Sandi menggaruk kepalanya sambil memikirkan alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan nyonya Lusi. Akhirnya ia menemukan alasan yang tepat untuk menjawab penasaran nyonya Lusi. "Pistol ini aku memungut dari seorang pembunuh yang berada di pesta penyambutan kala itu," jawab Sandi. "Tapi bidikanmu saat menembak tangan pamanmu sebanyak dua kali sangat tepat. Apakah sebelumya kamu ada berlatih menembak?" tanya nyonya Lusi. Sandi menggelengkan kepalanya ia hanya membawa pistol untuk berjaga dan juga untuk menakuti pihak lawan. Tapi berhubung sang paman nekat untuk menjadikan nyonya Lusi sebagi tameng jadinya Sandi mencoba memakai pistol itu. "Jadi begitu mi kejadiannya. Maafkan aku karena membuat mami berpikir terlalu jauh," ucap Sandi. "Kalau begitu kamu tidak boleh membawanya setiap saat karena itu terlalu berbahaya," balas nyonya Lusi. Nyonya Lusi tidak penasaran lagi tentang pistol yang dibawanya. Saat beliau memanggil Ani untuk membantunya kembali ke kamar tiba-tiba nyonya Lus
Sandi mengangkat teleponnya. Suara dari balik telepon itu terlihat sangat panik siapa lagi dia kalau bukan Martin sahabatnya."Sandi dimana kamu sekarang. Apa kamu hidup aku akan segera kesana menjengukmu. Aku dengar kamu terluka apakah betul?" tanya Martin."Kenapa kamu menyumpahiku untuk mati. Kalau sudah mati aku aku tak bisa menjawab teleponmu, ini hanya luka ringan saja kamu tak perlu khawatir," jawab Sandi.Mendengar itu Martin sedikit lega dan menutup telepon untuk segera bekerja lagi. Sandi lega akhirnya tak ada lagi yang mengganggunya ia bisa tidur siang sekarang dengan tenang."Aku butuh istirahat semoga tidak ada yang menggangguku lagi," gumam Sandi sambil merebahkan tubuhnya."Sandi apa kamu baik-baik saja? Aku dengar kamu sedang dikeroyok orang pamanmu!" seru Leon yang buru-buru masuk kamar Sandi.Sandi kesal dan berteriak mengumpat kesal. Ia hanya ingin istirahat tapi kenapa tidak dapat istirahat dengan tenang."Bisakah kalian membiarkanku istirahat dengan tenang dulu. A
Jerri ingin mengejar Joy yang kabur tapi di hadang oleh Sandi dan dia menggelengkan kepalanya. Lebih baik mengurus sisanya dirumah."Jangan kabur kamu!" teriak Jerri."Biarkan saja dia kabur. Aku ingin lihat bagaimana pamanku gelisah tak bisa tidur malam ini," ucap Sandi.Sandi mengangguk lalu mengobrol dengan Rudi dan Jerri dulu. Identitas mereka masih belum boleh terungkap. Sandi meminta Rudi membawa anak buahnya segera pergi dari rumahnya."Rudi bawa pergi orang kita. Aku tak mau identitas kalian ketahuan oleh banyak orang saat ini," bisik Sandi."Baik tuan. Bagaimana dengan jerri?" tanya Rudi."Jerri akan tetap di sini menemaniku. Lekaskah pergi dan segera kontak aku setelah kamu sampai di markas," balas Sandi.Rudi segera memberikan kode agar anak buahnya segera meninggalkan rumah Brawijaya. Martin hampir saja menghajar Jerri tapi dicegah oleh Sandi."Martin jangan sentuh dia. Sekarang dia orangku tadi dia yang menyelamatkanku!" seru Sandi."Maafkan aku Sandi. Aku pikir dia kabur
Jerri menggelengkan kepalanya baginya dia tak pantas untuk minum bersama bosnya. Dia hanya orang rendahan yang dipungut Sandi untuk dijadikan asitennya."Tuan muda maaf saya tidak pantas minum bersama anda," ucap Jerri."Kamu bicara apa. Kamu adalah asistenku sekarang. Minumlah segelas dan kamu boleh istirahat," balas Sandi.Sandi menyerahkan satu gelas wiskey untuk jerri. Lalu Sandi memanggil Ani untuk menyiapkan satu kamar tidur untuk Jerri. Mulai hari ini dia akan menjadi asisten sekaligus pelindung untuknya."Sandi apa kamu yakin menempatkan lelaki yang hampir saja membunuhmu berada di sisimu?" tanya Leon."Tentu saja dia berhutang budi padaku. Bahkan aku menyelamatkan nyawa ibunya. Juga memberi keluarganya tempat tinggal yang layak. Sudah sepantasnya dia membalas jasaku ini dengan baik," jawab Sandi.Martin tetap tidak setuju dengan Sandi. Bisa saja lelaki itu membahayakan hidupnya lagi. Apalagi sekarang dia sudah menyinggung paman yang memang menginginkan nyawanya."Kamu harus t
Dokter mengatakan kalau luka di punggung Sandi beberapa terluka kembali akibat mengeluarkan banyak tenaga tenaga dan terbentur lantai sangat keras."Beberapa luka di punggungnya terbuka kembali dan mengeluarkan banyak darah. Bagaimana kalaian tidak menyadarinya? Beberapa hari ini jangan biarkan tuan muda Sandi melakukan aktivitas fisik yang berat!" seru Dokter."Luka di punggung? Kalau begitu terima kasih Dokter Kami akan menuruti nasehat Dokter," jawab Nyonya Sandi.Dokter juga mengingatkan kalau Sandi mengalami trauma yang sangat dalam tentang pertengkaran. Kejadian ini juga membuatnya syok mungkin kejadian lima tahun lalu teringat kembali dan kepala tuan muda Sandi menjadi kesakitan akhirnya dia pingsan."Jangan lupa biarkan Sandi istirahat dan minum obat secara teratur!" seru Dokter."Aku mengerti kalau begitu bolehkan aku menjenguknya malam ini sebelum tidur biar hatiku tenang?" tanya nyonya Lusi.Dokter mengangguk tapi ia meminta hanya sebentar saja menjenguk Sandi takutnya nyon
Selesai mengganti perban Sandi Ani terpaksa menunggu sampai Sandi terlelap barulah ia akan pergi dari kamar tuan mudanya. Namun apa yang menjadi ekspektasinya terhalang rasa kantuk yang amat berat. Ani tertidur di samping tempat tidur Sandi. Dasar tuan mudanya yang jahil ia memindahkan Ani yang sedang tidur nyenyak itu di atas ranjangnya tepat di sampingnya untuk tidur. "Begini lebih baik bukan? Ada wanita cantik yang menemaniku tidur aku akan lebih nyenyak!" seru Sandi. Sandi memejamkan matanya dan tidur pulas disamping Ani. Hingga keributan di pagi haripun terjadi dan Ani menjadi merasa bersalah sekaligus malu dengan apa yang terjadi padanya. Pagi itu di kediaman Brawijaya artis terkenal Velope yang merupakan wanita dimasa lalu Sandi datang menjenguk Sandi karena mendengar kabar bahwa kediamannya di serang banyak berandalan yang menyebabkan Sandi harus pingsan menghadapi mereka. "Bibi Lusi aku datang khusus untuk menjenguk Sandi di saat jadwal syutingku padat. Aku mohon bibi Lu
Sandi mengatakan dengan tegas kalau Ani bukan wanita rendahan seperti apa yang dikatakan oleh Velope. Ani wanita berpendidikan yang tegas dan tidak akan pernah menggoda lelaki demi kesenangan sesaat."Tutup mulutmu Velope. Setidaknya Ani tidak seperti dirimu yang tidak tahu malu sudah tidur dengan sahabatku masih saja punya muka untuk membuat keonaran di rumahku. Memangnya kamu pikir siapa dirimu?" gertak Sandi sambil menggeser kursi duduk di bangku meja makan."Sa-sandi apa maksudmu aku sama sekali tidak mengerti apa yang kamu maksud," jawab Velope terbata.Sandi menyeringai tipis dan meminta Jerri menjelaskan pada Velope dengan apa yang barusan ia katakan. Jerri membisikkan sesuatu pada nona Velope yang terkenal sebagai artis mahal itu. Bahkan ia memperlihatkan sebuah foto dirinya sedang berpelukan mesra dengan tuan muda Marin di dalam sebuah kamar hotel. Terlihat juga di dalam foto itu busana mereka berceceran di bawah ranjang."Kamu sudah tahu maksud tuan muda Sandi sekarang 'kan
Sandi mendekat ke arah tuan Toni yang duduk di tempat khusus pemilik perusahaan itu. Bangku yang seharusnya menjadi milik Sandi."Bagaimana dengan laporan keuangan yang kemarin aku tanyakan. Lalu penyerangan yang kamu lakukan semalam terhadapku. Apa bisa paman jelaskan?" tanya Sandi."Omong kosong apa yang kamu katakan. Mana mungkin aku mencelakai keponakanku sendiri!" jawab tuan Toni dengan nada tegas.Sandi menyeringai tipis lalu meraih kerah kemeja tuan Toni dan meninjunya sampai lemas. Tuan Toni berteriak memanggil Joy tapi tak kunjung datang. Ia ketakutan akan mati di tangan Sandi."Orang kepercayaanmu itu tidak akan pernah datang karena aku sudah melumpuhkan kakinya!" seru Sandi menakuti pamannya kareba ia juga akan melakukan hal yang sama kepada pamannya."Kau gila Sandi. Kamu bukan Sandi yang kamu kenal apakah kamu adalah orang lain yang menyamar?" tanya tuan Toni.Bugh! Sandi memukul tepat di perut tuan Toni sampai pria paruh baya itu berteriak kesakitan."Paman seorang yang