Home / Young Adult / TO GET HER / 1. A Pop Star

Share

TO GET HER
TO GET HER
Author: Cherry Blossom

1. A Pop Star

last update Huling Na-update: 2025-08-06 20:11:56

Chapter 1

A Pop Star

"Kau harus beristirahat, atau kau tidak akan bisa menari lagi selamanya."

Kalimat itu masih terngiang-ngiang di telinga Aneesa, bahkan ekspresi dokter spesialis ortopedi yang menanganinya masih terbayang dengan jelas. Sangat serius dan tatapan matanya seolah sedang memberikan ancaman.

Empat bulan yang lalu Aneesa Peyton mengalami dislokasi pergelangan kakinya yang menyebabkan dirinya harus menjalani operasi kemudian selama delapan minggu Aneesa hanya bisa duduk di kursi roda dan setelah menjalani rehabilitasi medik selama dua bulan akhirnya kembali bisa berjalan tanpa tongkat. Namun, satu tahun tidak boleh menari ataupun berolahraga berat membuatnya merasa Tuhan seperti sengaja mempermainkannya.

Aneesa yang berprofesi sebagai penyanyi pop sedang menikmati kepopulerannya yang meroket, bahkan menjadi trend setter karena gebrakan-gebrakannya yang dianggap berani dan penuh terobosan. Suaranya kuat, gaya panggungnya unik, dan setiap lagu barunya memuncaki tangga lagu dunia dalam hitungan hari. Setelah jatuh bangun membangun kariernya kini Aneesa bukan hanya penyanyi, ia adaloah ikon, dan berhasil menggelar konser keliling dunia pertamanya. Sayangnya di tengah kepopulerannya, ia justru mengalami cedera di pergelangan kaki.

Cederanya terjadi di menit terakhir lagu terakhir sekaligus negara terkahir yang dikunjungi, meskipun begitu, wanita berusia dua puluh empat tahun itu tetap merasa frustrasi karena menyanyi dan menari ibarat nyawa dalam hidupnya. Sesuatu yang ia kejar mati-matian, bahkan rela berselisih dengan ibu kandungnya demi mengejar mimpi menjadi seorang penyanyi kini harus ia relakan lepas sesaat dari genggamannya.

Suara langkah kaki terdengar di lantai rumah mewahnya di kawasan elit Beverly Hills, California membuat Aneesa menoleh ke sumber suara dan mendapati Dayana Tucker, manajernya melangkah memasuki ruang keluarga di mana Aneesa duduk di sofa mahalnya.

"Kebetulan aku lewat dan mendengar dari Lyndi kalau kau baru saja pulang dari terapi medik," kata Dayana sembari tersenyum lebar.

Wanita berusia empat puluh lima tahun yang telah menjadi manajernya selama lima tahun itu sangat dihormati oleh Aneesa. Dayana selalu mengerti apa yang dibutuhkannya, mampu memahami kekurangannya, dan yang terpenting tidak pernah menekannya demi uang sehingga bagi Aneesa, Dayana bukan sekedar manajer melainkan sandaran.

"Bagaimana terapimu tadi?" tanya Dayana.

Aneesa menatap kaki kanannya. "Aku sudah diperbolehkan berjalan tanpa tongkat lagi," jawab Aneesa tanpa minat.

"Perkembanganmu cukup baik, aku senang sekali mendengarnya," ujar Dayana sembari mengambil remote control televisi yang terletak di sofa lalu duduk.

"Tetap saja masih ada delapan bulan lagi sampai aku diperboleuhkan berolahraga dan menari lagi," kata Aneesa dengan wajah masam membayangkan betapa membosankannya delapan bulan tanpa menari dan olahraga berat seperti empat bulan yang telah dialalui.

"Kau bisa memanfaatkan waktu laungmu untuk istirahat, lagi pula tahun ini kau memang tidak memiliki jadwal tur," kata Dayana.

Tahun ini memang Aneesa seharusnya beristirahat, tetapi beristirahat bukan berarti tidak melakukan apa pun dan cedera kakinya benar-benar menjengkelkan. Aneesa menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa dengan malas, seharusnya tahun ini bisa mempersiapkan beberapa lagu dan tarian baru untuk mengisi album kelimanya.

"Dulu kau sering mengeluh tidak memiliki banyak waktu untuk menyelesaikan lukisanmu hingga kehilangan ide," kata Dayana seraya menatap Aneesa yang bertampang masam.

Bukan rahasia, wanita berusia dua puluh empat tahun yang memiliki kecantikan khas seperti wanita-wanita Scandinavia yang memiliki mata bulat dan besar dengan warna biru dan rambut pirang, ia juga memiliki banyak bakat yang membuat banyak orang berpikir jika Tuhan memberinya terlalu banyak berkah. Ia bisa menyanyikan lagu dengan tempo cepat sembari menari, tetapi suaranya tetap terkontrol, tidak goyah sama sekali. Ia juga memiliki bakat yang tidak bisa ditiru semua orang yaitu melukis dengan detail yang membuat hasil karyanya terlihat seperti hidup.

Aneesa menatap Dayana, tetapi tidak berkata-kata sementara Dayana menghela napasnya. Wanita itu sepertinya cukup memahami seberapa depresinya Aneesa dengan keadaan kakinya meskipun dokter mengatakan jika Aneesa akan bisa kembali menari lagi setelah satu tahun pasca pemulihan cederanya.

"Beberapa hari yang lalu Justin Daytona meneleponku." Dayana menatap Aneesa, sangat yakin Aneesa akan tertarik dengan topik itu dan terbukti Aneesa langsung mengubah posisi duduknya menjadi tegak.

"Apa dia memiliki lagu untukku?" tanya Aneesa dengan penuh semangat, seperti tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.

"Dia bilang memiliki beberapa lagu baru, salah satunya diciptakan untuk kau nyanyikan. Tapi, dia belum yakin kau menyukainya atau tidak," jawab Dayana sembari tersenyum puas.

"Apa kau sudah menjadwalkan pertemuan kami? Untuk membicarakan lagu baru itu," kata Aneesa dengan senyum mengambang di bibir indahnya.

Dayana menatap Aneesa dengan serius. "Dia membuat lagu dengan tempo lambat kali ini, dia tahu kau sedang cedera."

Ekspresi Aneesa seketika berubah. "Aku belum pernah menyanyikan lagu dengan tempo lambat."

Dayana tersenyum. "Kau pernah menyanyikannya."

Aneesa mengedikkan bahunya. "Ya. Saat mengikuti American Idol dan itu juga yang membuatku tereliminasi," ucapnya masal dan sedikit ketus.

Dayana tersenyum, Aneesa adalah seorang peserta ajang pencarian bakat American Idol yang bahkan tidak masuk sepuluh besar. Namun, seorang produser musik, Giorgio Chiellini melihat bakat Aneesa dan sangat percaya pada instingnya bahwa Giorgio tidak mungkin salah menilai bakat seseorang.

Kini Giorgio membuktikan pada semua orang, Aneesa memiliki empat album dengan jumlah puluhan lagu dan telah berhasil melakukan konser musik keliling dunia pertamanya bahkan memiliki penggemar fanatik di media sosial yang jumlahnya tidak sedikit bahkan terus bertambah.

"Kenapa tidak mencoba sesuatu yang baru? Sesuatu yang tidak kau bisa, jadikan sebagai tantangan," kata Dayana seraya tersenyum lembut.

Aku takut penggemarku kecewa," sahut Aneesa muram.

"Kau bukan takut penggemarmu kecewa, kau takut tidak mendapatkan apresiasi sebesar keinginanmu," ujar Dayana.

Aneesa menatap Dayana, sedikit kesal karena Dayana mengatakan isi hatinya. "Kau memang mengenalku."

"Gio yakin kau pasti bisa, dia tidak mungkin salah menilai bakatmu," kata Dayana.

Aneesa memutar bola matanya dengan malas. "Aku tahu kau selalu percaya padanya."

"Dia ayah dari anak-anakku, aku tidak memiliki alasan untuk tidak percaya padanya," jawab Dayana sembari menekan tombol remote control dan chanel berubah. "Oh, iya. Asisten Barron juga menghubungiku."

Kedua alis Aneesa berkerut. "Barron?"

"Aku tahu, akhir-akhir ini kalian lumayan dekat," kata Dayana seraya menatap televisi di mana di dalam layar terlihat seorang pria berpakaian pembalap F1 sedang memegang piala di atas podium sembari tersenyum lebar. "Barron ingin mengajakmu ke perjamuan kemenangan tim Haas."

Aneesa menatap layar di mana Marcello Knight, pembalap F1 yang sedang dipuja banyak orang di Amerika Serikat dan dunia tersenyum lebar.

"Kau tahu, kan? Aku tidak mengerti dunia otomotif," kata Aneesa tanpa ragu-ragu.

"Kau yakin tidak mau pergi?" tanya Dayana seraya mengamati ekspresi Aneesa.

"Aku tidak akan pergi," jawab Aneesa tegas.

"Meskipun Marley Hyatt juga ada di sana?"

Aneesa membelalak. "Apa katamu?"

Kedua alis Dayana terangkat dan wanita itu tersenyum, sementara sorot mata Aneesa berpendar-pendar.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • TO GET HER   49. Kebetulan yang Mustahil

    Chapter 49 Kebetulan yang Mustahil “Aku tidak mengerti maksudmu,” ucap Aneesa dengan tenang. Narnia memelintir rambut di samping telinganya menggunakan jari telunjuknya sembari menatap sinis Aneesa, juga senyum malasnya. “Aku banyak menaruh kecurigaan. Marcello sering diam-diam mencuri pandang padamu dan kau sering menghindari tatapan Marcello, tetapi kau juga sering diam-diam mencuri pandang pada Marcello.” “Kecurigaanmu tidak berdasar, kau menuduhku karena cemburu padaku,” ucap Aneesa dengan malas. “Tidak berdasar?” Narnia tersenyum mengejek. "Lalu, apa penjelasanmu? Kenapa kau kembali ke tempat ini?" Sebelah alis Narnia terangkat. "Kau tidak bisa menjelaskannya, kan? Dan mug stitch ini....” Ia menunjukkan layar ponselnya pada Aneesa dan tatapannya tajam penuh kebencian. “Kebetulan yang tidak mungkin!" “Aku tidak memiliki kewajiban memberi penjelasan padamu,” kata Aneesa lalu melangkah. Namun, Narnia menyentuh siku Aneesa dengan lembut. Gerakannya elegan. “Berpura-pura ba

  • TO GET HER   48. Kau atau Aku?

    Chapter 48 Kau atau Aku? Setelah tamu-tamunya meninggalkan tempat tinggalnya, Marcello memasukkan semua gelas ke dalam mesin pencuci peralatan dapur otomatis lalu membereskan semua bungkus makanan, membuangnya ke tempat sampah, dan mengembalikan botol alkohol ke tempat semula kemudian membersihkan meja dengan kain setengah basah. Memastikan kebersihannya seperti semula lalu menekan tombol perintah robot pembersih lantai di ponselnya barulah ia pergi ke kamarnya. Kamar Marcello berada di lantai atas, menghadap langsung ke pemandangan kota Los Angeles. Dinding kaca membentang dari lantai ke langit-langit menampilkan panorama lampu kota yang berkilau di malam hari dan cahaya keemasan di pagi hari yang dapat ia saksikan dengan menggeser tirai otomatis berwarna abu-abu gelap yang bisa menutup semua jendela hanya dengan satu sentuhan. Lantainya dari kayu berwarna gelap dipoles sempurna tanpa karpet, hanya permadani datar di area tengah cukup untuk memberi kesan hangat, tetapi tetap mi

  • TO GET HER   47. Menaruh Kecurigaan

    Chapter 47 Menaruh Kecurigaan Marcello mengambil botol champgne di rak mini bar lalu meletakannya di atas meja. Ketika hendak mengambil botol Bacardi Reserv Ocho, Narnia mendekatnya sembari tersenyum. “Perlu bantuanku?” tanya Narnia. Marcello mengambil botol Bacardi dan memeganginya. “Jika tidak merepotkanmu.” Narnia mengangguk Lalu mendekati kepada Marcello. “Sudah kuduga kau memiliki selera yang sangat baik, kau memilih furnitur dengan sangat teliti dan cermat. Hanya saja penataan ruangan ini....” Narnia berpikir jika penataan ruangan tidak mencerminkan Marcello seutuhnya, tetapi seperti terdapat sentuhan wanita di sana. Namun, Narnia tidak ingin mengungkapkan kecurigaannya demi menghindari ketidaknyamanan dengan Marcello. “Kurasa hanya kurang beberapa sentuhan, mungkin kau perlu menambahkan sebuah lukisan besar di dinding sebelah sana. Lalu agar ruangan ini terlihat bernapas, kau bisa menambahkan beberapa tanaman hijau kecil, dan rak buku,” ujar Narnia. Marcello melet

  • TO GET HER   46. Misi yang Tertunda

    Chapter 46 Misi yang Tertunda Barron merasakan bimbang di dalam benaknya, ibunya adalah seorang yang memegang prinsip kuat kesempurnaan dalam setiap aspek kehidupannya. Bahkan demi kesempurnaan yang menjadi standarnya dalam segala hal, tidak jarang ibunya melakukan tindakan memonopoli sesuatu agar berjalan sesuai standarnya. Seperti saat wanita yang menjadi selingkuhan ayahnya dan anak-anak di luar nikah ayahnya muncul di berbagai portal berita online, ibunya mencoba membungkam media dengan uang. Sayangnya pengguna media sosial tidak bisa dibungkam dan terus menyoroti keberadaan anak-anak haram ayahnya beserta kehidupan wanita-wanita yang dipanggil pelacur oleh ibunya setiap pertengkaran terjadi di rumah mereka. Kata-kata ibunya membuat Barron merasakan hebat di benaknya, antara ingin segera menyatakan cinta pada Aneesa atau Aneesa menunggu momen yang tepat—menunggu ibunya berubah pandangannya terhadap Aneesa. Selama ini Barron beranggapan jika Aneesa cukup layak untuk dirinya

  • TO GET HER   45. Standar Keluarga

    Chapter 45 Standar Keluarga Marcello menggeser posisinya lalu mencondongkan kepalanya ke arah Narnia. “Bagaimana kabarmu?” tanyanya tanpa menoleh. Narnia sesaat terkejut karena Marcello mengajaknya bicara, tetapi kemudian tersenyum untuk menutupi keterkejutannya. “Selamat atas rumah barumu.” Marcello diam-diam melirik Aneesa dan mengangguk pelan. “Sebenarnya aku butuh saranmu—sebagai seorang desainer interior.” Narnia tersenyum senang dan menoleh menatap Marcello yang menghadap ke depan. “Kau serius?” Marcello dengan sangat santai menyadarkan punggungnya ke sandaran bangku dan tersenyum sambil menoleh pada Narnia dan mencuri pandang pada Aneesa. “Tentu saja.” “Kau bisa mengirimkan foto tempat tinggal barumu dan....” “Kurasa, aku perlu merayakannya. Bagaimana jika setelah acara ini berakhir aku mengundang kalian semua untuk merayakannya?” potong Marcello. Narnia menjilat bibirnya, sedikit bingung karena Marcello bukan pribadi yang terbuka selama ini. Bahkan berkali-kal

  • TO GET HER   44. Mengacaukan Rencana Barron

    Chapter 44 Mengacaukan Rencana Barron Tamu-tamu berdatangan dalam suasana balutan gaun dan jas formal, saling bertukar senyum sopan di antara dentingan gelas dan musik jazz yang dimainkan di atas panggung kecil. Aneesa melangkah dengan anggun bersama Narnia yang menggamit lengannya dan semua mata tertuju ke arah mereka, siapa pun pasti tidak menyangka jika seorang penyanyi pop menghadiri acara yang digelar oleh sosialita paling elite di Los Angeles. Di sana Aneesa membalas senyum sopan orang-orang yang menatapnya. Namun, hatinya dipenuhi kebingungan. Seorang gadis berambut hitam berkilau mengenakan gaun putih berpotongan minimalis memegangi gelas berisi champagne melangkah mendekati mereka dengan langkah sangat anggun, juga gerakan tubuh yang elegan, dan senyum yang merekah di bibirnya. “Kau tidak bilang kalau kau datang ke acara ini,” sapa gadis itu dan tatapannya tertuju pada Narnia. Narnia juga tidak menyangka jika Agnes menjadi salah satu tamu undangan di sana, tetapi ia cu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status