Raja Arklaus, seorang raja dengan julukan "keberuntungan nol" yang memerintah selama 3 tahun. Dia benar-benar tidak mempunyai sesuatu yang dibanggakan kecuali fakta bahwa dia adalah raja. Dipilih menjadi raja pun karena kebetulan hanya dia lah pewaris sah tahta kerajaan Malinore, Aetheria. Tapi suatu hari, dia dengan kesadaran penuh tiba-tiba di datangi oleh seorang laki-laki berbadan tinggi besar dengan pakaian serba hitam. Awalnya dia mengira bahwa saking sial nya kehidupan yang ia miliki, kematian datang dengan cepat. Tetapi semua pikirannya berubah kala laki-laki itu menjulurkan tangan nya ke arah Arklaus. "Ubah takdir mu, Arklaus. Aku akan membantu."
View More“Ayo di makan.”Arklaus melihat piring yang di sodorkan oleh ibu nya itu. Setelah mandi dan memakai baju se adanya di lemari, Arklaus benar-benar di panggil oleh Stevia untuk makan.Karena baju yang di pakai se adanya dan Arklaus tidak tahu mode atau fashion di dunia ini, dia kini mendapat tatapan aneh dari ibu nya dan Stevia tentu saja karena memakai sweater merah muda, celana pendek hijau tua dan memakai kaus kaki cokelat yang panjang nya hingga se lutut.“Kau ini mendapat ide fashion dari negara mana, kak?” Tanya Stevia.“Fashion? Apa itu?” Tanya Arklaus.Stevia menarik nafas dalam-dalam lagi, “Model pakaian mu itu, itu model darimana?”“Oh. Aku hanya asal pakai.”“Pantas! Keliatan sekali awur-awur an.”“Sudahlah! Ini di meja makan, setidaknya makan dulu baru bertengkar!” lerai ibu nya.Arklaus menjulurkan lidah nya kea rah Stevia lalu mengambil sendok dan mencoba masakan sang ibu.Mata nya berbinar saat melahap satu sendok penuh. “Ini resep dari mana? Ini enak sekali!”Ibu nya men
Arklaus membuka matanya perlahan. Sensasi aneh menyerang tubuhnya, seperti tidak berada di tempat yang biasa ia kenal. Matanya menyipit, mencoba memahami lingkungan barunya. Sebuah jalan raya dengan mobil-mobil yang bergerak cepat di sekelilingnya. Bunyi klakson menggelegar di telinganya, membuat kepala Arklaus berdenyut keras.Tin! Tin!“Hah?! Tunggu! Dimana aku?!”Dengan susah payah, Arklaus bergerak menepi, mencari tempat aman di tepi jalan. Saat ia akhirnya bisa sampai di tepi jalan, belum selesai nafas lega nya tiba-tiba telinganya ditarik keras dari belakang. Ia terhuyung dan hampir terjatuh, berusaha memutar badan untuk melihat siapa yang berani melakukan itu padanya.Di hadapannya, berdiri seorang gadis dengan wajah yang sangat dikenalnya. "Kau sedang apa di tengah jalan, dungu? Kau gila?" suara gadis itu terdengar marah dan cemas.Arklaus terperanjat. "Savva?" tanyanya dengan suara bergetar. Namun, gadis itu menatap nya dengan tatapan heran."Savva? Siapa itu? Hei ada apa den
Malam itu di Aetheria, Raja Arklaus dan panglima Zeran, bersama beberapa pasukan setia mereka tengah berada di hutan dekat air terjun yang berkilauan di bawah sinar bulan. Rencananya, mereka akan berburu di malam hari dan bermalam di sana sebelum kembali ke istana keesokan paginya.Arklaus menaiki kuda nya dengan hati-hati. Tidak mungkin ia harus terjatuh lagi saat berkuda di depan para pasukannya. Zeran memberikan busur kepada Arklaus sambal tersenyum, “Jangan takut, Raja. Ini hanya perburuan.”“Bukan takut. Pastikan tidak ada babi hutan yang menyeruduk ku dari belakang!”Zeran tertawa lagi. “Tentu saja, Raja!”Akhirnya mereka berangkat menuju hutan. Pastinya, yang akan mendapat mangsa adalah Zeran dan pasukan nya, bukan Arklaus. Dia akan ada di sana hanya untuk makan dan melihat cara perburuan mereka.Sungguh raja yang malang.Saat malam mulai merangkak naik, udara hutan mulai terasa lebih sejuk. Daun-daun bergesekan lembut ditiup angin malam, menciptakan simfoni alam yang menenangk
"Haaaa!!! Lihat! Pedang ini sangat kuat! Aku sendiri yang belajar menempa pedang kepada pamanku!" Seorang lelaki muda yang memakai baju zirah itu mengangkat pedang nya ke atas. Lawan bicaranya, sang panglima perang, memijat pelipis nya sambil menghela nafas. "Anda? Menempa pedang?" "Iya! Kenapa? Apa kau mau belajar menempa pedang dariku juga?" tanya sang lelaki. Panglima itu menggeleng. Dia menjulurkan tangannya. "Saya pinjam pedang anda." Dengan bangga, lelaki itu menyerahkan pedang nya kepada panglima. Bukannya digunakan untuk berlatih, pedang itu dengan mudah di patahkan oleh sang panglima yang membuat lelaki itu terkejut. "Heiii! Apa-apaan kau?!" pekik lelaki itu. "Raja Arklaus, pedang buatan anda sangat rapuh! Anda saja belum bisa mengayunkan pedang dengan benar, kenapa repot-repot belajar menempa?" tanya panglima itu. Lelaki itu, Raja Arklaus, berlutut sambil melihat pedang nya yang sudah patah. "Astaga... aku sudah menamainya Launce. Aku menghabiskan 3 hari
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments