seekor kucing hitam yang tiba-tiba menghilang.

"Apa?" kaget keduanya.

"Jadi Lo, benar-benar mau menabrak seekor kucing hitam, Ra?" tanya Lia penasaran.

Mimik wajah Mira menunjukkan jika dia juga ikut penasaran saat ini dan menunggu penjelasan dari Sera.

"Iya, gue hampir menabrak kucing berwarna hitam. Lalu kucing itu tiba-tiba menghilang," ucap Sera kepada kedua sahabatnya.

"Gilingan! Gue pikir Lo bohong, Ra!" tutur Mira.

"Sama, gue pikir Lo hanya bercanda saja"

" Ya kagaklah, Guys! Apa untungnya gue berbohong kepada Lo berdua," seru Sera lagi.

"Tapi, Guys! Apakah yang akan terjadi dengan kita selanjutnya?" ujarnya dengan wajah sedih.

Tiba-tiba Sera menitikkan air matanya. Dia mulai menangis tersedu-sedu saat ini.

"Ra, lo harus kuat! Gue yakin kita pasti mampu menghadapi semuanya," ujar Mira mencoba menenangkan Sera.

"Benar kata Mira, Ra. Kita harus kerahkan semua kekuatan kita untuk dapat terus bertahan." Lia juga ikut menghibur Sera.

"Gue kuat kok, Guys! Kalian harus percaya sama gue. Gue hanya ingin menangis saja saat ini untuk melepaskan rasa sakit di dada gue. Jujur gue masih belum bisa terima dengan keadaan yang menimpa kita saat ini. Tapi gue akan berusaha untuk menerima setiap kemungkinan yang akan terjadi ke depannya." Sera mengucapkan semua itu dari kesungguhan hatinya.

"Baiklah, untuk menghadapi setiap kemungkinan yang akan terjadi, sepertinya kita harus mengobrol dengan serius." Lia kembali mengambil alih pembicaraan.

Dengan hanya diterangi oleh lampu senter yang penerangan nya sangat kecil. Lia mulai angkat bicara,

"Begini, Guys. Cepat atau lambat, Omar dan Yuni pasti akan mencapai kapal ini. Kalian tahu sendiri, kapal telah kehabisan bahan bakar. Kita tidak tahu ke mana arah gelombang laut akan membawa kita."

"Benar kata Lo, Lia. Kita memang harus waspada dengan kedua orang pembuat onar itu," sergah Mira.

"Ya, gue juga sependapat dengan Lo berdua. Omar dan Yuni memang patut untuk diwaspadai," sambung Sera.

Lalu Lia kembali berkata,

"Untuk mengatasi keduanya, mulai saat ini kita harus bagi tugas," serunya kepada kedua sahabatnya.

"Sera, Lo kebagian tugas untuk menjaga keamanan semua logistik yang kita miliki. Lo harus berupaya agar kedua orang itu, tidak mendekatinya. Kita harus sama-sama sadar, jika semua barang-barang yang kita miliki saat ini adalah harta karun yang paling berharga untuk kita bisa bertahan hidup di atas lautan bebas!"

"Siap, kapten! Gue akan menjalankan semua tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Lo tahu sendiri gue jago bela diri. Jadi ... gue akan berupaya semaksimal mungkin untuk melindungi sumber logistik kita!" ujar Sera lantang.

"Okay, Sera! Gue percaya kan semuanya kepada, Lo!" ucap Lia kepadanya.

"Mira, Lo kebagian tugas untuk menjadi spy girl! Lo harus mengawasi setiap gerak-gerik kedua orang itu. Jangan sampai kita kecolongan karena mereka sangatlah licik. Lo harus tahu kapan waktunya untuk bertindak tegas kepada keduanya!"

"Beres, kapten! Lo tenang saja. Gue tidak akan pernah membiarkan Omar dan Yuni mempermainkan kita lagi!" ujar Mira lantang.

"Sementara gue sendiri akan membaca situasi di laut mana kita sedang berada saat ini melalui kompas. Kita juga secepatnya harus menemukan daratan. Gue sangat berharap sebelum persediaan makanan kita habis, kita dapat menemukan sebuah daratan. Semoga arah angin tidak terlalu kencang esok hari." Lia menatap ke arah keduanya sambil berharap badai segera berlalu dan mereka dapat cepat kembali dengan keluarga ketiganya yang berada di Jakarta.

Sebelum tidur, Lia dan Mira kembali memastikan pintu di dalam kabin tersebut terkunci dengan sempurna. Mereka tidak mau jika Omar dan Yuni datang dan mengacaukan semuanya.

Setelah semuanya mereka rasa telah benar-benar aman. Barulah ketiga gadis itu, masuk ke dalam sleeping bag masing-masing yang telah mereka bawa sebelumnya.

Ketiganya pun mulai tidur di lantai kabin yang dingin dan sempit itu. Gelombang laut yang membuat kapal mereka terombang-ambing, ibarat ayunan otomatis yang membuat mereka terhanyut untuk tidur malam ini.

Tiba-tiba saja, hujan deras kembali turun. Suara petir pun mendayu-dayu bagai nyanyian alam. Entah apa yang akan terjadi kepada ketiga gadis pemberani itu.

Karena sangat capek seharian diamuk gelombang laut, mereka pun mulai tertidur dengan nyenyak malam itu.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status