Ketiga gadis itu sama sekali tidak menyadari jika pasangan suami istri itu dari tadi mulai berjalan perlahan menuju ke pintu ke luar. Entah apa yang hendak mereka lakukan beberapa saat lagi.
"Sa ... saya, juga tidak tahu apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal ini Nona Lia. Kita kan tidak bisa memprediksi tentang cuaca di tengah laut," tutur Mas Omar."Saya bukan sedang membicarakan tentang cuaca laut, Mas! Yang saya permasalahkan adalah bagaimana kapal ini bisa mencapai daratan kalau tidak ada bahan bakar? Mbak Yuni! Apa solusi dari Anda?" sahut Lia sengit.Sepasang suami istri itu malah terdiam dan tak dapat berkata-kata. Sementara Sera dan Mira mulai ketakutan dengan apa yang akan terjadi kepada mereka selanjutnya.Lalu tanpa ketiganya sadari, pasangan suami istri itu, tiba-tiba ke luar dari kabin."Maafkan kami, Nona!" seru Mas Omar sambil menarik tangan istrinya menuju dek kapal."Hei ... apa yang kalian lakukan!" teriak Mira.Namun terlambat, pasangan suami istri itu, telah mengunci pintu kabin sehingga Lia, Sera, dan Mira benar-benar tidak bisa ke luar dari sana. Mereka telah terkunci."Lia, Mira! Apa yang akan kita lakukan? Aku tidak mau mati sekarang! Mama, Papa! Aku merindukan kalian!" teriak Sera histeris sambil menangis tersedu-sedu.Gadis itu lalu terduduk di sudut kabin sambil memegang kedua lututnya. Gelombang air laut malah semakin besar sehingga membuat kapal itu terombang-ambing di atas lautan yang sedang mengamuk itu.Lia lalu berkata kepada sahabatnya,"Mira, tolong tenangkan Sera. Gue akan mencoba untuk membuka paksa pintu ini." Lia mencoba untuk bersikap tenang agar Mira tidak ketularan panik seperti Sera."Sera ... Lo jangan berpikir sembarangan begitu. Tidak ada apapun yang terjadi kepada kita. Semua akan baik-baik saja," ucap Mira kepada Sera.Gadis itu lalu menyerahkan sebotol air mineral untuk diminum oleh Sera."Minumlah, agar pikiran mu menjadi tenang." Sera langsung meminum satu botol air mineral itu sampai habis karena gugup."Tapi, Mira. Gue sangat takut kita akan tenggelam." Sera masih saja khawatir."Hei ... Lo nggak perlu takut begitu. Apakah Lo lupa? kita kan jago berenang. Kita juga dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan yang memadai. Kita sedang memakai baju pelampung dan kapal ini juga memiliki sekoci."Mendengar ucapan Mira, Lia segera melirik ke arahnya. Mereka terlihat saling tatap-tatapan dalam beberapa detik."Jangan bilang pikiran kita sama, Mir!" seru Lia. Lalu dengan sekuat tenaganya dia menarik daun pintu tersebut sehingga terlepas dengan cepat.Kemudian Lia ke luar dan memastikan kecurigaannya.Mira juga ikut melangkah menuju dek kapal mengekori Lia. Seraya berkata kepada sahabatnya yang sedang ketakutan itu,"Sera, Lo tunggu di sini sebentar. Kami mau memastikan sesuatu!" ujar Mira.Sera mengangguk. Dia pun sedang mencoba untuk menepis perasaan takutnya dan mulai membangun persepsi positif di dalam hatinya jika mereka pasti akan baik-baik saja.Sementara di dek kapal, kecurigaan Mira dan Lia terbukti juga. Pasangan suami istri itu telah berhasil mencuri sekoci kapal yang berupa sebuah perahu karet.Keduanya terlihat melambaikan tangan mereka sambil menatap mengejek ke arah Lia dan Mira."Omar! Anda sangat tega kepada kami!" teriak Lia ditengah gemuruh ombak dan hujan yang mulai mendera."Maafkan saya, Nona. Semua ini ide dari Yuni. Kami tidak mau mati konyol!" balas Omar sambil berteriak."Tapi kan kita bisa menaiki sekoci itu bersama-sama!" Mira juga tak kalah emosi. Gadis itu ikut menyuarakan isi hatinya."Nona! Sekoci ini hanya mampu memuat empat orang saja sedangkan kita ada lima orang!" teriak Yuni tak kalah lantangnya."Hei, Yuni! Lo tamu tak diundang di sini!" balas Mira marah."Ha-ha-ha! Emangnya gue pikirin? Selamat tenggelam untuk Anda semua, Nona-nona!" teriak Yuni lagi.Namun setelah berkata seperti itu, tiba-tiba saja perahu karet yang mereka tumpangi bocor, yang membuat air laut mulai memasuki bagian dalam perahu."Mas Omar! Bagaimana ini! Perahu karetnya kemasukan air!" ujar Yuni panik."Hah? Kok perahunya bisa bocor begini? Semua pasti gara-gara kamu lagi, Yuni! Dasar kamu istri tak berguna! Kamu pasti memilih sekoci berbahan tipis!" tuding suaminya."Ya, maaf. Aku pikir tidak akan terjadi apa-apa. Kamu tahu kan, aku orangnya ekonomis.""Kamu itu perempuan pelit! Bukan ekonomis! Dasar kamu pembawa malapetaka!" teriak Omar semakin menghina istrinya.Ternyata karma sangat cepat menimpa pasangan suami istri tersebut. Tepat di depan mata Lia dan Mira, kedua gadis itu dapat melihat apa yang terjadi kepada mereka."Yuni! Jangan diam saja! Pikirkan sesuatu!" seru Omar."Satu-satunya cara, kita harus kembali ke kapal." sahut Yuni cepat.Omar mengangguk setuju. Dia pikir ide istrinya ada benarnya juga. Mereka pun segera meninggalkan perahu karet yang hampir dipenuhi air.Keduanya mulai berenang menuju ke arah kapal yang kehabisan bahan bakar itu.Mira yang melihatnya segera berkata kepada sahabatnya."Lia ... lihat! Perahunya mulai tenggelam. Omar dan Yuni sepertinya berenang menuju ke arah kapal," ujar Mira dengan nada keras.Lia hanya diam saja dan mencoba membaca situasi yang akan terjadi selanjutnya. Mereka tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghadang kedua orang itu untuk kembali ke kapal. Karena mesin kapal telah mati. Mereka hanya dapat terombang-ambing di atas lautan saat ini.Lalu gadis itu pun berkata kepada sahabatnya,"Mira, segera sisihkan semua barang bawaan kita, terutama bahan makanan. Jangan sampai dijarah oleh keduanya jika mereka kembali bergabung dengan kita di atas kapal!" tegasnya.Namun belum sempat Mira beranjak untuk masuk ke dalam kabin kapal, Sera terlihat menghampiri kedua temannya."Guys! I'm back! Gue sudah selamatkan semua barang bawaan kita ke dalam kamar dan gue sudah menguncinya! Hanya kita bertiga yang memiliki akses untuk masuk ke dalam kamar tersebut!" ujar Sera lantang."Sera ...." sahut keduanya. Lalu ketiga gadis itu saling berangkulan dan saling menguatkan."Benar banget apa yang kalian katakan, Guys! Untuk apa takut? Toh kita telah menguasai tehnik-tehnik untuk bertahan hidup di atas lautan bebas! Gue janji akan kuat mental dan fisik seperti kalian! No cengeng-cengeng anymore!" ucap Sera dengan bersemangat."Go-go-go! LIMISE, go!" teriak ketiganya kompak.Hujan yang tadinya deras mulai berubah menjadi rintik-rintik. Akan tetapi gelombang laut masih saja pasang.Omar dan Yuni masih saja mencoba berenang mendekati kapal. Namun tetap tidak bisa, gelombang laut malah semakin menarik kapal tersebut menjadi semakin jauh dari jangkauan mereka."Sial! Kapalnya kok semakin menjauh dari kita?" ujar Omar kesal."Ini semua gara-gara kamu, Yuni!" serunya lagi sambil kembali menyalahkan istrinya.LIMISE adalah nama Genk mereka(Lia, Mira, Sera).Di atas kapal, Lia, Mira, dan Sera dapat melihat jika sepasang suami istri itu dari tadi mencoba berusaha untuk mendekati kapal. Akan tetapi gelombang laut yang besar malah membuat kapal itu semakin jauh terombang-ambing dari mereka.Ketiga gadis itu juga tidak dapat berbuat apa-apa karena mereka tidak memiliki peralatan untuk menolong mereka. Beruntungnya Omar dan Yuni sangat terlatih dalam hal berenang. Sehingga mereka dapat bertahan lebih lama lagi di laut. Apalagi keduanya juga telah memakai baju pelampung yang membuat tubuh mereka tetap terapung di atas lautan luas itu.Hari pun mulai gelap, namun gelombang laut masih saja besar. Ketiga gadis itu telah kembali masuk ke dalam kabin kapal.Mereka baru saja selesai makan malam seadanya untuk mengganjal perut mereka malam ini. Ketiganya sedang duduk di sebuah sofa kecil yang ada di dalam kabin kapal kecil itu.Sepertinya Lia akan segera memulai rapat penting.Gelombang laut masih saja besar tapi sudah agak berkurang terjangan om
Ternyata amukan cuaca buruk di tengah lautan juga dirasakan oleh Hezki, Ronald, dan Edu yang juga sedang berlayar di tengah lautan bebas. Kapal mereka mulai berderit-derit di atas gelombang tinggi. Angin kencang menderu, memekik, dan mengoyak debu-debu asin laut. Hezki, Ronald, dan Edu yang berdiri di geladak terlihat mulai pucat dan cemas."Kita harus mengendalikan kapal ini dengan baik!" seru Edu, berusaha menahan dirinya dari goyangan kuat. "Betul! Kita tidak boleh membiarkan badai ini merobek kapal kita menjadi dua," tambah Ronald dengan wajah tegang.Hezki, yang biasanya tenang, berkata, "Gue akan ke ruang kemudi, cobalah mempertahankan apa yang kita punya di sini!"Mereka bertiga berusaha mati-matian mengendalikan kapal, tetapi ombak raksasa dan angin kencang terus menguji ketahanan mereka. Kapal melayang naik dan turun di atas gelombang seperti permainan ayunan neraka."Hezki, tolong berpegang terus dikemudi! Ronald, bantu gue mengamankan semua beban kapal!" perintah Edu sa
Saat ini pagi yang baru saja menyapa, matahari belum lama muncul di cakrawala, menerangi samudera yang tak berujung. Kapal yang di atasnya ada Sera, Mira, dan Lia, yang sebelumnya berlayar dengan semangat, kini terombang-ambing di atas ombak yang ganas. Badai masih belum surut, angin masih bertiup sangat keras, dan hujan deras juga terus saja membasahi lautan luas itu. Mira dan Lia berdiri di dek kapal, kedua gadis itu tampak cemas. Sementara Sera duduk di kokpit kapal, mencoba untuk mencari solusi.Dengan nada khawatir Sera pun berkata, "Guys, apa yang akan kita lakukan sekarang? Kapal kita kehabisan bahan bakar, dan badai ini semakin parah!""Apa yang yang akan terjadi selanjutnya, Mira? Bagaimana kita bisa keluar dari situasi ini?" Sera masih saja khawatir.Lia yang dari tadi diam saja mulai memikirkan situasi ini. Dia lalu angkat bicara, "Kita harus tetap tenang, kecemasan dan kegelisahan tidak akan memecahkan masalah. Pertama, kita perlu memastikan jika kita dan semua barang-
Omar dan Yuni hanya mengangguk dan terlihat sinis memandang ketiga gadis itu.Sementara Lia, Mira, dan Sera, telah sampai di dalam kapal. Mereka pun segera melakukan rapat kecil darurat.Ketiganya sengaja mengecilkan volume suara mereka agar percakapan rahasia ini tidak didengar oleh sepasang suami istri yang licik itu."Guys, mau tidak mau. Kita harus merelakan Omar dan Yuni untuk bergabung dengan kita di atas kapal ini. Nggak mungkin kita menyuruh mereka untuk melompat ke laut. Itu sama saja kita melakukan sesuatu hal yang tidak berperikemanusiaan. Hanya saja. Kita harus terus berjaga-jaga. Jangan sampai kita kecolongan lagi dengan tipu muslihat mereka," ucap Lia panjang lebar kepada kedua temannya."Seperti rapat kita sebelumnya, gue akan bertanggung jawab dengan semua urusan yang berhubungan dengan logistik! Jangan harap gue akan membiarkan mereka mendekati gudang persediaan makanan kita!" tegas Sera diliputi amarah kepada Omar dan Yuni yang menyebabkan mereka terombang-ambing di
Kapal yang di atasnya ada Lia, Sera, dan Mira, Yuni dan Omar yang sedang berlayar di lautan bebas, ternyata membentur batu karang yang berada di dalam lautan. Ombak besar mulai menghantam kapal mereka lagi."Oh tidak, badai semakin parah!" teriak Lia."Kita harus segera mencari tempat berlindung. Kapal ini tidak akan tahan terhadap badai ini." tukas Sera."Tapi apa yang harus kita lakukan! Kita sedang berada di tengah lautan!" ujar Yuni semakin panik."Kita harus mencari daratan terdekat untuk berlindung sementara." seru Omar."Apakah kalian lupa? Kapal ini telah kehabisan bahan bakar! Kita hanya bisa terombang-ambing sekarang!" Mira mencoba menyadarkan semua orang yang ada di atas kapal itu.Ketika tadi kapal menabrak batu karang dengan keras, air laut mulai masuk ke dalam kapal. Benturan tersebut membuat mereka sangat ketakutan dan panik. Mereka menyadari bahwa kapal dalam bahaya sekarang dan kelimanya takut kapal ini akan tenggelam."Oh tidak, air mulai masuk ke dalam kapal! Apa
"Selamat siang, Nona-nona. Ada apa dengan kapal kalian?" tanya Hezki, sang kapten kapal. Namun sorot matanya tertuju kepada Mira yang menurutnya, gadis paling cantik di atas kapal itu."Tuan-tuan, terima kasih banyak telah menanggapi panggilan darurat dari kami. Saat ini kami sedang dalam keadaan darurat. Kapal kami telah menghatam baru karang dan sedikit bocor. Kami telah menambalnya dengan peralatan seadanya. Namun kami tidak yakin itu dapat bertahan lama, jadi kami sangat membutuhkan bantuan Tuan-tuan sekalian," ucap Lia yang diduga oleh Hezki sebagai pemimpin mereka.Sementara gadis yang menarik hatinya terlihat diam namun memandang penuh arti kepadanya berharap Hezki dan teman-temannya mau membantu mereka.Ketiga pemuda tampan itu saling lihat-lihatan untuk berembuk terlebih dahulu. Ketiganya terlihat menggangguk seperti mengisyaratkan jika mereka akan menolong para gadis itu."Baiklah, kami akan menolong Anda bertiga," sahut Edu, pria bermata teduh yang dari tadi matanya terus
Lia tersenyum ke arah Edu. Yang membuat pria itu terpesona seketika melihat senyum dari wajah gadis yang menarik hatinya. Sang sahabat, Ronald yang mulai membantu Sera mengeluarkan beberapa barang barang logistik terlihat geleng-geleng kepala melihat tingkah pria itu."Gila nih Si Edu! Bukannya bantuin! Malah asyik pacaran!" gerutunya dalam hati. Menyadari akan hal itu, Ronald pun segera berkata,"Woi ... Bro! Nanti lagi acara pacarannya! Bantuin kita-kita dulu! Jangan sampai kapalnya keburu tenggelam dan kita belum selesai memindahkan semua persediaan logistik yang berlimpah ruah ini!" ketus Ronald.Lia seakan sadar karena telah terbuai dengan percakapan hangat dengan pria bermata teduh itu. Dia pun segera bergabung dengan kedua temannya untuk memindahkan semua persediaan logistik di atas kapal para pria itu."Iya, Bro! Beres!" Edu pun mau tidak mau ikut membantu untuk memindahkan semuanya.Edu, Ronald, Lia, Sera, dan Mira yang masih berada di tengah laut, berjuang melawan waktu untu
"Wah! Tugas kita sama, Sera! Tos dulu, dong!" ujar Ronald, seraya menyodorkan telapak tangannya kepada Sera yang sedang berada di sampingnya.Dengan senang hati Sera menerima uluran tangan pria itu sambil tersenyum girang."Saya, Mira. Bertanggung jawab mengenai keamanan dalam kapal," ujarnya."Wah, sepertinya tugas kita selaras, Mira. Kamu bisa bantuin saya di bagian kemudi," ucap Hezki sambil tersenyum ke arah gadis itu."Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih atas bantuan kalian kepada kami," ucap Lia dari kesungguhan hatinya."Tidak usah berterima kasih lagi, Lia. Kami hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Kalian semua adalah teman kami sekarang. Telah masuk dan bergabung dengan tim kami," sahut Edu."Saya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Lia. Kalian benar-benar pahlawan bagi kami. Tanpa bantuan kalian, kami tidak tahu apa yang akan terjadi terjadi." tutur Sera."Kalian tidak perlu mengucapkan terima kasih. Kami senang bisa membantu kalian dan melihat kalian aman,