Share

BAB 6

Author: MissDey
last update Last Updated: 2021-04-01 21:00:00

#.Pov Arrone

Hai, aku Arrone Maagsolf calon Alpa koloni Redmoon. Sebentar lagi hari pelantikanku sebagai Alpa dalam kaumku tapi sejujurnya aku belum siap untuk itu. Papa memintaku untuk menemukan mate-ku secepatnya sebelum aku dilantik agar pelantikanku bisa disertakan dengan pelantikan mateku menjadi Luna dalam koloni kami.

Tapi siapa werewolf mate-ku? Akupun sudah jenuh untuk mencari. Godwolf pun sama sekali belum memberikan akses untuk menentukan mate bagiku. Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari Koloni dan mencari lebih jauh, siapa tau alam berpihak mempertemukanku dengan werewolf yang pantas untuk disandingkan denganku sang Calon Alpa ini.

Hampir 3 tahun lamanya aku bergutat di dunia manusia sembari bergumul dengan studi yang ku ambil sampai satu ketika wolfku bernama Eguardo

yang seringnya ku panggil Eg bereaksi diluar dugaanku melihat salah satu manusia cantik berjalan tepat ke kami.

"Jangan gila Eg! Dia manusia". Hardikku menyadarkan wolf-ku pada pilihannya.

"Mate.. Mate... Mate...". Suara Eg memenuhi isi kepalaku. Aroma tubuh gadis itu tidak bisa ku jelaskan dengan detail. Hanya saja, bau yang dihasilkan dari tubuhnya menjadi kesukaan dan canduku.

"Siapa dia?" Batinku mempertanyakan latar belakang gadis yang membuat Eg hilang kontrol dari arahanku. Mata cokelat pekat yang Indah, wajah menawan dan proporsi badan yang ideal. Hampir mendekati kriteriaku secara keseluruhan, hanya saja dia manusia.

"Arrone, dia yang akan menjadi mate kita!" Ucap Eg membuatku sedikit terkejut.

"Eg! Sadarlah dia manusia". Aku mencoba menyadarkan wolfku dari keras kepalanya, "yang benar saja! Masa iya mateku berasal dari kaum terlemah?!" Gerutuku dalam hati, merasa gemas dengan tindakan Eg hari ini. "Bagaimana mungkin calon Alpa sepertiku menjadikan manusia sebagai Luna untuk bersama-sama denganku memimpin sebuah Koloni, bagaimana keturunan kami nantinya?dan seperti apa tanggapan kaum koloniku".

Wolf gila ini hanya tersenyum meremehkanku, aku sungguh dibuat geram dengannya kali ini. "Kau lupa Ar, aku wolf dengan insting kuat. I'm the Alpa!" Ucap Eguardo sarkastik padaku. "Apa mungkin....?". Baru saja aku ingin mengatakan apa yang menjadi pemikiranku, namun Eg, dengan terburu-buru memutuskan komunikasi antara kami.

Sungguh serigala gila!

Hari-hari berlalu, selalu saja gadis itu membuatku tertarik ke arah aroma tubuhnya yang sungguh menggiurkan menusuk ke angan-anganku. Wajahnya yang cantik terbayang selalu memenuhi isi pikiranku. Setiap kali dia berada didekatku, Eg selalu terpancing dan lepas kendali.

"sepertinya bukan aku yang membutuhkan mate sekarang, tapi Eguardo!".

Sampai pada saat aku melihat hal yang diluar dugaan. Gadis itu menuruni mobil dengan seorang pria yang mengeluarkan aura 'Alpa' dan juga anak perempuan disampingnya...? Tapi aku tidak pernah melihat mereka dipertemuan antar koloni.

"Siapa mereka?!". Pikiranku bercabang-cabang, ingin mencari tau dengan signifikan, jika benar gadis itu adalah kaumku, maka benar kata Eg dia akan menjadi Lunaku. "Lalu laki-laki itu siapa? Apakah dia ayahnya? Sang Alpa? Koloni mana?". Semua pertanyaan itu muncul dan berputar-putar dikepalaku.

"Arrone bodoh! Perkenalkan dirimu pada mereka, instingku tidak pernah salah". Lagi-lagi Eg mengeluarkan kata sarkasnya padaku..

"Jangan membuat aku emosi dan mengurungmu untuk waktu yang lama Eguardo!". Aku berjalan mendekati gadis itu, meraih lengannya dan... Kalian tau apa yang kutemui darinya, dia tidak hanya sekedar cantik namun sungguh sangat menawan. Dan matanya... Warna matanya berubah ketika aku menatapnya, desir aliran darahku mengalir begitu cepat, aroma khas tubuhnya menusuk kedalam irama jantungku.

"Sungguh cantik!" Batinku..

Aku melihat matanya berubah dari cokelat pekat menjadi abu-abu dan kembali menjadi cokelat. Eguardo pun bereaksi diluar dugaanku". Tenanglah Eg, kontrol dirimu dan jangan mempermalukanku!".

Eg mengabaikan perkataanku, ini tidak bisa dibiarkan. Sebelum dia membuatku malu, aku ingin bertindak terlebih dahulu.

"sudah ku duga! Werewolf hah?!".

Aku tersenyum penuh kemenangan membenarkan dugaanku. Namun aku terkejut saat gadis ber-aura putih namun mencekam disampingnya seketika menghardik tanganku dengan kasar, membuatku sedikit berdesis nyeri dengan pukulan tangannya.

"Jangan mencengkramnya seperti itu jika ingin berkenalan, Tuan muda keluarga bangsawan Maagsolf, calon Alpa Redmood :)". Aku cukup dibuat terkejut dengan terbongkarnya identitasku di depan mereka, tapi sebisa mungkin aku mencoba tenang.

"Arrone! Berhentilah bersikap kekanakan. Dia Lucianna, Noblesse penjaga kaum keturunan berdarah murni para bangsawan werewolf!". Eg dengan tatapan dan ucapan sinisnya memberitahu informasi yang cukup terlambat untuk ku ketahui sekarang.

"Sial, Eg! Kenapa kau baru mengatakannya, apa yang harus ku lakukan sekarang?!".

Aku mencoba mengendalikan ekspresiku. Walaupun aku sedikit banyak merasa terhimpit dan salah tindakan dalam situasi ini.

"Pura-puralah tidak mengenalnya, aku pergi dulu! Aku malas meladeni kebodohanmu". Ucap Eg memutuskan mindlink dan meninggalkanku begitu saja.

"Dasar serigala gila!! Lihat saja aku akan mengurungmu nanti Eg, aku tidak main-main dengan ucapanku serigala sarkas!!!".

Aku menggerutu memaki Eguardo yang berani-beraninya meninggalkanku dalam situasi seperti ini.

"Haha, Maafkan saya tidak memperkenalkan diri dengan baik. Tapi siapa gerangan anda dan gadis ini?". Aku mengajukan pertanyaan yang tampak bodoh namun itu satu-satunya cara agar aku terlepas dari kemarahan Noblesse ini.

Aku melihat secara bergantian gadis dihadapanku dan juga Noblesse yang bersebelahan dengannya. Tatapan tajamnya sedikit menggoyahkan pertahananku, aku merasakan hawa intimidasi yang mencekam. Jika untuk ukuran werewolf beta (strata biasa) ataupun Omega, dia tidak akan berani menatapku seperti itu bahkan setelah mendengar jika aku adalah calon Alpa dari sebuah Koloni.

"Mohon maaf tuan muda, jika anda calon Alpa, seharusnya anda memiliki wawasan luas untuk hanya sekedar tau 'siapa saya' dan juga 'gadis' ini. Kalo begitu kami permisi dulu tuan, kami ada kelas pagi". Ucapan sarkas ke sekian kalinya yang ku terima hari ini.

"Sial,  Aku sungguh malu!" batinku menggerutu.

Aku hanya bisa melihat punggung mereka yang semakin menjauh dari pandanganku. "Gila! Bahkan punggungnya saja cantik" batinku bergelut dengan pikiranku. "Haruskah aku mencari tau siapa gadis itu! Tapi yang pasti dia bukan hanya sekedar Shewolf beta atau omega biasa, jika sampai seorang Nobless datang untuk mengkhawalnya". Sangat menarik untuk awalan baru, pertemuan antara aku dan calon Luna-ku.

#.POV Wolf Eguardo

"Ya Moongoddess, mengapa engkau memasangkanku dengan human bodoh ini... T_T !!".

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • THE KOLONI    BAB 47

    "ku mohon, jawab aku!" turutku tegas.Terik matahari menyengat, merambatkan cahayanya melintasi selah-selah tirai kamarku.Setelah pertemuan kami selesai, aku bergegas kembali ke ruangan. Anthoni dan beberapa guards sedang menjalankan tugas untuk menyampaikan pesan ke tiap-tiap koloni dan para kaum immortal yang ada.Entah mengapa, firasatku berkata ini bukan hanya sekedar tentang pack atau bahkan kaum kami saja, "apa ini akan jadi perang besar?" ucapku, membatin.Tuk.. tuk.. tuk..Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku, tercium aroma khas tubuh sosok yang ku kenal, "masuklah" timpalku.Lucia tersenyum, dengan jubah putih yang indah menyampu lantai kamarku, ia berjalan mendekat."Apa dia masih tertidur?" tuturnya sembari menatapku."Kau tahu?" ucapku spontan menanyainya."Hm.." ia kembali tersenyum dan kini mengambil tempat tepat di sampingku."Biar ku bantu, dia tidak akan meresponmu tanpa desakan." ucapnya la

  • THE KOLONI    BAB 46

    "siapkan pasukan! Waktunya telah tiba. Kekeke.." ucap salah seorang wanita yang wajahnya nampak tertutup oleh bayangan hitam dalam cahaya malam. Dengan tawa dan lantunan mantera yang ia ucapkan, membuat para pasukan bayangan kegelapan bangkit dari tidur mereka dan bertebaran dilangit malam."Baik, Ratu!" timpal seorang dengan deep tone yang terdengar dibalik kegelapan."Saat bulan berdarah tiba, semuanya akan menjadi milik kita. Dunia immortal akan menjadi milik kita" ucapnya lagi.***"Alpa.." sapa Anthoni dibalik pintu ruanganku."Ada apa, An?" tanyaku."Semuanya tengah menunggu anda dibawah.""Baiklah" ucapku meminta Anthoni untuk turun terlebih dahulu.Pagi ini aku terbangun dengan gelisah, tubuhkan mengeluarkan hawa panas, tidak seperti biasanya.Aku berjalan menuju mainhall, dari jauh beberapa mata memandangku dengan tatapan yang sulit ku artikan. Kali ini pun diriku dibuat terheran dengan berkumpulnya semua orang

  • THE KOLONI    BAB 45

    "Besok aku akan kembali ke Pack" tuturku membuka percakapan ditengah keheningan antara diriku dan Arrone malam ini."Tak bisakah kau menundanya lagi?" balasnya.Sembari menggelengkan kepalaku pelan, "ini sudah terlalu lama, Ar. Ku mohon mengertilah." ucapku, menolak keinginannya dengan lembut.Terdengar suara tarik nafas kasar sebelum mateku berkata lebih lagi, "baiklah, kita akan ke perbatasan besok pagi. Aku akan mengawalmu." tuturnya lagi, walau dengan wajah kekecewaan yang tersirat.Setelah insiden yang terjadi di perbatasan terakhir kali, aku menunda kepulangan ke pack selama seminggu penuh dan hanya ditemani oleh Groovin, sedangkan Anthoni dan para guards lain telah beranjak mendahuluiku untuk kembali ke Koloni Bloodmoon terlebih dahulu."Vin, kau mendengarku" sapaku melalui mindlink."Ada yang bisa saya bantu, Alpa?" timpal guardku."Persiapkan kepulangan kita besok." pintahku."Baik, Alpa."***Keesokan ha

  • THE KOLONI    BAB 44

    Butuh beberapa puluh menit lagi untuk sampai keperbatasan. Namun faktanya, wilayah Koloni Redmoon kembali dibobol oleh para serigala liar dan..., entahlah!Tercium aroma asing yang tidak pernah ku ketahui sebelumnya, "tipis, seperti sengaja untuk disamarkan." batinku."Apa ini ulah mereka lagi?" ucap Arrone."Mereka?... Siapa?..."***Anthoni terlihat bergegas mengarah ke arahku dan Arrone, "Lapor Alpa, didepan para rogue sedang mencoba untuk menghadang para warrior dan guards, namun kali ini ada yang berbeda, para serigala liar itu seperti memiliki sepuluh kali lipat kekuatan dari biasanya. Pergerakan mereka pun sulit untuk diprediksi dan bahkan mereka terlihat menyerang tidak hanya dengan tangan kosong.""Apa maksudmu, An. Tidak dengan tangan kosong?" tuturku heran. Baru kali ini mendengar jika kawanan serigala liar itu mampu membuat kawanan mereka di akui.Kali ini Arrone kembali memimpin dengan Alpa tonenya, memberi arahan pada Be

  • THE KOLONI    BAB 43

    Malam ini terasa panjang dan menggairahkan setelah ku lalui bersama dengan Arrone. Kami menuangkan segala kerinduan yang mendalam setelah terpisahkan jarak dan waktu yang cukup lama.Perlahan tanganku menyusuri setiap lekuk wajah mateku, menancapkan kerinduan yang mendalam pada rona wajahnya. Pandangan kami bertemu satu sama lain dengan nafas dan detak jantung yang memburu, Arrone perlahan kembali memberikan sensasi yang menaikkan adrenalin untuk menghabiskan malam panjang kami.***Silauan cahaya matahari menembus sela-sela jendela, perlahan aku membuka mata dan beranjak dari tempat tidur terlebih dahulu tanpa membuat Arrone terbangun. Aku merasakan keberadaan Anthoni di balik pintu seakan menunggu kami hingga tersadar."Anthoni.." ucapku melalui mindlink."Ya Alpa, selamat pagi. Maaf membuat anda terbangun.""Tak apa, kalian sudah siap?" tuturku lagi."Sudah, Alpa. Alpa Christ dan Luna Diana sedang menunggu di ruang jamuan unt

  • THE KOLONI    BAB 42

    "Arbyon!" tuturku terkejut melihat pemuda itu dipenuhi baluran darah segar disekujur tubuhnya.Tatapan tajam dengan kilauan nanar hitam nan pekat menggambarkan segala hal yang terjadi padanya. "Arbyon..." ucapku lagi, namun kali ini dengan nada yang terdengar lebih pelan dan lembut."Apa yang terjadi?" tanyaku.Hening melanda kami hingga beberapa saat. Aku melempar tatapan disegala sisi ruangan, tercium bau amis darah segar memenuhi sekitar kami. "Sama sekali tidak ada tanda-tanda kehidupan, selain dari kami berdua." pikirku."Mereka semua pergi meninggalkanmu!" ucapnya datar. Perlahan kabut gelap menutupi tubuh pemuda itu, membawanya lenyap dalam sekali kedipan mata, dan sekejap saja ruangan dimana aku berada terlihat seperti pemakaman maut.Mereka.. mereka semua..."Aarrgg.. hah, hah, hah!"***Aku menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya setelah tenggorokanku terasa sulit untuk menelan salivah. Mataku menjelajahi sel

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status