Aku sedang berjalan-jalan mengitari hutan yang masih berada di wilayah kekuasaanku, Koloni Bloodmoon.
Diluar tembok perbatasan banyak pemukiman rakyat koloni kami yang dibangun dengan tata kota yang indah. Mereka hidup dari hasil usaha perkebunan dan sebagainya. Dan fakta terbaru yang ku terima adalah beberapa dari hasil perkebunan rakyat koloni kami di expore ke wilayah manusia. Aku merasa takjub, dan bahkan di salah satu wilayah bagian barat memiliki swalayan yang sangat besar, tidak kalah besar dan lengkap dengan yang dibangun oleh kaum manusia. Bahkan koloni kami, tidak sedikit dari mereka memiliki kendaraan pribadi, dan pajaknya pun dikendalikan oleh pemerintahan koloni dan hal ini bahkan jauh dari ekspektasiku. Yang terpikirkan olehku adalah kaum werewolf yang berlari ditengah hutan menggunakan kekuatan mereka. Tapi faktanya, mereka kesana-kemari menggunakan kendaraan beroda."Semua sudah berubah seiring perkembangan jaman". Ucap Dami.
"Masuklah An". Ucapku setelah mencium aroma tubuh Anthoni di depan pintu ruangan ku."Ada apa?" Sapaku."Alpa Arrone, kembali berkunjung. Beliau sudah melewati perbatasan Utara".Mendengar mateku yang datang berkunjung, membuatku jantungku berpacu dua kali lipat. "Benarkah?""Benar, Alpa"Setelah memastikannya, aku segera turun ke mainhall untuk menyambut kedatangan Arrone."Kontrol wajah konyolmu, Ene! Antoni hampir saja menertawaimu". Ucap Dami yang membuatku melirik segera ke arah Anthoni."Anthoni, apa kau menertawaiku?"Wajah anthoni merona seketika, walaupun ia menolak mengakui jika ia menertawaiku."Ti.. tidak, Alpa"Aku kembali memalingkan pandanganku, walaupun aku sedikit kesal dengan kenyataan bahwa anthoni menertawai tingkahku."Kau lihat? Bahkan hanya dengan menyebut nama mate
"Apa ini akhir dari kehancuran?"."Jika kutukan itu akan benar-benar mati bersama jiwanya, maka ini akan menjadi akhir, namun jika tidak! Maka ini adalah awal yang sebenarnya dari sebuah kehancuran"."Apa yang harus kita lakukan?""Bersiaplah!"- kabut gelap mengelilingi Dia yang menaruh jiwanya pada sebuah kepercayaan yang hampa! -_________Aku dan arrone berjalan mengitari kastil, bercerita beberapa hal mengenai penobatanku sebagai Luna di packnya dan juga tentang bagaimana kami membangun dua Koloni dan menjadikan mereka satu dibawah kepemimpinanku dan Arrone.Kami bersepakat setelah acara penobatan, aku dan arrone akan melaksanakan penyatuan dua pack Koloni menjadi satu."Lalu bagaimana setelah itu?". Tanyaku penasaran."Setelahnya?" Pungkas ar
"Apa sudah waktunya?" Pungkas Lucia pelan namun tetap jelas terdengar di telingaku."Waktu? Waktu apa?" - batinku, sembari mencelingkan mata menatap ke arah Lucia._____Setelah memberitahu beberapa hal mengenai peristiwa yang terjadi di Koloni kepada Lucia. Kini, aku membali ke ruanganku dengan dibantu krkuatan dari orlambus.Arrone terlihat masih setia menunggu, setelah ia menyaksikan orlambus membawaku menembus dimensi tempat dan waktu secara singkat."Syukurlah kau kembali dengan cepat" Pungkasnya, membuatku hanya bisa tersenyum."Lucia akan datang bersama Tn. Severus dan beberapa white witch, yang akan dipekerjakan, membantu para wolf-fortress & warrior untuk menjaga perbatasan. Dan, juga! hari ini, Lucia akan mengenalkanku dengan salah satu petinggi kerajaan Vampir dan juga Peri. Ia memintaku untuk menjalin kerja sama dengan kaum dunia immort
"Dengan senang hati, Lord" Pungkas Ratu Abeth dengan senyum yang menawan dan sembari tertunduk hormat, membuatku terperangah. Bukan baru kali ini gelar Lord yang melekat pada Dami benar-benar membuat takjub.________Suasana kembali hening dan canggung. Entah apa yang dipikirkan masing-masing mereka yang ada diruangan. Yang jelas, aku hanya bisa melayangkan kekaguman pada sosok serigalaku.Dami kembali melayangkan langkahnya mengarah pada Pangeran Xander yang hanya terdiam terpaku, menatap ke arah kami.Cukup lama mereka melayangkan pandangan satu dengan yang lain, membuatku berdecak kesal. Baru saja, sosok Wolfku ini membuatku terkagum. Kini kembali dengan cepat, ia membuatku kesal dengan tingkahnya."Jangan terlalu lama menatapnya! Ia bisa menjadikan kita sasaran mangsa berikutnya, kau tak takut menjadi incaran bangsa vampir?" Ucapku, sedikit melayangkan teguran pada Dami yang terus-terus saja menatap ke arah pangeran Vampir itu, yang tentunya ak
Suasana masih dalam keadaan tegang, tidak tanggung-tanggung, Lucia sedikit menghardik pangeran Xander, yang kala itu tetap bersikeras tidak ingin menjalin kerjasama dengan kami dan juga para petinggi dunia Immortal.Bangsa Vampir memang terkenal dengan keangkuhan dan kesombongan mereka. Namun, baru kali aku bertemu dengan salah satu dari kaum itu, yang kesombongan dan keangkuhannya mencapai langit ke tujuh.Papa nampak sangat kesal dibuatnya, beberapa kali aku bisa mendengar papi Dave menggeram, seperti ingin berganti shift dengan papa dan memberi pelajaran pada Vampir angkuh itu. Namun, hal itu tentu saja tidak akan dibenarkan oleh papa.Adikku El pun terlihat kurang suka, namun ia dengan tingkahnya seperti biasa, mencoba untuk calm dan diam serta terus mengamati. Entah mengapa, aku bisa merasakan beberapa dari kaumku sudah sangat muak dengan kelakuan pangeran Xander. Tapi disatu sisi, aku masih mempercayai perkataan Dami, bahwa bagaimana pun pangeran arogan itu b
"Baik, aku akan bergabung. Dengan syarat, lindungi klanku dengan sekuat tenaga kalian" Ucapnya dengan tubuh bergetar.Mendengar hal itu, Dami tersenyum dengan kemenangan. Begitu pula dengan ku dan beberapa dari kami yang ikut merasa senang dengan keputusan pangeran Xander, walau keputusannya sedikit dengan paksaan.Setelah acara jamuan makan-makan itu berlangsung, para tamu berniat untuk pamit dan kembali ke tempat mereka masing-masing. Tak lupa Orlambus turut mengantar Ratu Abeth hingga ke perbatasan. Orlambus, seperti yang dikatakan Dami, ia adalah Halfblood yang dialiri darah peri. Sehingga, meskipun ia melayani Lord kaum Werewolf, namun ia juga tetap menghormati Ratu Abeth sebagai Ratu di Dunia Peri.Sebelum beranjak dari wilayah kami, Lucia sudah mengingatkan ku dan Dami untuk kedepannya mengirim bala bantuan Shadow Guardians untuk para kaum/klan yang hari telah bekerjasama dengan kami, begitupun sebaliknya. Setelah aku dan Dami berganti shift kembali, Lucia l
"Kau senang dengan keadaanmu yang sekarang, Lord?" Ucap salah seorang wanita dengan tatapan sinis darinya.Wajah yang cantik, kulih yang putih pucat namun terlindungi dengan lipstik merah darah yang ia kenakan dibibinya, benar-benar menambah pesona penampilannya."Tapi, siapa dia?" Batinku, menatap haluan wajahnya dengan seksama.Tiba-tiba saja semuanya terlihat tampak gelap. Perlahan aku membuka mataku, nanar cahaya menembus keretina dengan samar-samar. Aku memalingkan mataku kesekeliling ruangan, memastikan jika yang ku tempati sekarang benar, adalah kamar tidurku."Hah (sembari menyeringai), mimpi ternyata" Timpalku, berbicara dengan nada pelan.Aku mulai sedikit terusik dengan mimpi yang berulang kali datang menghantui pikiranku beberapa hari ini."Kau sungguh tidak tahu siapa wanita itu?" Ucapku, menanyakan kepastian pada Dami melalui mindlink."Hm, seperti katamu. Aku tidak mengenalnya" Sanggahnya dengan datar.Aku hanya
"Kami tahu kau ingin kembali menciptakan The Koloni yang baru, bukan? Untuk itu kami datang menawarkan kesepakatan!" Aku hanya tertegun mendengar ucapan mereka."The Koloni? Hah?" Timpalku menatap tajam kearah mereka dan tersenyum sinis."Jelaskan padaku, Damicielle!" Gertakku melalui mindlink.***Suasana saat ini benar-benar membuatku bingung."Kesepakatan? The Koloni yang baru? Apa maksudnya ini?" Batinku.Seketika Dami mengambil alih tubuhku, "hey! Apa yang k.." ucapku terhenti ketika ia mulai mengabaikanku dan menimpali perkataan para Godwolf, tanpa menjelaskan sedikitpun mengenai rencana yang ia ciptakan tanpa sepengetahuanku.Ku pikir satu raga akan menyatukan kami, nyatanya dalam raga yang kami diami, tetap ada dua pemikiran yang berbeda.Perlahan aku merasakan aura Dami berubah, mendatangkan getaran-getaran yang menakutkan untuk beberapa werewolf lainnya, termasuk pada kawanan para Godwolf yang datang berkunjung.