Share

BAB. 6 Bertahan Di Tengah Badai Lautan

Ketiga gadis itu sama sekali tidak menyadari jika pasangan suami istri itu dari tadi mulai berjalan perlahan menuju ke pintu ke luar. Entah apa yang hendak mereka lakukan beberapa saat lagi.

"Sa ... saya, juga tidak tahu apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal ini Nona Lia. Kita kan tidak bisa memprediksi tentang cuaca di tengah laut," tutur Mas Omar.

"Saya bukan sedang membicarakan tentang cuaca laut, Mas! Yang saya permasalahkan adalah bagaimana kapal ini bisa mencapai daratan kalau tidak ada bahan bakar? Mbak Yuni! Apa solusi dari Anda?" sahut Lia sengit.

Sepasang suami istri itu malah terdiam dan tak dapat berkata-kata. Sementara Sera dan Mira mulai ketakutan dengan apa yang akan terjadi kepada mereka selanjutnya.

Lalu tanpa ketiganya sadari, pasangan suami istri itu, tiba-tiba ke luar dari kabin.

"Maafkan kami, Nona!" seru Mas Omar sambil menarik tangan istrinya menuju dek kapal.

"Hei ... apa yang kalian lakukan!" teriak Mira.

Namun terlambat, pasangan suami istri itu, telah mengunci pintu kabin sehingga Lia, Sera, dan Mira benar-benar tidak bisa ke luar dari sana. Mereka telah terkunci.

"Lia, Mira! Apa yang akan kita lakukan? Aku tidak mau mati sekarang! Mama, Papa! Aku merindukan kalian!" teriak Sera histeris sambil menangis tersedu-sedu.

Gadis itu lalu terduduk di sudut kabin sambil memegang kedua lututnya. Gelombang air laut malah semakin besar sehingga membuat kapal itu terombang-ambing di atas lautan yang sedang mengamuk itu.

Lia lalu berkata kepada sahabatnya,

"Mira, tolong tenangkan Sera. Gue akan mencoba untuk membuka paksa pintu ini." Lia mencoba untuk bersikap tenang agar Mira tidak ketularan panik seperti Sera.

"Sera ... Lo jangan berpikir sembarangan begitu. Tidak ada apapun yang terjadi kepada kita. Semua akan baik-baik saja," ucap Mira kepada Sera.

Gadis itu lalu menyerahkan sebotol air mineral untuk diminum oleh Sera.

"Minumlah, agar pikiran mu menjadi tenang." Sera langsung meminum satu botol air mineral itu sampai habis karena gugup.

"Tapi, Mira. Gue sangat takut kita akan tenggelam." Sera masih saja khawatir.

"Hei ... Lo nggak perlu takut begitu. Apakah Lo lupa? kita kan jago berenang. Kita juga dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan yang memadai. Kita sedang memakai baju pelampung dan kapal ini juga memiliki sekoci."

Mendengar ucapan Mira, Lia segera melirik ke arahnya. Mereka terlihat saling tatap-tatapan dalam beberapa detik.

"Jangan bilang pikiran kita sama, Mir!" seru Lia. Lalu dengan sekuat tenaganya dia menarik daun pintu tersebut sehingga terlepas dengan cepat.

Kemudian Lia ke luar dan memastikan kecurigaannya.

Mira juga ikut melangkah menuju dek kapal mengekori Lia. Seraya berkata kepada sahabatnya yang sedang ketakutan itu,

"Sera, Lo tunggu di sini sebentar. Kami mau memastikan sesuatu!" ujar Mira.

Sera mengangguk. Dia pun sedang mencoba untuk menepis perasaan takutnya dan mulai membangun persepsi positif di dalam hatinya jika mereka pasti akan baik-baik saja.

Sementara di dek kapal, kecurigaan Mira dan Lia terbukti juga. Pasangan suami istri itu telah berhasil mencuri sekoci kapal yang berupa sebuah perahu karet.

Keduanya terlihat melambaikan tangan mereka sambil menatap mengejek ke arah Lia dan Mira.

"Omar! Anda sangat tega kepada kami!" teriak Lia ditengah gemuruh ombak dan hujan yang mulai mendera.

"Maafkan saya, Nona. Semua ini ide dari Yuni. Kami tidak mau mati konyol!" balas Omar sambil berteriak.

"Tapi kan kita bisa menaiki sekoci itu bersama-sama!" Mira juga tak kalah emosi. Gadis itu ikut menyuarakan isi hatinya.

"Nona! Sekoci ini hanya mampu memuat empat orang saja sedangkan kita ada lima orang!" teriak Yuni tak kalah lantangnya.

"Hei, Yuni! Lo tamu tak diundang di sini!" balas Mira marah.

"Ha-ha-ha! Emangnya gue pikirin? Selamat tenggelam untuk Anda semua, Nona-nona!" teriak Yuni lagi.

Namun setelah berkata seperti itu, tiba-tiba saja perahu karet yang mereka tumpangi bocor, yang membuat air laut mulai memasuki bagian dalam perahu.

"Mas Omar! Bagaimana ini! Perahu karetnya kemasukan air!" ujar Yuni panik.

"Hah? Kok perahunya bisa bocor begini? Semua pasti gara-gara kamu lagi, Yuni! Dasar kamu istri tak berguna! Kamu pasti memilih sekoci berbahan tipis!" tuding suaminya.

"Ya, maaf. Aku pikir tidak akan terjadi apa-apa. Kamu tahu kan, aku orangnya ekonomis."

"Kamu itu perempuan pelit! Bukan ekonomis! Dasar kamu pembawa malapetaka!" teriak Omar semakin menghina istrinya.

Ternyata karma sangat cepat menimpa pasangan suami istri tersebut. Tepat di depan mata Lia dan Mira, kedua gadis itu dapat melihat apa yang terjadi kepada mereka.

"Yuni! Jangan diam saja! Pikirkan sesuatu!" seru Omar.

"Satu-satunya cara, kita harus kembali ke kapal." sahut Yuni cepat.

Omar mengangguk setuju. Dia pikir ide istrinya ada benarnya juga. Mereka pun segera meninggalkan perahu karet yang hampir dipenuhi air.

Keduanya mulai berenang menuju ke arah kapal yang kehabisan bahan bakar itu.

Mira yang melihatnya segera berkata kepada sahabatnya.

"Lia ... lihat! Perahunya mulai tenggelam. Omar dan Yuni sepertinya berenang menuju ke arah kapal," ujar Mira dengan nada keras.

Lia hanya diam saja dan mencoba membaca situasi yang akan terjadi selanjutnya. Mereka tidak dapat berbuat apa-apa untuk menghadang kedua orang itu untuk kembali ke kapal. Karena mesin kapal telah mati. Mereka hanya dapat terombang-ambing di atas lautan saat ini.

Lalu gadis itu pun berkata kepada sahabatnya,

"Mira, segera sisihkan semua barang bawaan kita, terutama bahan makanan. Jangan sampai dijarah oleh keduanya jika mereka kembali bergabung dengan kita di atas kapal!" tegasnya.

Namun belum sempat Mira beranjak untuk masuk ke dalam kabin kapal, Sera terlihat menghampiri kedua temannya.

"Guys! I'm back! Gue sudah selamatkan semua barang bawaan kita ke dalam kamar dan gue sudah menguncinya! Hanya kita bertiga yang memiliki akses untuk masuk ke dalam kamar tersebut!" ujar Sera lantang.

"Sera ...." sahut keduanya. Lalu ketiga gadis itu saling berangkulan dan saling menguatkan.

"Benar banget apa yang kalian katakan, Guys! Untuk apa takut? Toh kita telah menguasai tehnik-tehnik untuk bertahan hidup di atas lautan bebas! Gue janji akan kuat mental dan fisik seperti kalian! No cengeng-cengeng anymore!" ucap Sera dengan bersemangat.

"Go-go-go! LIMISE, go!" teriak ketiganya kompak.

Hujan yang tadinya deras mulai berubah menjadi rintik-rintik. Akan tetapi gelombang laut masih saja pasang.

Omar dan Yuni masih saja mencoba berenang mendekati kapal. Namun tetap tidak bisa, gelombang laut malah semakin menarik kapal tersebut menjadi semakin jauh dari jangkauan mereka.

"Sial! Kapalnya kok semakin menjauh dari kita?" ujar Omar kesal.

"Ini semua gara-gara kamu, Yuni!" serunya lagi sambil kembali menyalahkan istrinya.

LIMISE adalah nama Genk mereka(Lia, Mira, Sera).

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status