Home / Young Adult / TO GET HER / 2. Hampir Kehilangan Kesucian

Share

2. Hampir Kehilangan Kesucian

last update Huling Na-update: 2025-08-06 20:13:21

Chapter 2

Hampir Kehilangan Kesucian

“Dia masih bernapas, kan?” tanya Marcello. Raut wajahnya sangat tegang dan butiran-butiran keringat kecil menghiasi keningnya.

“Jangan khawatir, dia baik-baik saja,” jawab dokter Jingyu dengan sangat tenang seraya memasukkan cairan obat ke dalam suntikan. “Aku akan menetralkan bius di tubuhnya meskipun tidak serta merta menghilangkan biusnya, hanya mengurangi.”

Marcello Knight, pria berusia dua puluh empat tahun yang berprofesi sebagai pembalap F1 itu berkacak pinggang di samping tempat tidur sembari menghela napas jengkel. “Apa jenis bius yang digunakan?”

“Aku tidak bisa memastikannya, hanya saja dari kondisi pasien yang kehilangan kesadaran seperti ini mungkin dia terkena jenis bius benzodiazepine,” jawab Jingyu sembari menusukkan jarum suntik ke kulit Aneesa.

“Apa dia akan sadar setelah menerima suntikan itu?” tanya Marcello sembari bola matanya yang berwarna biru menatap jarum yang disuntikkan Jingyu.

“Aku tidak bisa menjaminnya karena tidak tahu dosis bius yang diterimanya, aku hanya memberikan antidotum untuk membalikkan efek bius,” jawab Jingyu sembari menekan suntikannya dan perlahan-lahan cairan bening di dalam suntikan berpindah ke tubuh Aneesa.

Marcello menatap darah di dalam suntikan lain yang diambil oleh Jingyu sebelum menyuntikkan antidotum pada Aneesa untuk mengetahui jenis bius yang masuk ke dalam tubuh Aneesa dan bersumpah akan membuat Justin Daytona meringkuk di penjara karena telah berani berpikir untuk mengambil keuntungan dari Aneesa dengan cara yang sangat tercela. Marcello lalu duduk di tepi tempat tidur sembari menatap wajah Aneesa yang terlihat pucat seolah tak bernyawa dengan pikiran sangat kalut.

Pukul lima sore tadi, Marcello baru saja selesai melakukan gym di hotel tempatnya menginap bersama tim Haas yang baru kembali dari Abu Dhabi setelah memenangankan Grand Prix musim ini. Ketika hendak memasuki lift, tidak sengaja AirPods Marcello terjatuh dari telinganya dan Marcello menekuk kakinya untuk mengambilnya, tetapi tidak langsung berdiri lagi karena mendengar suara yang sangat dikenalnya.

Marcello dengan hati-hati menoleh dan melihat Aneesa berjalan bersama Justin Daytona. Alis Marcello berkerut dalam, apalagi setelah memperhatikan lebih saksama marcello tidak menemukan Lyndi, asisten pribadi Aneesa sehingga membuat kerutan di alis Marcello semakin dalam.

Justin adalah seorang musisi terkenal, lagu-lagu ciptaannya sudah banyak dibawakan oleh penyanyi terkenal dan memiliki kekayaan fantastis yang berasal dari royalti lagu-lagunya. Tetapi, desas-desus di kalangan para pekerja dunia hiburan Hollywood pernah terdengar jika Justin adalah seorang bajingan licik, terutama reputasinya yang sering bergonta-ganti wanita.

Marcello kemudian berdiri, pria tampan yang memiliki alis indah yang menaungi kedua matanya itu mengambil topi di dalam tas olahraganya lalu mengenakannya dan melangkah mengikuti mereka tanpa berniat menyapa. Hanya ingin mengikuti hati nalurinya saja dan memastikan Aneesa aman, hingga cukup lama Marcello mengamati keduanya yang mebgobrol dengan serius di tepi kolam renang hingga Marcello merasa sedikit bosan, tetapi tetap bergeming di tempatnya, menunggu kedua orang tersebut membubarkan diri.

Sayangnya sepertinya mereka memang hanya membicarakan pekerjaan dan kecurigannya sepertinya terlalu berlebihan sehingga berniat meninggalkan tempat itu. Tetapi, meskipun bosan Marcello tetap bertahan di tempatnya hingga saat Aneesa menjauh dari Justin untuk menjawab telepon, Justin menyentuh gelas Aneesa dan setelah Aneesa kembali lalu minum dari gelasnya, Aneesa terlihat beberapa kali memegangi pelipisnya sembari menguap kemudian menyandarkan kepalanya di sofa kemudian tidak bergerak sama sekali.

“Selanjutnya kalian bisa memberikan perawatan suportif,” kata Jingyu sembari merekatkan kapas alkohol di kulit Aneesa yang baru saja disuntik.

“Perawatan suportif?” tanya Lyndi yang wajahnya tak kalah pucat dari Aneesa.

Jingyu mengangguk. “Jika Aneesa kedinginan kalian bisa menyelimutinya.” Jingyu berhenti sejenak dan menatap Aneesa dengan serius. “Tetapi, jika di dalam biusnya terdapat obat perangsang, dia mungkin akan kepanasan.”

“Apa yang harus kami lakukan?” tanya Lyndi dengan alis berkerut dalam.

“Bawa dia berendam di air dingin,” jawab Jingyu dan menatap Marcello seolah bimbang.

Kemudian setelah memberitahu beberapa hal yang berkaitan dengan perawatan Aneesa, Jingyu meninggalkan rumah Aneesa. Sementara Marcello masih duduk di samping tempat tidur Aneesa sembari menatap Aneesa dengan rahang yang keras dan di dalam benaknya ingin sekali menghabisi Justin dengan tangannya.

“Dayana bilang, lupakan saja perbuatan Justin,” kata Lyndi lambat-lambat dan tatapannya terhadap Marcello terlihat ragu.

Alis Marcello berkerut dalam mendengar ucapan Lyndi. “Apa yang dipikirkan wanita itu? Apa kehilangan kewarasannya?" geramnya.

“Kau menyerbu rumah Justin dan memukulinya sampai babak belur,” kata Lyndi lalu menghela napas berat. “Kita juga tidak memiliki bukti untuk menuntutnya. Dia justru bisa menuntutmu yang melakukan kekerasan padanya.”

“Aku sudah menyuruh orang untuk mengamankan rekaman CCTV di tempat kejadian,” kata Marcello tanpa menoleh.

Justin Daytona, pria berusia empat puluh tahun itu memiliki pengaruh yang sangat kuat di dunia industri hiburan Hollywood dan orang-orang sangat menghormatinya hingga segan padanya, beberapa desas-desus pernah terdengar jika sebenarnya Justin adalah seorang monster yang kejam dan beberapa kematian penyanyi berhubungan dengannya. Namun, sampai saat ini tidak ada bukti konkret yang menyudutkan Justin sehingga hanya menjadi teori konspirasi yang ditulis netizen di berbagai media sosial.

“Dayana tidak ingin sesuatu mengancam karier kalian,” kata Lyndi sembari duduk di tepi tempat tidur. “Aku tahu kau sangat marah. Aku pun demikian, tetapi kita tidak akan kuat melawannya.”

“Rekaman CCTV di mana Justin memasukkan sesuatu ke dalam gelas Aneesa, dan sampel darahnya, itu sudah cukup untuk menyeretnya ke dalam penjara,” kata Marcello sembari mengangkat wajahnya menatap Lyndi.

Lyndi menggeleng pelan. "Kau benar, Marcello. Tetapi, Justin dan Dayana sudah bicara, Justin tidak akan menuntutmu...."

"Kau pikir aku bersedia bersedia? Bagiku kehormatan Aneesa lebih penting!" potong Marcello dengan tekanan emosi.

“Orang licik akan melakukan segala cara, bahkan membeli hukum,” kata Lyndi dengan sangat halus, berusaha meredakan emosi Marcello, “Marcello, aku tahu keluarga kalian kuat. Tetapi, kita sekarang tidak sedang berada di Spanyol.”

Marcello menelan ludah. Ayahnya adalah anak haram raja Spanyol sebelumnya sementara ibu tiri Aneesa adalah adik dari raja Spanyol yang sekarang berkuasa, meskipun demikian pengaruh mereka mungkin tidak cukup kuat di Amerika serikat.

“Tidak perlu memaksakan diri, yang penting Aneesa tidak dilecehkan dan Justin tidak menuntut atas kekerasan yang kau lakukan,” kata Lyndi seraya tersenyum hambar.

Marcello menghela napas jengkel, masih tidak bisa menerimanya dan hanya menatap Lyndi dengan kesal.

"Marcello, kumohon jangan gegabah, jangan mengambil langkah sendiri," kata Lyndi dan tatapannya seolah memohon.

"Dia hampir saja kehilangan kesuciannya!" geram Marcello.

Lyndi menatap Marcello dengan tegas. "Marcello, jika kita menyeret Justin ke meja hijau, bisakah kita merahasiakan ini dari publik?"

Marcello bimbang mendengar pertanyaan Lyndi. Meskipun bertahun-tahun tidak bertemu Aneesa, tetapi Marcello sangat mengenal Aneesa, gadis itu menyukai panggung yang megah dan glamornya lampu yang menyorotinya, tetapi ia hanya bersedia disorot jika berkaitan dengan karyanya, sementara jika berbicara urusan pribadi Aneesa cenderung tidak bisa mengelola emosinya di depan umum hingga kesulitan bicara.

Marcello menghela napas dengan berat, rahangnya keras, dan berpikir mungkin inilah saatnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • TO GET HER   49. Kebetulan yang Mustahil

    Chapter 49 Kebetulan yang Mustahil “Aku tidak mengerti maksudmu,” ucap Aneesa dengan tenang. Narnia memelintir rambut di samping telinganya menggunakan jari telunjuknya sembari menatap sinis Aneesa, juga senyum malasnya. “Aku banyak menaruh kecurigaan. Marcello sering diam-diam mencuri pandang padamu dan kau sering menghindari tatapan Marcello, tetapi kau juga sering diam-diam mencuri pandang pada Marcello.” “Kecurigaanmu tidak berdasar, kau menuduhku karena cemburu padaku,” ucap Aneesa dengan malas. “Tidak berdasar?” Narnia tersenyum mengejek. "Lalu, apa penjelasanmu? Kenapa kau kembali ke tempat ini?" Sebelah alis Narnia terangkat. "Kau tidak bisa menjelaskannya, kan? Dan mug stitch ini....” Ia menunjukkan layar ponselnya pada Aneesa dan tatapannya tajam penuh kebencian. “Kebetulan yang tidak mungkin!" “Aku tidak memiliki kewajiban memberi penjelasan padamu,” kata Aneesa lalu melangkah. Namun, Narnia menyentuh siku Aneesa dengan lembut. Gerakannya elegan. “Berpura-pura ba

  • TO GET HER   48. Kau atau Aku?

    Chapter 48 Kau atau Aku? Setelah tamu-tamunya meninggalkan tempat tinggalnya, Marcello memasukkan semua gelas ke dalam mesin pencuci peralatan dapur otomatis lalu membereskan semua bungkus makanan, membuangnya ke tempat sampah, dan mengembalikan botol alkohol ke tempat semula kemudian membersihkan meja dengan kain setengah basah. Memastikan kebersihannya seperti semula lalu menekan tombol perintah robot pembersih lantai di ponselnya barulah ia pergi ke kamarnya. Kamar Marcello berada di lantai atas, menghadap langsung ke pemandangan kota Los Angeles. Dinding kaca membentang dari lantai ke langit-langit menampilkan panorama lampu kota yang berkilau di malam hari dan cahaya keemasan di pagi hari yang dapat ia saksikan dengan menggeser tirai otomatis berwarna abu-abu gelap yang bisa menutup semua jendela hanya dengan satu sentuhan. Lantainya dari kayu berwarna gelap dipoles sempurna tanpa karpet, hanya permadani datar di area tengah cukup untuk memberi kesan hangat, tetapi tetap mi

  • TO GET HER   47. Menaruh Kecurigaan

    Chapter 47 Menaruh Kecurigaan Marcello mengambil botol champgne di rak mini bar lalu meletakannya di atas meja. Ketika hendak mengambil botol Bacardi Reserv Ocho, Narnia mendekatnya sembari tersenyum. “Perlu bantuanku?” tanya Narnia. Marcello mengambil botol Bacardi dan memeganginya. “Jika tidak merepotkanmu.” Narnia mengangguk Lalu mendekati kepada Marcello. “Sudah kuduga kau memiliki selera yang sangat baik, kau memilih furnitur dengan sangat teliti dan cermat. Hanya saja penataan ruangan ini....” Narnia berpikir jika penataan ruangan tidak mencerminkan Marcello seutuhnya, tetapi seperti terdapat sentuhan wanita di sana. Namun, Narnia tidak ingin mengungkapkan kecurigaannya demi menghindari ketidaknyamanan dengan Marcello. “Kurasa hanya kurang beberapa sentuhan, mungkin kau perlu menambahkan sebuah lukisan besar di dinding sebelah sana. Lalu agar ruangan ini terlihat bernapas, kau bisa menambahkan beberapa tanaman hijau kecil, dan rak buku,” ujar Narnia. Marcello melet

  • TO GET HER   46. Misi yang Tertunda

    Chapter 46 Misi yang Tertunda Barron merasakan bimbang di dalam benaknya, ibunya adalah seorang yang memegang prinsip kuat kesempurnaan dalam setiap aspek kehidupannya. Bahkan demi kesempurnaan yang menjadi standarnya dalam segala hal, tidak jarang ibunya melakukan tindakan memonopoli sesuatu agar berjalan sesuai standarnya. Seperti saat wanita yang menjadi selingkuhan ayahnya dan anak-anak di luar nikah ayahnya muncul di berbagai portal berita online, ibunya mencoba membungkam media dengan uang. Sayangnya pengguna media sosial tidak bisa dibungkam dan terus menyoroti keberadaan anak-anak haram ayahnya beserta kehidupan wanita-wanita yang dipanggil pelacur oleh ibunya setiap pertengkaran terjadi di rumah mereka. Kata-kata ibunya membuat Barron merasakan hebat di benaknya, antara ingin segera menyatakan cinta pada Aneesa atau Aneesa menunggu momen yang tepat—menunggu ibunya berubah pandangannya terhadap Aneesa. Selama ini Barron beranggapan jika Aneesa cukup layak untuk dirinya

  • TO GET HER   45. Standar Keluarga

    Chapter 45 Standar Keluarga Marcello menggeser posisinya lalu mencondongkan kepalanya ke arah Narnia. “Bagaimana kabarmu?” tanyanya tanpa menoleh. Narnia sesaat terkejut karena Marcello mengajaknya bicara, tetapi kemudian tersenyum untuk menutupi keterkejutannya. “Selamat atas rumah barumu.” Marcello diam-diam melirik Aneesa dan mengangguk pelan. “Sebenarnya aku butuh saranmu—sebagai seorang desainer interior.” Narnia tersenyum senang dan menoleh menatap Marcello yang menghadap ke depan. “Kau serius?” Marcello dengan sangat santai menyadarkan punggungnya ke sandaran bangku dan tersenyum sambil menoleh pada Narnia dan mencuri pandang pada Aneesa. “Tentu saja.” “Kau bisa mengirimkan foto tempat tinggal barumu dan....” “Kurasa, aku perlu merayakannya. Bagaimana jika setelah acara ini berakhir aku mengundang kalian semua untuk merayakannya?” potong Marcello. Narnia menjilat bibirnya, sedikit bingung karena Marcello bukan pribadi yang terbuka selama ini. Bahkan berkali-kal

  • TO GET HER   44. Mengacaukan Rencana Barron

    Chapter 44 Mengacaukan Rencana Barron Tamu-tamu berdatangan dalam suasana balutan gaun dan jas formal, saling bertukar senyum sopan di antara dentingan gelas dan musik jazz yang dimainkan di atas panggung kecil. Aneesa melangkah dengan anggun bersama Narnia yang menggamit lengannya dan semua mata tertuju ke arah mereka, siapa pun pasti tidak menyangka jika seorang penyanyi pop menghadiri acara yang digelar oleh sosialita paling elite di Los Angeles. Di sana Aneesa membalas senyum sopan orang-orang yang menatapnya. Namun, hatinya dipenuhi kebingungan. Seorang gadis berambut hitam berkilau mengenakan gaun putih berpotongan minimalis memegangi gelas berisi champagne melangkah mendekati mereka dengan langkah sangat anggun, juga gerakan tubuh yang elegan, dan senyum yang merekah di bibirnya. “Kau tidak bilang kalau kau datang ke acara ini,” sapa gadis itu dan tatapannya tertuju pada Narnia. Narnia juga tidak menyangka jika Agnes menjadi salah satu tamu undangan di sana, tetapi ia cu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status