Saat ini pagi yang baru saja menyapa, matahari belum lama muncul di cakrawala, menerangi samudera yang tak berujung. Kapal yang di atasnya ada Sera, Mira, dan Lia, yang sebelumnya berlayar dengan semangat, kini terombang-ambing di atas ombak yang ganas. Badai masih belum surut, angin masih bertiup sangat keras, dan hujan deras juga terus saja membasahi lautan luas itu. Mira dan Lia berdiri di dek kapal, kedua gadis itu tampak cemas. Sementara Sera duduk di kokpit kapal, mencoba untuk mencari solusi.Dengan nada khawatir Sera pun berkata, "Guys, apa yang akan kita lakukan sekarang? Kapal kita kehabisan bahan bakar, dan badai ini semakin parah!""Apa yang yang akan terjadi selanjutnya, Mira? Bagaimana kita bisa keluar dari situasi ini?" Sera masih saja khawatir.Lia yang dari tadi diam saja mulai memikirkan situasi ini. Dia lalu angkat bicara, "Kita harus tetap tenang, kecemasan dan kegelisahan tidak akan memecahkan masalah. Pertama, kita perlu memastikan jika kita dan semua barang-
Omar dan Yuni hanya mengangguk dan terlihat sinis memandang ketiga gadis itu.Sementara Lia, Mira, dan Sera, telah sampai di dalam kapal. Mereka pun segera melakukan rapat kecil darurat.Ketiganya sengaja mengecilkan volume suara mereka agar percakapan rahasia ini tidak didengar oleh sepasang suami istri yang licik itu."Guys, mau tidak mau. Kita harus merelakan Omar dan Yuni untuk bergabung dengan kita di atas kapal ini. Nggak mungkin kita menyuruh mereka untuk melompat ke laut. Itu sama saja kita melakukan sesuatu hal yang tidak berperikemanusiaan. Hanya saja. Kita harus terus berjaga-jaga. Jangan sampai kita kecolongan lagi dengan tipu muslihat mereka," ucap Lia panjang lebar kepada kedua temannya."Seperti rapat kita sebelumnya, gue akan bertanggung jawab dengan semua urusan yang berhubungan dengan logistik! Jangan harap gue akan membiarkan mereka mendekati gudang persediaan makanan kita!" tegas Sera diliputi amarah kepada Omar dan Yuni yang menyebabkan mereka terombang-ambing di
Kapal yang di atasnya ada Lia, Sera, dan Mira, Yuni dan Omar yang sedang berlayar di lautan bebas, ternyata membentur batu karang yang berada di dalam lautan. Ombak besar mulai menghantam kapal mereka lagi."Oh tidak, badai semakin parah!" teriak Lia."Kita harus segera mencari tempat berlindung. Kapal ini tidak akan tahan terhadap badai ini." tukas Sera."Tapi apa yang harus kita lakukan! Kita sedang berada di tengah lautan!" ujar Yuni semakin panik."Kita harus mencari daratan terdekat untuk berlindung sementara." seru Omar."Apakah kalian lupa? Kapal ini telah kehabisan bahan bakar! Kita hanya bisa terombang-ambing sekarang!" Mira mencoba menyadarkan semua orang yang ada di atas kapal itu.Ketika tadi kapal menabrak batu karang dengan keras, air laut mulai masuk ke dalam kapal. Benturan tersebut membuat mereka sangat ketakutan dan panik. Mereka menyadari bahwa kapal dalam bahaya sekarang dan kelimanya takut kapal ini akan tenggelam."Oh tidak, air mulai masuk ke dalam kapal! Apa
"Selamat siang, Nona-nona. Ada apa dengan kapal kalian?" tanya Hezki, sang kapten kapal. Namun sorot matanya tertuju kepada Mira yang menurutnya, gadis paling cantik di atas kapal itu."Tuan-tuan, terima kasih banyak telah menanggapi panggilan darurat dari kami. Saat ini kami sedang dalam keadaan darurat. Kapal kami telah menghatam baru karang dan sedikit bocor. Kami telah menambalnya dengan peralatan seadanya. Namun kami tidak yakin itu dapat bertahan lama, jadi kami sangat membutuhkan bantuan Tuan-tuan sekalian," ucap Lia yang diduga oleh Hezki sebagai pemimpin mereka.Sementara gadis yang menarik hatinya terlihat diam namun memandang penuh arti kepadanya berharap Hezki dan teman-temannya mau membantu mereka.Ketiga pemuda tampan itu saling lihat-lihatan untuk berembuk terlebih dahulu. Ketiganya terlihat menggangguk seperti mengisyaratkan jika mereka akan menolong para gadis itu."Baiklah, kami akan menolong Anda bertiga," sahut Edu, pria bermata teduh yang dari tadi matanya terus
Lia tersenyum ke arah Edu. Yang membuat pria itu terpesona seketika melihat senyum dari wajah gadis yang menarik hatinya. Sang sahabat, Ronald yang mulai membantu Sera mengeluarkan beberapa barang barang logistik terlihat geleng-geleng kepala melihat tingkah pria itu."Gila nih Si Edu! Bukannya bantuin! Malah asyik pacaran!" gerutunya dalam hati. Menyadari akan hal itu, Ronald pun segera berkata,"Woi ... Bro! Nanti lagi acara pacarannya! Bantuin kita-kita dulu! Jangan sampai kapalnya keburu tenggelam dan kita belum selesai memindahkan semua persediaan logistik yang berlimpah ruah ini!" ketus Ronald.Lia seakan sadar karena telah terbuai dengan percakapan hangat dengan pria bermata teduh itu. Dia pun segera bergabung dengan kedua temannya untuk memindahkan semua persediaan logistik di atas kapal para pria itu."Iya, Bro! Beres!" Edu pun mau tidak mau ikut membantu untuk memindahkan semuanya.Edu, Ronald, Lia, Sera, dan Mira yang masih berada di tengah laut, berjuang melawan waktu untu
"Wah! Tugas kita sama, Sera! Tos dulu, dong!" ujar Ronald, seraya menyodorkan telapak tangannya kepada Sera yang sedang berada di sampingnya.Dengan senang hati Sera menerima uluran tangan pria itu sambil tersenyum girang."Saya, Mira. Bertanggung jawab mengenai keamanan dalam kapal," ujarnya."Wah, sepertinya tugas kita selaras, Mira. Kamu bisa bantuin saya di bagian kemudi," ucap Hezki sambil tersenyum ke arah gadis itu."Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih atas bantuan kalian kepada kami," ucap Lia dari kesungguhan hatinya."Tidak usah berterima kasih lagi, Lia. Kami hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Kalian semua adalah teman kami sekarang. Telah masuk dan bergabung dengan tim kami," sahut Edu."Saya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Lia. Kalian benar-benar pahlawan bagi kami. Tanpa bantuan kalian, kami tidak tahu apa yang akan terjadi terjadi." tutur Sera."Kalian tidak perlu mengucapkan terima kasih. Kami senang bisa membantu kalian dan melihat kalian aman,
Di tengah lautan yang terbentang luas, Omar dan istrinya, Yuni duduk lelah di atas perahu karet yang mereka curi dari kapal Hezki. Mereka merasakan ketidaknyamanan karena kelaparan mulai menghampiri. Omar memandang langit yang cerah, akan tetapi laut yang tak berujung membuatnya merasa terisolasi.Omar pun berseru,"Yuni, kita harus segera mencari makanan. Sudah hampir sehari kita tidak makan apa-apa."Yuni mengangguk setuju, "Benar, tadi kita lupa mencuri bahan makanan dari kapal. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"Omar mulai merasa frustrasi, "Kita tidak boleh membuat kesalahan seperti ini lagi. Sekarang kita terdampar di tengah laut tanpa bekal makanan. Apa yang bisa kita makan di sini?"Yuni mencoba mencari solusi, "Mungkin ada ikan di sekitar perahu. Kita bisa mencoba membuat jaring sederhana untuk menangkap ikan."Omar menanggapi dengan ketus perkataan istrinya, "Dengan apa kita membuat jaring? Kita tidak membawa peralatan pancing atau jaring. Kamu jangan mengada-ada kalau n
Ketiga ayah terlihat berwajah sangat tegang saat ini. Tidak sanggup berspekulasi dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan putri-putri mereka.Seandainya waktu dapat diulang kembali mungkin saja Papa Theo, Papa Herman, dan Papa Bagas tidak akan pernah mengizinkan mereka untuk berlayar ke laut.Saat ini ketiga ayah sedang duduk gelisah di ruang tengah rumah Lia sambil menatap layar televisi yang menyiarkan berita terkait pencarian Lia, Mira, dan Sera. Wajah mereka penuh dengan kecemasan, dan suasana di ruangan itu terasa sangat tegang."Apa yang sebenarnya terjadi dengan putri-putri kita? Sudah lebih dari lima hari, tapi masih belum ada kabar." tutur papa Herman dengan wajah cemas."Saya sungguh tidak tahan dengan situasi seperti ini. Tidak ada kejelasan sama sekali! Tim SAR harus segera menemukan mereka." Papa Bagas ikut menimpali.Papa Theo lalu angkat bicara,"Kita harus tetap tenang dan percaya bahwa Sera, Lia, dan Mira, akan kembali dengan selamat. Para nelayan di sekitar peraira