Share

Wanita di masa lalu Sandi

Ani menggelengkan kepalanya ia hanya mempersilahkannya untuk menunggu di ruang tamu. Ani menyebutkan ciri-ciri wanita yang datang ingin menemui Sandi. Mendengar ciri-ciri yang disebutkan Ani, Leon langsung siapa dia dan langsung merangku Sandi kalau itu adalah gadis yang diceritakan oleh Martin tadi.

“Sandi sepertinya gadis itu adalah yang dimaksud oleh Martin tadi. Seseorang yang mencintaimu dan selau menunggu kepulanganmu!” seru Leon.

“Aku tidak ingat siapa dia. Terlalu banyak wanita cantik disekelilingku,” jawab Sandi.

“Kalau begitu ayo kita ke ruang tamu apakah kamu masih bisa menolak kecantikan gadis yang datang khusus hanya untuk menemuimu itu,” ajak Martin sambil menggandeng Sandi ke ruang tamu.

Di ruang tamu terlihat seorang wanita cantik dengan kaki jenjang memakai dress sexy dengan belahan di paha memperlihatkan paha mulusnya. Lelaki mana yang tak terpesona dan hasratnya memuncak melihat wanita itu. Tapi tidak dengan Sandi yang hasrat menikmati wanita cantiknya sudah meredup.

“Sandi itu adalah Velope sang model papan atas yang setia menunggumu sampai detik ini. Apa kamu merasa terharu gadis secantik yang berprofesi sebagai model terkenal itu menunggumu Sandi?” tanya Leon.

“Ambil saja kalau kamu mau Leon. Aku juga ingat kalau Martin menaruh hati padanya,” jawab Sandi.

“Aku terus mengejarnya tapi dia tetap tak menerima hatiku yang tulus ini,” balas Martin.

Sandi menertawakan Martin mana ada seorang penggila wanita sepertinya bisa ditolak cintanya oleh seorang wanita. Seorang perwira sepertinya tidak bisa menahklukan satu hati wanita cantik itu sungguh mustahil dan sulit dipercaya. Bukankah dia adalah seorang menantu idaman para mertua yang gila jabatan.

“Sandi … Benarkah itu kamu? Aku tidak bermimpi sedang bertemu lagi denganmu ‘kan?” tanya perempuan beramput panjang hitam legam itu sembari memeluk Sandi.

Sandi masih terpaku karena hatinya sudah mengeras dan tidak bisa sembarangan menaruh hasrat pada wanita lagi. Wanita cantik itu mengeluarkan Kristal bening dari matanya menumpahkan segala kebahagiaan di dalam pelukan Sandi Brawijaya lelaki yang dicintainya bertahun-tahun namun bertepuk sebelah tangan.

“Baju bisa basah jika kau terus menangis dalam pelukanku,” ucap Sandi sambil mengusap rambut Velope.

“Aku bahagia karena akhirnya aku bisa memelukmu kembali. Sandi kamu sungguh pria brengsek kenapa kamu bisa menghilang secara mendadak meninggalkan kami semua?” tanya Velope sambil mengelap air matanya.

Jika tidak ada yang mencoba membunuhnya waktu menikmati liburannya di atas kapal pesiar di sekitar pulau dewata waktu itu dan memukulinya hingga hampir mati dan tak sadarkan diri serta di buang ke pulau bernama Tabuhan. Bagaimana mungkin ia bisa menghilang dan meninggalkan mewahnya kehidupan yang ia jalani.

“Itu tidak penting lagi, yang penting sekarang aku sudah kembali dan akan membalaskan dendam kepada siapa saja yang terlibat dalam kematian papiku,” jawab Sandi dengan nada tegas dan penuh keberanian.

“Aku akan membantumu kawan,” ucap Leon dengan penuh semangat juga.

Martin mendekati wanita yang dicintainya itu. Dia memang sudah lama tidak bertemu degannya, “Apa kabar Velope, sudah lama kita tidak berjumpa kamu semakin cantik saja,”

“Kamu memang pandai merayu Martin. Aku sehat-sehat saja seperti yang kamu lihat,” jawab Velope yang masih memperlihatkan wajah bahagianya.

Sandi mengajak semua sahabatnya termasuk Velope untuk masuk ke dalam rumah. Sepertinya mengobrol didalam rumah sambil minum teh dan menikmati beberapa camilan.

“Sandi kebetulan ada operasi yang harus aku tangani siang ini. Maafkan aku harus kembali ke rumah sakit,” pamit Hazel.

“Aku juga ada keadaan darurat yang harus aku selesaikan. Anak buahku membutuhkan ku di lapangan, aku harus pamit juga,” ucap Martin.

“yah aku juga ada meeting di perusahaan, Sandi aku juga pamit ya,” sahut Leon sambil melambaikan tangannya bersiap untuk meninggalkan kediaman Brawijaya.

Hanya Velope yang tinggal di kediaman Brawijaya ia masih rindu dengan kehadiran Sandi. Walaupun Sandi terlihat acuh tak acuh padanya dan seperti orang asing. Velope yakin suatu hari nanti Sandi akan membuka hati untuknya.

“Apa kamu tidak ada pekerjaan sehingga masih duduk manis di rumahku?” tanya Sandi dengan ketus.

“Aku masih merindukanmu Sandi. Apakah kamu tidak ingat bagaimana kita menghabiskan waktu bersama saat itu. Sandi tahukah kamu bagaimana aku khawatir saat kamu tidak kunjung ditemukan,” jawab Velope.

Sandi hanya terkekeh mendengar apa yang diucapkan Velope. Ditelinganya bagaikan rayuan wanita jalang yang tak berarti. Sandi mengambil botol wiskhey dan menuangnya pada gelas dan meneguknya sekali habis.

 “Mana aku tahu apa yang kamu rasakan,” jawab Sandi sehabis meneguk wiskhey miliknya.

“Kamu memang tidak tahu karena aku yang merasakannya. Siang begini jangan minum wiskhey,” balas Velope sambil merebut botol wiskhey milik Sandi.

“Tidak sampai mabuk. Aku hanya meminumnya segelas untuk merangsang panas tubuh.” Sahut Sandi lalu duduk di sofa dan disusul Velope duduk bersamanya.

Velope menceritakan tentang usahannya mencari Sandi. Harapan dan doa terus ia panjatkan agar pria pujaan hatinya segera ditemukan. Velope juga pernah putus asa saat Sandi tidak kunjung ditemukan.

Velope masih ingat pencarian hari pertama menggunakan kapal ferry buatan terbaru yang di sediakan oleh keluarga Brawijaya. Saat itu dunianya terasa runtuh saat mendengar kabar kapal pesiar yang ditumpangi oleh Sandi dan keluarganya diserang oleh kelompok musuh dan menyebabkan tuan Brawijaya meninggal ditempat sedangkan Sandi mayatnya tidak ditemukan.

Rute-rute pencarian ditentukan oleh para ahli dari tim gabungan SAR, menjadi pedoman team pencari dari pihak pemerintah maupun dari tim khusus yang di sewa oleh keluarga Brawijaya. Suasana hari itu sungguh menegangkan penuh dengan kesedihan.

Velope bersama team SAR, keluarga Brawijaya serta ketiga sahabat Sandi terus berusaha mencari keberadaan Sandi jika meninggal semoga mereka bisa menemukan jasatnya.

Wanita ini membuatku kesal, lebih baik minum wiskhey daripada mendengar bualannya,” ucap Sandi dalam hati.

“Kamu tidak mendengarkan apa yang aku ceritakan dan hanya menikmati Wiskeymu saja!” gertak Velope karena kesal ia ingin mencari muka di depan Sandi dan berharap ia akan jatuh dalam pelukannya namun sepertinya sia-sia.

“Aku mendengarkan ceritamu siapa tahu aku menemukan sebuah petunjuk ada seseorang yang berpura-pura sedih aku meninggal padahal mereka sangat gembira dengan kematianku. Saking serunya ceritamu aku tak dapat menghentikan minumku,” ucap Sandi.

Sandi menuangkan wiskhey dalam gelas lagi. Tapi Velope menghalanginya agar Sandi tidak melanjutkan minum minuman beralkhohol itu lagi. Sandi merasa risih dengan kehadiran Velope tapi dari ceritanya barusan saat mendengar kabar menghilangnya dirinya membuatnya tersentuh dan juga merasakan kejanggalan.

Bagaimana kabar kapal yang terserang oleh sekelompok musuh begitu cepat terdengar sampai pihak keluarga? Apakah memang sudah ada yang merencanakan penyerangan di kapal pesiar yang ditumpangi oleh keluarga Brawijaya? Lalu siapa yang menerima kabar itu pertama kali? Begitu banyak yang hal yang dipikirkan Sandi saat ini membuat kepa;anya sakit dan berteriak sambil memegangi kepalanya.

"Tolong ... Siapapun tolong panggil Dokter Sandi sedang kesakitan sambil memegangi kepalanya!" seru Velope dengan suara panik.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status