Share

Memanfaatkan Jerri.

Nyonya Lusi dan Sonia segera mendatangi sumber suara. Mereka juga memapah Sandi ke kamarnya mereka melihat Sandi memegangi kepalanya yang terlihat sangat kesakitan.

"Apa yang terjadi sebenarnya Velope?" tanya nyonya Lusi.

"Aku menceritakan saat pertama kali Sandi hilang tapi tiba-tiba Sandi memegangi kepalanya dan berteriak kesakitan. Tante ini semua salahku aku mau tinggal di sini dan merawat Sandi. Aku takut terjadi apa-apa dengan Sandi," jawab Velope.

Dokter yang dipanggil oleh keluarga Brawijaya sudah datang dan memeriksa Sandi. Pria tampan itu sudah tenang dan Dokter menyarankan untuk istirahat.

"Nyonya Lusi, tuan muda tidak boleh banyak berpikir dulu. Saya rasa di mencoba mengingat segalanya tentang hidupnya dulu. Jadi aku peringatkan pelan-pelan saja menceritakan masa lalunya," ucap Dokter.

"Aku mengerti Dokter," balas nyonya Lusi sembari mengucapkan terima kasih.

Dokter menyarankan jangan mengganggu dulu tuan muda beberapa saat. Biarkan dia istirahat dengan tenang, Dokter juga sudah memberinya obat pereda nyeri untuknya.

Sonia menatap Velope dengan kebencian dia menuding wanita itu sengaja menggoda kakaknya dan menuntut untuk segera mengingat siapa dia atau menunjukkan kalau wanita itu ingin sekali menjadi pendamping kakaknya.

"Begitu tidak sabaran ingin menjadi keluarga Brawijaya ketika kakakku kembali. Memangnya kamu pantas menjadi kakak iparku?" hardik Sonia.

"Aku tidak bermaksud seperti itu Sonia. Aku hanya menceritakan betapa aku terpukul saat Sandi dinyatakan hilang," balas Velope.

Sonia menilai itu hanya alasan Velope saja. Siapa yang tak tahu kalau Velope selalu mengejar cinta Sandi. Putra seorang kolongmerat di kota metropilitan ini. Terjadi adu debat antara Sonia dan Velope namun nyonya Lusi melerai mereka karena akan memperburuk suasana.

"Velope kamu bisa pergi sekarang. Biarkan putraku istirahat kondisinya belum pulih sempurna," ucap nyonya Lusi.

"Tante aku ...," kata Velope lirih.

"Sudahlah pulanglah dulu. Sandi butuh waktu istirahat yang banyak!" seru nyonya Lusi.

Velope mengalah pergi meninggalkan kediaman keluarga Brawijaya membawa hati yang pedih karena merasa di usir dan tak diterima oleh orangtua dan adik Sandi. Padahal ia masih ingin bersama Sandi lebih lama lagi tapi sepertinya waktu sedang tidak memihaknya.

"Apa wanita itu sudah pergi?" tanya Sandi.

"Kakak untuk apa kamu keluar kamar istirahatlah sesuai anjuran Dokter. Kami sudah mengusir wanita itu!" seru Sonia khawatir pada kakaknya.

Sandi tersenyum lalu mengajak Sonia dan Nyonya Lusi bercengkrama bersama di kamarnya sambil minum teh manis.

Sandi bertanya siapa yang mengabari pertama kali kalau ada penyerangan di kapal pesiar yang ditumpanginya bersama dengan tuan Brawijaya.

"Kalau tidak salah ingat yang mengabari kami adalah orang dari kediaman pamanmu," jawab nyonya Lusi.

"Lalu apakah pamanku itu menderita cedera atau sejenisnya mi saat polisi berhasil menemukan kapal?" tanya Sandi lagi.

Seingat nyonya Lusi hanya Toni adik iparnya yang sama sekali tidak memiliki luka parah di sekujur tubuhnya bahkan menurut nyonya Lusi, adik iparnya itu seperti sehat saja saat kembali memakamkan sang suami.

"Aku juga ingat kalau paman hari itu tidak memiliki bekas luka yang tajam," jawab Sonia.

"Jadi apa kamu juga lihat wajah kesedihan pamanmu saat berada di makam papi?" tanya Sandi lagi.

Sonia maupun nyonya Lusi tak sempat melihat seperti apa wajah Toni. Karena mereka sangat terpukul satu sisi tuan Brawijaya meninggal sedangkan Sandi dibilang meninggal mayatnya pun tidak ada ditemukan.

"Sandi jangan banyak berpikir dulu, istirahatlah mami tidak mau kamu menderita karena memikirkan hal yang tak berguna. Apa kamu mencurigai pamanmu?" tanya nyonya Lusi yang langsung mengingatkan Sandi kalau sang paman adalah orang yang sangat berbahaya.

"Mami jangan takut aku hanya sedang menganalisa, kalau begitu cukup di sini dulu pembicaraan kita. Sandi ingin istirahat dan sore nanti akan berolahraga sebentar," jawab Sandi sambil menyesap tehnya.

Nyonya Lusi mengedipkan mata ke Sonia agar mengikutinya keluar kamar Sandi. Beliau ingin sang putra istirahat dengan tenang. Sandi tidak sepenuhnya hilang ingatan tapi dia hanya berpura-pura agar apa yang ia rencanakan untuk menguak dalang pembunuhan orang yang ia cintai terkuak.

Krieettt ... Sandi membuka pintu rumah dimana ia mengurung Jerri.

"Tuan apa kamu bisa membiarkanku bertemu dengan ibu dan keluargaku. Aku takut mereka akan khawatir karena tak melihatku beberapa hari," mohon Jerry sambil bersujud.

"Hmm aku memang sedang membutuhkan pertolonganmu!" seru Sandi sambil tertawa.

Sandi meminta Jerry untuk segera mandi dan memakai baju yang telah di siapkan oleh pelayannya. Tidak mungkin membiarkan Jerri memakai baju yang di gunakan pertama kali saat seseorang menyuruhnya untuk membunuh Sandi.

"Apa luka di tanganmu sudah sembuh?" tanya Sandi.

"Belum sembuh total tapi sudah tidak terasa sakit," jawab Jerri.

Sandi memberitahukan rencana yang ia akan lakukan bersama Jerri. Hari ini Sandi berencana memindahkan rumah sakit dimana ibu Jerri di rawat. Juga memindahkan tempat tinggal anak dan istri Jerri ke tempat yang aman.

"Jerri kamu lebih baik jadi asistenku saja. Aku bisa memberikanmu gaji yang layak," pinta Sandi.

"Ta-tapi tuan muda apa aku pantas menjadi asistenmu. Aku hampir saja membunuhmu," jawab Jerri terbata.

Justru itu jika Sandi menjadikan Jerri sebagai asistennya mungkin orang yang menyuruhnya akan menampakkan batang hidungnya. Atau secara tidak langsung akan datang kepada Jerri dengan banyak ancaman karena nyawa sang ibu ada di tangan mereka. Dari memanfaatkan Jerri mungkin Sandi akan mendapatkan banyak petunjuk.

"Aku percaya padamu Jerri kamu pantas menjadi asistenku. Sekarang ayo pindahkan keluargamu ke tempat yang aman," ajak sandi.

"Ba-baik tuan terima kasih banyak," jawab Jerri masih tak percaya dia menerima keberuntungan.

Selesai memindahkan keluarga Jerri ke tempat yang mungkin tidak akan dapat di temukan oleh segerombolan orang yang sebelumnya meminta Jerri melakukan pembunuhan terhadap Sandi. Mereka berdua menuju tempat orang-orang berlatih ilmu bela diri. Tempat itu terasa asing bagi Jerri.

"Tuan Sandi untuk apa kita ke sini?" tanya Jerri.

"Melatihmu bela diri karena untuk menjadi asistenmu kamu mungkin harus memiliki keahlian ini," jawab Sandi.

Beberapa orang menundukkan kepalanya memberikan salam kehormatan untuk Sandi. Jerri semakin tak mengerti sebenarnya tempat apa ini. Dari luar seperti rumah pengemis, terletak di jalanan yang sulit di jangkau orang tapi dalamnya memiliki halaman yang luas dan juga beberapa aksesoris yang mewah.

"Selamat datang tuan muda, apakah anda membawa orang untuk di latih hari ini?" tanya pemuda bernama Rudi.

"Kamu latih dia dengan benar karena dia akan menjadi asistenku di perusahaan kedepannya," jawab Sandi.

Rudi menunduk dan membawa Jerri ke sebuah lapangan luas yang sudah banyak orang berlatih ilmu bela diri. Jerri mengganti pakaian dan berlatih gerakan dasar bersama mereka.

"Tuan apa tuan yakin akan menjadikan dia sebagai asisten. Aku dengar dia adalah orang yang mencoba membunuhmu di pesta penyambutan?" tanya Rudi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status