New Forest Hampshire, Inggris.
"Kita sudah sampai di perbatasan wilayah Koloni Redmoon". Ucap Anthoni, setelah memberhentikan mobil yang kami kendarai. Aku terperanga menyaksikan pemandangan yang sangat indah menyambut kami.
"Walau terlihat indah, hutan ini terkenal dengan makhluk-makhuknya yang menakutkan serta bringas, dikalangan manusia hutan ini terkenal dengan kemistisannya". Timpal Groovin, salah satu guards yang ikut bersamaku, papa dan anthoni untuk menghadiri undangan dari Koloni Redmoon.
Di depan perbatasan kami dijemput dan dikawal oleh beberapa barisan warrior hingga sampai ke kediaman Alpa Christian Maagsolf, pemimpin Koloni Redmoon yang sebentar lagi akan mengakhiri masa jabatannya.
"Sepertinya kita Koloni pertama yang tiba". Ucapku setelah melihat keadaan diseke
"Lapor Alpa, saya sudah mengintai disekeliling, belum ada pergerakan yang mencurigakan sejauh ini". Ucap Groovin melalui mindlinknya."Kau yakin?" Tanyaku sekali lagi memastikan."Yakin Alpa, tapi jika Alpa mengijinkan, saya akan berputar sekali lagi untuk memastikan dengan lebih yakin""Hm, tidak perlu Groovin. Kita percayakan saja pada para warrior pack ini! Kau tetaplah disini menemaniku".Sisa beberapa menit lagi acara pelantikan Alpa baru beserta dengan Luna dari pack koloni Redmoon akan segera dimulai. Aku berpenampilan alakadarnya, entahlah! Rasanya terlalu malas untuk memoles wajahku dengan make up. Lipstik pink menjadi pilihan, agar tetap anggun di pandang mata dan tentunya tidak membuat wajahku terlihat pucat pasih, dengan style long dress berwarna Navy, aku berjalan mengitari Mainhall kediaman Redmoon hingga sampai ke tempat acara Ex-mateku."Aku sama sekali belum melihat gadis yang akan disandingkan dengan Arrone" ucapku membatin semba
"Beristirahatlah Alpa, besok kita akan melakukan perjalanan sebelum matahari terbit". Ucap Anthoni, sebelum akhirnya meninggalkan ruanganku.Malam ini begitu dingin, terasa putaran angin menembus pori-pori kulitku. Malam yang sungguh berkesan! Aku harus menyaksikan dengan kedua mataku, takdir berbalik arah mengkhianati jalannya. Inilah resiko yang harus ku tanggung ketika melawan takdirku sendiri.Aku mencoba menentralkan perasaanku dibawah gelapnya awan malam tanpa hamparan bintang dan cahaya bulan, yang hanya menyisahkan hawa dingin yang menggelitik sekujur tubuhku.Seketika mataku yang merabah keberbagai arah menangkap sosok berkerudung hitam berlari melewati jembatan dimana blackwitch sempat terlihat."Siapa itu?" Batinku."Jika dia adalah blackwitch yang ku lihat kemarin, tentu saja aku bisa langsung mengenalinya dari aroma busuk yang ditimbulkan, tapi... Tapi apa ini? Aromanya adalah
Hutan yang indah, kini dipenuhi dengan hawa mencekam. Ketakutan dan kemarahan mengambil ahli seisinya. Kaum yang terkuat memajang ketangguhan mereka, menikmati setiap peperangan di dasar Bumi yang tua. Mereka yang datang membawa kemurkahan, yang pergi mepninggalkan dendam. Siapakah yang berani bertanya padanya? Hanya Takdir yang mampu berbicara._______Tok, tok, tok"Alpa, anda sudah bangun?"..."Hah, hah, hah"Aku bangun dengan nafas terkecat. Berusaha menghirup udara sebanyak mungkin dan mengisinya dalam ruang paru-paruku."Alpa".Suara anthoni membuyarkan ketegangan yang diciptakan mimpiku semalam."Ya, 10 menit lagi aku keluar"."Baik Alpa".Sekarang sudah tidak tercium aroma tubuh Anthoni. Aku kembali me
Perjalanan kali ini memakan waktu cukup lama, entah mengapa waktu serasa berputar sangat lambat."Kau baik-baik saja, sayang?" Ucap papa lembut menanyakan keadaanku.Aku tersenyum mengiyakan dengan sedikit anggukan. Namun jika boleh jujur, kejadian yang ku peroleh hari ini benar-benar membuat isi kepalaku penuh dengan segala persoalan yang ada dan tentu saja dengan fakta-fakta baru yang ku temui.Setelah sampai diperbatasan, beberapa warrior tampak berlari menghampiri mobil, memberi hormat dan ucapan selamat datang kembali untuk rombongan kami. Sesampainya di kastil, aku memutuskan untuk segera beranjak ke ruanganku tanpa bertemu siapapun, termasuk mama dan El.Aku merebahkan tubuh dikasur yang empuk, memejamkan mata sejenak dan berusaha merelexkan pikiranku. "Apa yang harus ku lakukan jika benar kutukan itu terus berjalan?".Sepertinya kali ini aku & Dami kembali mengambil
Hari ini aku menjalankan tugas sebagai Alpa seperti biasa. Mengecek pelatihan para warrior dan Wolf-fortress, mengecek laporan-laporan kinerja usaha Koloni, bertemu dengan beberapa para petinggi dunia immortal yang lain untuk belajar lebih dan membangun kerjasama yang baik dengan mereka. Dan yah, disinilah aku mulai. Dengan kehidupan sebagai Alpa. Satu-satunya pemimpin Koloni yang adalah Shewolf."Anthoni""Ya, Alpa?""Apakah ada jadwal lagi setelah ini?" Bisikku pelan."Tidak Alpa, setelah ini anda bisa beristirahat".Aku mengangguk lega mengiyakan, setelah pertemuan dengan para pemimpin, aku berjalan menyusuri kastil menuju ke ruanganku, Groovin dan anthoni selalu setia mengikuti dari belakang, dan jika kalian tanya mengapa tiga guard lain tidak pernah aku sebutkan, jawabannya adalah karena masing-masing aku utus untuk mendampingi keluargaku, bahkan El 'pun mendapat pengawal pribadi dari
Aku sedang berjalan perlahan melintasi beberapa ruangan dalam kastil yang sama sekali belum pernah ku masuki, setelah menghabiskan waktu bersama dan mengantarkan Mate ku 🌚 ke perbatasan untuk ia kembali ke Koloninya. Beberapa ruangan terlihat tertutup rapat, ada yang dikunci dan juga dibiarkan terbuka. Aku terfokus pada satu pintu ruangan, dimana pintu itu memiliki warna yang berbeda dengan pintu-pintu lainnya"Masuklah! Ucap Dami memberi instruksi."Bolehkah?""Tentu saja, kau Alpa koloni ini. Siapa yang akan melarang?" Ucapnya lagi.Dengan meyakini perkataan Dami dan juga menyalurkan rasa penasaranku, aku meraih gagang pintu dan menarik pelatuknya hingga ruangan itu terbuka dan menyisihkan beberapa pandangan menarik. Di setiap sudut ruangan terdapat rak buku yang tinggi dan lebarnya jelas tak dapat ku hitung. Aku hanya bisa melayangkan kagum untuk isi ruangan tersebut. Di dinding sudut ruangan terdapat foto
Aku sedang berjalan-jalan mengitari hutan yang masih berada di wilayah kekuasaanku, Koloni Bloodmoon.Diluar tembok perbatasan banyak pemukiman rakyat koloni kami yang dibangun dengan tata kota yang indah. Mereka hidup dari hasil usaha perkebunan dan sebagainya. Dan fakta terbaru yang ku terima adalah beberapa dari hasil perkebunan rakyat koloni kami di expore ke wilayah manusia. Aku merasa takjub, dan bahkan di salah satu wilayah bagian barat memiliki swalayan yang sangat besar, tidak kalah besar dan lengkap dengan yang dibangun oleh kaum manusia. Bahkan koloni kami, tidak sedikit dari mereka memiliki kendaraan pribadi, dan pajaknya pun dikendalikan oleh pemerintahan koloni dan hal ini bahkan jauh dari ekspektasiku. Yang terpikirkan olehku adalah kaum werewolf yang berlari ditengah hutan menggunakan kekuatan mereka. Tapi faktanya, mereka kesana-kemari menggunakan kendaraan beroda."Semua sudah berubah seiring perkembangan jaman". Ucap Dami.
"Masuklah An". Ucapku setelah mencium aroma tubuh Anthoni di depan pintu ruangan ku."Ada apa?" Sapaku."Alpa Arrone, kembali berkunjung. Beliau sudah melewati perbatasan Utara".Mendengar mateku yang datang berkunjung, membuatku jantungku berpacu dua kali lipat. "Benarkah?""Benar, Alpa"Setelah memastikannya, aku segera turun ke mainhall untuk menyambut kedatangan Arrone."Kontrol wajah konyolmu, Ene! Antoni hampir saja menertawaimu". Ucap Dami yang membuatku melirik segera ke arah Anthoni."Anthoni, apa kau menertawaiku?"Wajah anthoni merona seketika, walaupun ia menolak mengakui jika ia menertawaiku."Ti.. tidak, Alpa"Aku kembali memalingkan pandanganku, walaupun aku sedikit kesal dengan kenyataan bahwa anthoni menertawai tingkahku."Kau lihat? Bahkan hanya dengan menyebut nama mate