Nicolas kembali menatap Sandi dengan tatapan penuh dendam. Bisa-bisanya dia mengatakan hal itu padanya padahal ia tahu wanita yang ia cintai adalah Ani. Lalu dia melirik bunga yang ada di tangan Sandi. Dia menertawakan Sandi dalam hati dan mengatakan kalau dia sangat bodoh karena memilih bunga yang tak Ani sukai. Dari segi seperti ini tetap Nicolas pemenangnya."Kamu benar seleraku sangat bagus. Dia menyukai bunga mawar merah ini," balas Nicolas."Syukurlah kalau kamu sangat mencintai tunanganmu. Aku juga sangat mencintai calon istriku. Bunga Aster merah muda ini mewakilinya," ucap Sandi sambil memamerkan bunganya."Apa kamu yakin Ani menyukai bunga model itu?" tanya Nicolas mengejeknya."Aku paham sekali apa yang Ani suka. Karena semua bunga di rumahku dia yang menanamnya," balas Sandi.Sandi melewati Nicolas yang sepertinya kehabisan kata-kata itu. Dia tersenyum penuh kemenangan. Nicolas hanya orang di masa lalu Ani untuk apa dia seperti itu ingin mendekatinya lagi."Satu lagi Tuan
Ani menerima bunga mawar yang di berikan olwh nicolas kemudian membuangnya ke tempat sampah."Terima kasih telah bersedia susah payah mengantar bunga mawar ini untukku. Tapi maaf sepertinya aku tak bisa menerima bunga dari dua pria sekaligus," ucap Ani."Kenapa kamu tega melakukan ini padaku, Ani?" tanya Nicolas.Ani menggandeng Sandi yang ada di sampingnya. Dia menegaskan kalau saat ini Sandi adalah calon suaminya. Yang menemaninya saat susah maupun senang. Sandi secara tegas melamar Ani di hadapan semua keluarga dan sahabatnya.Tak seperti Nicolas yang ingin menjalin hubungan tersembunyi walau sudah bertunangan."Aku mempunyai lelaki yang sangat menyayangiku. Dia adalah, Sandi," jawab Ani."Kalian belum menikah aku juga belum. Aku akan segera menahklukkan hatimu kembali," ucap Nicolas seraya pergi meninggalkan kantor Sandi.Sandi merangkul Ani dengan kuat lalu mengatakan, "Jangan takut, aku akan selalu bersamamu," ucap Sandi."Terima kasih Sandi, ayo kita pulang," balas Ani.Ani dan
Ani menatap tajam wajah tampan Sandi yang sedang cemburu itu. Lelaki itu gantian menatap kesal Ani yang senyam senyum sendiri di hadapannya."Ani kenapa tak memberiku jawaban tapi kamu malah senyum tidak jelas begini!" seru Sandi."Kamu menanyakan hal yang konyol. Mana mungkin aku masih menyimpan rasa pada lelaki yang sudah bertunangan. Sedangkan aku sendiri sudah memilikimu," jawab Ani.Sandi merasa lega saat Ani menjawab pertanyaannya. Ada perasaan lega saat ia mendengar jawaban Ani yang sangat membuatnya bahagia. Ternyata dia juga berarri di hatinya. "Terima kasih Ani, aku sangat ingin bersanding denganmu selamanya," ucap Sandi."Kalau begitu kamu juga harus berjanji padaku hanya aku yang ada di hatimu," balas Ani.Sandi mengangguk pelan. Ia sangat setuju kalau Ani memang saat ini yang ada di hatinya. Sandi sangat mencintai Ani ingin berada bersamanya sepanjang waktu."Ani, aku pastikan hanya kamu yang ada di hatiku. Aku mencintaimu, Ani," ucap Sandi."Aku juga mencintaimu, hati-h
Di satu kawasan elit kota metropolitan berdiri megah kediaman keluarga Brawijaya. Bukan hanya megah dan besar kediamannya. Tapi pengaruh keluarga Brawijaya terhadap perekonomian, politik bahkan kekuasaan di negara tersebut sangat besar kala itu. Suatu ketika teragedi besar bertubi-tubi menimpa keluarga Brawijaya.“Kalian Harus berhasil membunuh Brawijaya juga menyingkirkan si tuan muda idiot itu,” ucap tuan Toni Brawijaya.“Baik tuan, akan saya laksanakan perintah anda,” balas anak buah tuan Toni Brawijaya.Tuan besar Brawijaya sebagai kepala keluarga yang paling disegani meninggal. Putra sulung yang digadang sebagai pewaris perusahaan keluarga tersebut Menghilang. Semenjak berbagai urusan perusahaan yang tergabung dalam Brawijaya grup di pegang oleh tuan Toni Brawijaya. Semakin hari kejayaan dari perusahaan yang didirikan mendiang kakaknya kian meredup. Tuan Toni Brawijaya tidak mampu mengelola bisnis besar yang didirikan dengan jerih pa
Asisten tuan Toni Brawijaya menghadap setelah tuannya memangil, “Saya sudah menyipakan seseorang yang sudah saya latih untuk melenyapkan tuan muda saat pesta perjamuan besok malam tuan,”Mendengar laporan sang asisten tuan Toni Brawijaya tersenyum penuh kemenangan karena sebentar lagi sang keponakan akan segera lenyap di depan matanya. Dia juga sudah menyiapkan kata-kata ungkapan sedih atas kematian sang keponakan.“Bagus kalau begitu aku sudah tak sabar menanti hari esok,” ucap tuan Toni dengan tawanya yang menggelegar.“Saya pamit undur diri tuan,” balas sang asisten.Hari yang sudah ditentukan untuk menyambut tuan muda dari keluarga Brawijaya yang telah lama hilang akhirnya datang juga. Terlihat para tamu undangan yang menghadiri pesta tersebut adalah kalangan pengusaha kelas atas, tokoh penting Negara juga para sosialita yang ada di Negara ini. Sajian menu makanan mewah khas kalangan atas serta alkhohol berharga tin
Sandi mengantar Nyonya Lusi dan nona Sonia ke kamarnya untuk istirahat. Keadaan pesta sudah kacau makan pestapun dibubarkan demi keselamatan semua tamu undangan. Semua ini membuat Nyonya Lusi kecewa karena orang yang ingin mengahncurkan keluarganya tidak sabar untuk menghabisi putra yang dicintainya. Sandi duduk di samping Nyonya Lusi untuk menenangkan hatinya yang sudah pasti kecewa dengan kekacauan pesta yang dibuatnya.“Mami tidak perlu khawatir. Aku akan membereskan kekacauan ini dan tidak akan melepaskan pelaku dibaik kekacauan malam ini,” ucap Sandi dengan tegas.“Kamu baru saja kembali, tapi mereka sudah tidak sabar. Kamu harus berjanji pada mami, tetaplah hidup apapun yang terjadi!” seru Nyonya Lusi.Nyonya Lusi memang bersedih sekarang. Tapi menangis tidak ada gunanya, dalang dibalik kematian suami juga kerusuhan pesta malam ini pastilah orang yang dekat dengan keluarganya. Beliau meminta Sandi untuk segera menemukan orang itu. Sudah membunuh suaminya juga berusaha menyingkir
Terlintas samar-samar ingatan Sandi tentang sosok tiga lelaki muda di bingkai foto yang dipegang olehnya.Sandi kembali mengigat ingatannya yang lalu saat berada di bangku kuliah bersama tiga temannya. Dalam ingatannya dia dan ketiga pemuda itu sering bercanda bersama, berpesta ke club malam, karaoke bersama ditemani para wanita cantik tentunya. Ingatan yang muncul membuat Sandi mual ingin muntah. Tak kuat lagi mengingatnya Sandi memutuskan untuk berhenti mengingat masa lalunya yang ia rasa cukup menjijikkan.Setiap kali Sandi mencoba mengingat masa lalunya, rasa mual atau muntah akan terasa bahkan sampai pinsan. Sakit yang Sandi rasakan adalah salah satu rasa sakit yang di deritanya sejak ia mengalami kecelakaan di laut saat itu.“Kak, apa yang terjadi denganmu?” tanya Sonia ketakutan karena melihat Sandi yang kesakitan sambil memegangi kepala.“Kakak!” seru Sonia sembari menampar perlahan pipi kakaknya, yang kemudian membuat Sandi Sadar, nafasnya terengah-engah seakan habis berlari
Suasana di ruangan yang pencahayaannya kurang terang itu semakin menakutkan. Udara yang pengap karena tidak ada ventilasipun ikut menyelimuti. Mata Sandi samar-samar melihat raut wajah ketakutan yang jelas dari seseorang yang mencoba menikamnya tadi. Wajahnya pun ikut memucat tatkala Sandi mengancam pria itu dengan sebuah keluarga.“Ini semua tak ada hubungannya dengan keluargaku. Jangan libatkan mereka,” jawab pria yang belum diketahui nama da nasal usulnya itu.“Siapa yang menyuruhmu?!” bentak Sandi yang kesal karena pria yang mencoba mencelakainya masih enggan menyebut siapa dalang dibalik semua ini.“Srakkkk…”. Suara belati tersayat pada tubuh sang penikam dan darah kembali keluar dari tubuh pria itu.“Ahhhh!” jeritan kesakitan dari pria yang terikat tangannya itu kembali menggema di ruangan gelap nan pengap itu. Sandi mendekatkan wajahnya ke pembunuh bayaran yang masih amatir itu dan bertanya siapa namanya.“Je-jeri tuan,” ucapnya terbata sambil menahan kesakitan pada tubuhnya. B