Xuan Li menyeringai tipis, matanya menajam. Makhluk itu bukan binatang roh biasa. Aura yang memancar dari tubuhnya pekat, seperti kabut racun yang menekan langit. Nafasnya berat dan berdengung seperti gong perang dari kedalaman bumi."Binatang Azura…" bisik Xuan Li. "Kristalnya akan mempercepat pemulihan inti jiwaku."Makhluk yang tersembunyi di balik kabut itu berdiri tegak. Tingginya tiga kali manusia dewasa, tubuhnya seperti gabungan serigala dan ular. Kulitnya bersisik logam, bercahaya ungu samar. Tatapan matanya tajam, tak memperlihatkan rasa takut sedikit pun, ia adalah penguasa liar di dataran kelam ini.Xuan Li perlahan berdiri dari posisi duduknya, memutus jaring segel spiritual yang tadi ia bentuk.Mo Xiang mendongak, alisnya mengernyit. "Kau mau menghadapi itu sendirian?""Tak sendirian," jawab Xuan Li. Ia memberi isyarat pada serigala hitam dan binatang-binatang roh lain yang telah tunduk padanya."Kau tetap di sini," lanjutnya pada Mo Xiang. "Jika aku gagal, larilah ke ar
Kabut tebal menggulung seperti ular di antara langit dan daratan yang melayang. Di tempat seterpencil ini, di titik paling kelam Alam Luar, kematian terasa lebih dekat dari napas sendiri.Namun Xuan Li tetap berdiri di sana.Dataran terapung itu tak besar, namun cukup stabil untuk berpijak. Di sekelilingnya, binatang roh mulai muncul dari balik kabut. Mata-mata mereka menyala tajam, liar, dan penuh aura haus darah.Dari burung hitam bermata tiga yang melayang tanpa suara, hingga serangga bersisik baja sebesar kerbau yang bergetar dengan frekuensi rendah, semua mengintainya.Tanpa memperlihatkan rasa gentar, Xuan Li mengangkat tangan kanannya.Cahaya spiritual memancar sejenak. Cincin penyimpannya bergetar, dan sesosok makhluk muncul dari dalamnya: serigala hitam raksasa, tubuhnya besar, bulu gelapnya bergelombang seperti bayangan. Makhluk itu memandang sekeliling lalu menggeram pelan, memperlihatkan taring panjangnya.Namun, ia tidak menyerang.Serigala itu langsung menunduk, tubuhnya
Debu belum sepenuhnya mengendap di reruntuhan aula alkimia ketika Xuan Li menghilang. Tanpa jejak, tanpa suara. Tubuh gioknya telah mengamuk, dan langit telah mencatatnya. Ia tahu waktunya tidak banyak.“Aku harus pergi,” ucapnya pelan pada dirinya sendiri saat ia melewati bayangan-bayangan benteng yang mulai runtuh.Aura tubuhnya masih menguap, hitam keunguan, meski samar. Bila satu saja dari tetua tertinggi Alam Iblis mencium sisa kekuatan itu, pengejaran tak akan berakhir.Xuan Li bergerak cepat. Dalam hitungan jam, ia kembali ke kota kedua, tempat ia meninggalkan Mo Xiang. Penginapan sudah sepi. Sebagian besar warga kota mengungsi setelah peringatan bahaya tertinggi diumumkan.Mo Xiang duduk di jendela lantai dua, menatap langit yang masih berwarna merah gelap.Begitu Xuan Li masuk ke dalam kamar, gadis itu menoleh.Keduanya bertemu pandang sejenak. Tidak ada kata-kata.Mo Xiang hanya melihat kabut gelap yang masih melingkar di bahu Xuan Li. Ia tahu, pertarungan itu bukan main-mai
Kegelapan belum sepenuhnya surut saat Ning Jue membuka matanya di lorong bawah tanah. Sejenak ia menahan napas, menajamkan perasaannya. Aura Lu Sha yang biasanya stabil dan pekat, kini hanya menyisakan jejak samar yang mulai memudar, seperti luka yang tak berdarah, tapi menyakitkan.“Lu Sha… mati?” gumamnya perlahan, matanya menyipit.Ia melangkah cepat ke arah aula alkimia. Setiap langkahnya membuat hawa di sekitarnya bergetar, membuat udara terasa kaku dan berat. Saat ia tiba di ambang pintu aula, yang tersisa hanyalah ruang kosong dan bekas formasi yang hangus terbakar dari dalam. Pilar Jiwa di tengah ruangan masih berdenyut, lebih cepat dari biasanya.Satu keping giok merah bersinar redup di pojok ruangan. Ning Jue hanya perlu satu lirikan untuk tahu bahwa itu bukan jimat biasa. Itu adalah segel jiwa.“Wu Yu…”Suara geramnya bergema di seluruh koridor.Tanpa membuang waktu, Ning Jue mengangkat tangan dan melepaskan sepotong jimat hitam ke udara. Dalam sekejap, lima pilar cahaya
Sejak pertama kali Lu Sha melangkah masuk ke aula malam itu, Xuan Li tahu, ada yang berubah.Tatapan iblis itu lebih tajam dari biasanya. Senyumnya lebih lambat, lebih dalam. Tangannya yang biasa santai kini meremas gagang pedang pendek yang tergantung di pinggangnya. Meski ruangan dingin, keringat tipis membasahi lehernya.Xuan Li berpura-pura tidak memperhatikan. Ia tetap duduk bersila di depan meja alkimia, menyusun beberapa bahan seolah sedang bersiap untuk eksperimen berikutnya.“Pil itu… menarik,” kata Lu Sha lirih. “Strukturnya rumit, seperti ada sesuatu yang sengaja disembunyikan.”Xuan Li tetap tenang. “Aku hanya meracik berdasarkan bahan yang kalian beri.”Lu Sha berjalan perlahan ke arah Pilar Jiwa. Ia menyentuh permukaan batu itu dengan jari, lalu memutar tubuhnya. “Kau tahu, aku pernah bertemu satu manusia alkemis lain sebelum kau datang. Pintar sekali… sampai akhirnya kami tahu dia menyimpan sesuatu. Entitas. Parasit. Jiwa asing.”Langkah Xuan Li terhenti.“Ia tahu.”“D
Aula alkimia ras iblis tidak pernah benar-benar hening. Sekalipun tidak ada suara, hawa di dalamnya seperti dipenuhi bisikan. Batu-batu hitam berukir rune menggantung di langit-langit, memancarkan cahaya suram kehijauan yang menciptakan bayangan tak wajar di dinding.Xuan Li berdiri di tengah ruangan bundar. Di hadapannya, tiga iblis pengawas mengawasi dengan tatapan penuh pertimbangan: Ning Jue yang tenang tapi mencurigakan, Lu Sha dengan senyum dingin yang terlalu lebar, dan seorang iblis berkulit abu-abu pucat dengan mata kosong, dikenal sebagai Pengamat Pilar.Di tengah aula berdiri Pilar Jiwa — monolit batu hitam menjulang sampai ke langit-langit. Di sekelilingnya terdapat delapan kursi meditasi berbentuk teratai hitam.“Tempat ini akan menjadi laboratoriummu, Wu Yu,” kata Ning Jue dengan nada tenang. “Kami takkan ikut campur... selama kau tidak melenceng dari maksud kami.”Xuan Li menatap pilar itu, lalu kursi-kursi teratai di sekitarnya. Ada sesuatu yang aneh dari udara di sin
Langit Kota Kedua tetap suram. Kabut abu-abu menutupi atap-atap batu. Tidak ada matahari di sini, hanya tekanan samar dari langit gelap yang seolah mengintai setiap gerak makhluk di bawahnya.Begitu Xuan Li dan Mo Xiang keluar dari pusaran dimensi, keduanya langsung menuju penginapan kecil yang sebelumnya mereka tinggali. Tidak ada kata yang keluar selama perjalanan, hanya langkah kaki dan napas yang belum sepenuhnya tenang.Begitu pintu kamar tertutup rapat, Mo Xiang langsung memecah keheningan.“Kakak Wu Yu… kau sungguh akan datang ke tempat mereka tiga hari lagi?” Suaranya pelan, tapi tegang. Sorot matanya mencerminkan rasa takut yang tak bisa disembunyikan.Xuan Li duduk di sisi ranjang. Ia tidak langsung menjawab. Kepalanya sedikit menunduk, seperti mempertimbangkan sesuatu yang terlalu berat untuk diucapkan.“Iya,” katanya akhirnya. Satu kata, tegas, tanpa ragu.Mo Xiang membeku. “Tapi mereka... mereka bukan orang biasa. Ras iblis itu… mereka memperlakukan manusia seperti bahan
Langkah Xuan Li dan Mo Xiang baru saja melewati gerbang batu Aula Awan ketika hawa di sekitarnya berubah. Tidak drastis, tapi cukup tajam bagi seorang kultivator untuk langsung waspada.Suara tapak kaki datang dari belakang. Berat. Terukur.Xuan Li berhenti, tubuhnya tetap menghadap ke depan, tapi telinganya menajam. Di belakang mereka, seorang pria berdiri di seberang jalan sempit yang dibatasi dinding-dinding batu hitam.“Jangan panik,” gumam Xuan Li pelan pada Mo Xiang. Lalu ia perlahan membalikkan badan.Pria itu berpostur tinggi, dengan jubah hitam menyelimuti tubuhnya. Wajahnya tampak tenang, tapi mata yang sempit dan menyala keunguan memancarkan sesuatu yang tidak ramah. Seolah-olah ia melihat dua binatang percobaan yang baru keluar dari kandang.“Tidak biasanya ada wajah asing berkeliaran di pagi seperti ini,” ucap pria itu tanpa senyum.Suara pria itu berat, namun terkontrol. Tidak lantang, tapi menggema samar di antara bangunan batu di sekitar mereka.Xuan Li tidak menjawab.
Malam itu mereka tidak banyak bicara. Setelah percakapan singkat di kamar penginapan itu, keduanya tenggelam dalam keheningan.Xuan Li duduk bersila di dekat jendela, memejamkan mata dan menarik napas panjang. Energi spiritual di dimensi ini, meski mengandung aroma iblis yang tajam, tetap bisa diserap olehnya. Bahkan lebih mudah meresap dibandingkan energi alam dunia manusia.Ia memfokuskan aliran itu menuju dantiannya, membiarkan kekosongan dalam tubuhnya perlahan terisi kembali.Mo Xiang duduk tidak jauh darinya. Meski postur meditasinya belum sempurna, ia berusaha keras meniru Wu Yu. Wajahnya masih menyimpan kecemasan, tapi napasnya mulai tenang. Ia sadar, tempat ini bukan tempat yang bisa dilalui hanya dengan semangat dan keberanian.Waktu berlalu. Malam berganti.Keesokan harinya, cahaya tidak pernah benar-benar muncul. Dimensi iblis tidak mengenal terang. Tapi langit yang semalam pekat seperti tinta kini agak memudar, cukup untuk disebut pagi. Lampu kristal spiritual di sepanjan