Sebulan kemudian, di luar dugaan Adam lebih cepat pulih pasca operasi. Dia pun mulai beraktifitas seperti biasa. Dalam sebulan itu Selina memperoleh progress dalam pencarian ibu kandungnya. Ada yang menyebutkan sang ibu berada di daerah Jakarta pusat, tinggal di sebuah apartemen kelas menengah. Namun Selina belum bisa menyambanginya. Dia sedang menunggu waktu yang tepat karena sibuk urusan sekolah.Di sudut ruang tamu kini keluarga Ustaz Bashor berencana akan mengadakan syukuran atas kesembuhan Mohammad Adam Husain di masjid di mana pesantren keluarganya berada. Masjid megah itu pula yang sering dipakai kajian oleh para ustaz yang masih memiliki ikatan keluarga dengan Ustaz Bashor.Pesantren itu dulunya didirikan oleh kakeknya Ustaz Bashor lalu diturunkan ke ayahnya. Karena keduanya telah meninggal pondok pesantren dikelola oleh Ustaz Bashor dan kedua adiknya dibantu menantu adik-adiknya. Namun karena Ustaz Bashor yang paling tua sehingga dia menjadi pemimpin pesantren itu.“Jadi, sia
“Abah, rajin amat jenguk Adam. Adam saja sudah sembuh,” seru Ummi Sarah pada Ustaz Bashor.Mereka pun keluar menyambut kedatangan Mahendra.“Assalamualaikum, Ustaz dan Ummi!” seru Mahendra langsung mencium tangan Ustaz Bashor.“Waalaikumsalam warahmatullah,” jawab mereka serempak.“Kenalkan Ustaz dan Ummi, mereka kedua orang tua saya,” seru Mahendra memperkenalkan ke dua orang tuanya.“Salam semuanya, saya Darius, papanya Mahendra dan ini istri saya bernama Saraswati,” ucap papa Mahendra bernama Darius.“Oh begitu, terima kasih sudah sudi mampir ke rumah kami yang sederhana ini,” ucap Ummi Sarah merendah. “Saya biasa dipanggil Ummi Sarah dan suami saya Ustaz Bashor,”“Mahendra sudah memberitahu kalian pada kami,” ucap Darius lagi.“Eh, kok, ngobrol di luar, mari masuk!” tawar Ustaz Bashor.Para tamu pun masuk ke ruang tamu rumah mereka.“Maaf, sebelumnya kedatangan kami yang begitu mendadak,” ucap Darius lebih dulu.“Tidak apa-apa Pak Darius.”Ummi Sarah berkomentar.Ummi Sarah pun la
“Um, sebetulnya Selina bukan anak kandung saya …” cetus Ustaz Bashor. Ummi Sarah langsung melirik suaminya, dia merasa cemas karena kejadian taaruf lalu bisa saja terulang. Jantungnya berdegup kencang.“Ustaz, saya sudah tahu. Tenang saja, kami tidak mempermasalahkan soal itu,” sahut Mahendra dengan tenang. “Saya sudah tahu dari dr Fadel,”“Iya, Ustaz kami sudah tahu, Andra sudah cerita. Kami percaya tidak ada manusia di dunia ini dilahirkan sempurna menjadi baik atau dalam kondisi baik. Beberapa orang terlahir tidak beruntung. Justru keberadaan mereka menjadi salah satu bentuk syukur kita pada apa yang kita peroleh, takdir yang baik. Saya malah salut dengan Ustaz Bashor yang memiliki keluasan dan kebaikan hati merawat Selina,” papar Darius.Ustaz Bashor dan Ummi Sarah pun saling lirik dan merasa lega dalam hati masing-masing. Mereka memang bukan orang-orang religius tetapi mereka bahkan lebih paham akan arti kehidupan.“Masyaallah, Pak Darius,” desis Ustaz Bashor. “Anda sangat baik d
Shiza langsung menelpon Zahrana saat itu juga. Zahrana pun sudah memprediksi akan terjadi hal itu. Dia tak jadi berkunjung ke rumah Selina dan langsung memanaskan motornya agar menjauh dari lingkungan pesantren dan segera mengangkat telepon dari Shiza.“Sial! Motor kok malah macet,”Beberapa kali Zahrana menyalakan mesin motor tetapi mendadak motornya tidak merespon.“Apa ini karma ya Allah? Aku pura-pura bilang motorku mogok sampe-sampe aku harus rela keserempet motor demi bertemu dengan Aqsa,” gerutu Zahrana sembari terus berusaha menyalakan mesin motor. Tak kunjung menyala, dia pun berinisiatif mendorong motornya hingga menjauh dari pondok pesantren.Karena telepon dari Shiza sudah mati dari tadi, dia pun menelpon balik Shiza.[Halo, assalamualaikum Shiza!] seru Zahrana setelah mengatur suaranya agar terdengar lebih tenang.[Waalaikumsalam warohmatullah,] jawab Shiza dengan suara yang terkesan cemas.[Zahra, maaf saya mau tanya, siapa yang taaruf?][Um, anu Za, ] jawab Zahrana terg
“Ada apa Abah?” tanya Selina dengan raut serba salah.“Selina, menurut Abah, kamu harus harus shalat istikharah dulu. Abah tidak tahu siapa kelak jodohmu. Tapi tolong, kerjakan shalat istikharah dulu. Abah sudah melihat kedua pemuda yang sama-sama serius ingin melamarmu,”“Abah, aku hanya berjanji untuk membaca CV itu. Dan aku sudah selesai,”“Tidak seperti itu! Kamu hanya mengandalkan perasaan saja Selina. Coba kamu pikirkan dengan matang-matang dan berdoa. Kerjakan shalat istikharah maka kamu akan menemukan jawaban yang terbaik untukmu,”Selina tampak kesal dengan permintaan kedua orang tuanya. Ummi Sarah meminta dirinya untuk melihat CV Mahendra dan Ustaz Bashor sekarang meminta untuk shalat istikharah.“Abah!” seru Selina bernada kesal.“Lakukanlah karena Allah,” ucap Ustaz Bashor dengan tenang.“Abah!”Selina merengek.“Lakukan!” seru Ustaz Bashor lagi membuat Selina tak berkutik.‘Iya, aku akan lakukan Abah! Aku tahu Abah dan Ummi tak mau aku jadi perawan tua karena nasabku yang
Ummi Sarah dan Ustaz Bashor tengah ngaso di ruang tamu. Mereka masih membicarakan soal Selina. Tak hanya Selina, mereka pun merasa gamang.“Abah, apakah kita membuat keputusan salah? Meminta Selina mempertimbangkan dr Andra?” tanya Ummi Sarah dengan raut wajah yang tak biasa.“Tidak, Ummi. Baik Aqsa dan dr Andra masih dalam tahap taaruf. Menurut Abah, justru istikharah adalah jawabannya. Sebagaimana kita ketahui apa yang menurut kita baik belum tentu baik menurut pandangan Allah. Begitupula sebaliknya. Dan, keputusan terbaik adalah hasil dari sujud dan doa kita. Kita tak melulu mengandalkan perasaan,” papar Ustaz Bashor. Seketika pikirannya berkelana pada memori silam di mana dia jatuh cinta pada Dewi Rahma, ibunda Selina tetapi takdir tidak berpihak padanya sehingga dia memutuskan untuk shalat istikharah mengikuti saran ayahnya. Dia tak menyesal karena pada akhirnya dia memiliki istri yang shalihah dan memiliki visi dan misi yang sama dalam berumah tangga yakni Ummi Sarah.“Ah lumaya
“Baiklah. Eh, tapi Mama kamu ‘kan jauh lebih tahu fashion secara mamamu suka mendesain dan membuat baju,”“Aku ingin melibatkan sahabatku dong! Aku ingin mengingat setiap momen ini. Please!” bujuk Zahrana dengan memasang wajah seperti anak kecil.“Um, baiklah. Duh sampai lupa, aku ke sini ingin sekalian memesan kue buat syukuran Aa Adam,”Selina menepuk jidatnya.“Ya udah, nanti setelah pulang dari butik kita pesan kue. Aku punya langganan toko kue yang lezat,”“Baiklah,”Di balik pintu ruang di mana mereka berbincang. Yusuf menatap mereka dengan intens.‘Ya Allah, maafkan putriku. Dia seharusnya tidak menghianati sahabatnya sendiri. Aku terpaksa melakukan ini,’ batin Yusuf lalu membuang nafas kasar.Zahrana dan Selina pun pergi ke butik muslimah milik ibunya Zahrana di daerah Joglo. Seperti kebanyakan para wanita mereka akan langsung histeris melihat koleksi gaun-gaun wanita.“Masyaallah, indah banget Zahra…” puji Selina mengedarkan pandangannya. “Pasti kamu bahagia sekali memiliki
Namun saat Selina melepas gaun dari patung manekin itu dibantu karyawan butik dia langsung mengecek price tag yang menempel di bagian bahunya. Tertera harga gaun itu nominal dua juta lima ratus ribu rupiah. Dia mengurungkan niatnya karena merasa tak enak pada ibu Zahrana jika dia memilih gaun yang lumayan mahal untuk sebuah hadiah. Selina mampu membelinya tetapi dia diminta untuk memilih gaun secara cuma-cuma. Dia bukanlah seorang yang oportunis oleh karena itu dia memutuskan tak jadi mengambil gaun itu. Dan, akan memilih gaun yang lain dengan harga yang tak terlampau mahal.“Maaf, aku gak jadi pilih yang ini, Zahra,” seru Selina mendelik pada karyawan. “Pasang lagi aja Teh bajunya!”“Kenapa gak jadi?” tanya Zahrana heran.“Lain kali aja deh, aku bingung soalnya gaunnya bagus semua,”Selina berkelit.“Teh, packing aja, sama yang di dekat etalase itu ada warna-warna pastel model baru sekalian,” ucap Zahrana.“Yang model terbaru Turki?” tanyanya dengan menggaruk pelipisnya.“Iya, ada ti