Home / Romansa / Taaruf dengan Anak Wanita Malam / 8. Rahasia ibu kandung Selina

Share

8. Rahasia ibu kandung Selina

Author: Piemar
last update Last Updated: 2022-06-13 05:28:54

Selina kecil terus menangis saat itu seolah memberikan sinyal yang buruk tentang ibunya.

“Ummi, kenapa anak ini menangis terus sih?” tanya Ustaz Bashor.

“Ya kepengen nyusu Abah,” jawab Ummi Sarah sembari menimang-nimang bayi itu dalam pangkuannya. Dia sebetulnya kesal dengan sikap Ustaz Bashor yang tiba-tiba menerima tamu tengah malam tapi mau tidak mau rasa iba mengabaikannya. Dia kasihan melihat bayi itu.

“Kok lama amat sih Dewi. Apa dia nyasar?” gumam Ustaz Bashor.

“Abah, susul coba ini bayi malah terus menangis, kasihan. Mana Hawa dan Adam lagi tidur pulas lagi nanti mereka ikut bangun, Ummi yang kewalahan,” cerocos Ummi Sarah.

“Iya, Ummi, maafin Abah. Abah mau nyusul dulu Dewi,” ucapnya sambil beranjak dari tempat duduknya. Ustaz Bashor langsung keluar mencari Dewi ke arah masjid, ke toiletnya.

“Dewi!” panggilnya di luar toilet masjid.

Ustaz Bashor pun berjalan menyisiri seluruh bagian toilet karena pintu-pintu toilet semua terbuka berati tidak ada orang di dalam. Kobong-kobong para santri pun terlihat gelap pertanda mereka telah istirahat. Tak menyerah Ustaz Bashor pun memutari seluruh bagian pondok mencari Dewi.

“Dewi kamu kemana?” ucap Ustaz Bashor dengan menyerah. “Apa jangan-jangan dia pergi ke apotek untuk membeli obat buat bayinya? Emang ada apotek buka dua puluh empat jam di sekitar sini?”

Ustaz Bashor pun kembali menuju rumahnya yang sederhana yang berada di tengah pondok diapit masjid dan kobong para santri.

“Mana ibunya? Ini anak gak bisa diam. Ummi jadi pusing,” keluh Ummi Sarah.

“Gak ketemu Ummi,”

“Gak ketemu gimana Abah?”

“Dewi ibu anak itu gak ada di toilet masjid. Dia juga gak ada di sekitar pondok.  Sepertinya dia pergi …”

“Pergi? Abah kalau ngomong yang jelas … pergi kemana?”

“Dia bilang mau beli obat buat penurun panas buat bayi ini, ojeg yang dia tumpangi mogok pas di dekat lapang jadi dia kebetulan lewat pesantren nitip bayi ini pas lihat aku datang. Dia bilang nitip sebentar. Ya Abah bilang dulu ke Ummi minta izin biar dia ngomong langsung ke Ummi terus dia bilang mau ke toilet dulu dan paksa Abah buat gendong bayi ini …”

“Abah, apa jangan-jangan dia sengaja ninggalin bayi ini? Bayi ini gak demam Abah. Coba Abah pegang!”

Ustaz Bashor menyentuh kening dan kaki bayi itu. Memang benar bayi ini tidak sedang demam. Dewi berdusta hanya demi meninggalkan anaknya.

“Astagfirullah, iya Ummi, sepertinya dia sengaja meninggalkan bayi tanpa dosa ini …”

“Ummi, sepertinya Dewi sedang punya masalah sehingga di kalut dan dengan mudah menitipkan bayi ini pada kita. Soalnya tindakannya mencurigakan. Ummi, apakah Ummi bisa menyusuinya? Ummi masih punya ASI, kasihan dia nangis terus …”

“Bisa saja si Bah, tapi nanti bayi ini dan Adam akan jadi saudara sepersusuan, gak apa-apa?”

“Ya gimana lagi. Apa Ummi punya solusi lain?”

“Sufor?”

“Sufor?”

“Susu formula …”

“Iya bisa coba sufor,”

“Enggak ada, Adam full ASI, enggak pernah minum sufor. ASI Ummi melimpah ngapain beli sufor yang mahal,” cerocos Ummi Sarah.

Mau tidak mau Ummi Sarah pun terpaksa menyusui Selina kecil. Setelah kejadian malam itu, Dewi tak pernah datang lagi ke pondok untuk mengambil bayinya. Beberapa hari kemudian sepucuk surat datang melalui santri, surat dari Dewi Rahma yang dengan tegas menitipkan bayinya di bawah asuhan Ustaz Bashor dan istrinya. Dia mempersilakan Ustaz Bashor untuk mengadopsinya secara sah sehingga dalam kartu keluarga pun Selina menjadi anak Ustaz Bashor dan istrinya.

Flashback off

Ustaz Bashor menghela nafas panjang. Dia menceritakan secara singkat soal peristiwa itu tentu dia tidak menceritakan bahwa sebelumnya Dewi Rahma adalah gadis yang disukainya. Dia hanya mengisahkan saat Dewi menitipkan bayinya saja. Mendengar hal itu Selina menangis.

“Kalau memang wanita yang diduga ibuku itu punya masalah kenapa sampai hati membuangku. Bukankah kehadiran sang anak bisa memotivasi hidupnya? Penyemangat baginya? Bukan berlari dari masalah,” sela Selina.

“Ibumu punya masalah besar Nak. Dia sudah diusir oleh keluarganya paman dan bibinya karena pulang kerja dalam kondisi hamil tak bersuami. Kami tentu mencari keberadaan keluarganya dulu, tapi paman dan bibinya sudah keburu pergi dari kampung karena merasa malu,” papar Ustaz Bashor.

“Oh, begitu? Pantas saja diusir soalnya kelakuannya memalukan, hamil di luar nikah, astagfirullah,”

Selina tak henti mengusap wajahnya dan beristigfar.

“Abah tidak sependapat, Selina. Kamu hanya tahu cerita sebagian bukan keseluruhan. Abah kenal ibumu, sangat mengenalnya …”

“Bukan alasan yang tepat jika dia membuangku seenaknya meskipun dia punya seribu masalah sekalipun. Itu tidak dibenarkan Abah,” sela Selina dengan nafas yang memburu.

“Kamu masih mau mendengarkan?” tanya Ustaz Bashor merasa kesal karena Selina sedikit-sedikit menentangnya.

“Dengarkanlah Abah, Selin,” lirih Hawa yang berada dekat dengannya.

“Ibumu, dia sudah yatim piatu sejak kecil. Dia diurus oleh bibi yang sangat menyayanginya. Tapi tidak pamannya, tanpa sepengetahuan bibinya, pamannya telah melakukam pelecehan padanya. Bibinya sibuk kerja di tetangga sedangkan pamannya pengangguran. Dewi mengalami nasib malang sedari kecil. Bibinya tak percaya. Lantas mereka mengirim Dewi untuk bekerja di kota katanya pamannya punya kenalan di sana. Dewi bekerja menjadi pelayan di sebuah bar menurut cerita yang beranak pinak. Kamu tahu kehidupan malam seperti apa? Abah kira Dewi terjebak di sana …”

Ustaz Bashor membuang nafas kasar.

“Lalu siapa yang menghamilinya?” tanya Selina.

“Abah tidak tahu …”

“Di mana dia sekarang?”

“Ibumu? Sudah Abah bilang, Abah sudah kehilangan kontak dengannya. Mungkin dia kembali ke dunia itu karena tak ada pilihan …”

“Aku ingin bertemu dengannya …”

Perkataan Selina membuat kaget seluruh anggota keluarga.

"Ap-pa?" 

 

Tidak ada satu pun dari mereka yang menyembunyikan keterkejutan di wajah mereka. Ummi Sarah bahkan sampai menggelengkan kepalanya. Tidak setuju dengan pernyataan anaknya itu. 

 

 

bersambung,

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Taaruf dengan Anak Wanita Malam   250. Sah! (Tamat)

    Sebulan kemudian Hari paling bahagia telah tiba. Pernikahan Dave dan Selina berlangsung meriah, dilaksanakan di sebuah resort milik Meliani di mana memiliki konsep nature atau alam. Selina sangat menyukai pemandangan alam sehingga dia memilih mengadakan acara walimah dan resepsi di ruangan outdoor atau terbuka. Ada banyak pepohonan pinus yang rimbun dan hijau. Dekorasi didominasi warna putih dengan aneka bunga mawar warna-warni di mana-mana. Sebuah lantunan sholawat syahdu dan merdu terdengar. Acara ijab qabul dilaksanakan terpisah. Hanya dihadiri oleh penghulu, calon mempelai lelaki Davendra Diraya,wali Selina yang tak lain Rayyan Sanjaya, saksi yaitu Ustaz Bashor dan Adam serta kerabat. “Qobiltu Nikahaha Wa Tazwijaha Hafla Selina Almaqhvira binti Rayyan Sanjaya Alal Mahril wa madzkuur ala radhiitu bihi wallahu waliyyu taufiq,” Dave mengucapkan kalimat ijab kabul dalam bahasa Arab dengan lantang. Dia mengucapkan puji syukur karena lancar membaca ijab qabul. Terlihat dia begitu bah

  • Taaruf dengan Anak Wanita Malam   249. Dave melamar Selina

    Selina memasukkan surat tersebut ke dalam amplopnya lagi. Selepas sekolah dia meremas surat tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah. Tidak ada waktu meladeninya.Jika Selina mau membuktikan foto tersebut dia hanya perlu meminta bantuan Dave dan Arman. Dave akan menjelaskan soal foto-foto tersebut dengan lebih gamlang. Mungkin di resort milik ibunya Dave ada CCTV yang akan menampilkan sosok orang yang diam-diam menguntitnya dan mencuri foto dirinya dengan angle yang menyudutkan posisi Selina.Adapun Arman akan menjelaskan soal foto dirinya saat keluar dari dokter kandungan. Selina hanya mengantar Nunik Nirmala dan Arman mengetahui hal tersebut.Selina merasa tidak terima perlakuan Ummi Sarah yang seolah meragukannya. Hatinya perih saat diinterogasi olehnya. Jalan yang terbaik adalah Selina ingin keluar dari kehidupan ke dua orang tua asuhnya dan menjalani kehidupannya sendiri. Dia tak ingin menjadi beban keluarga apalagi mereka adalah keluarga agamis.Sudah beberapa hari Selina tin

  • Taaruf dengan Anak Wanita Malam   248. Surat ancaman

    “Tentu saja Dokter. Saya akan memberi restu. Andra sudah menceritakan segalanya. Saya ingin Anda menjaganya dan menyayanginya dengan tulus. Saya merasa menyesal karena terlambat mengetahuinya. Nasi sudah menjadi bubur. Mungkin ini hukuman dunia bagi saya karena telah menyia-nyiakan orang yang mencintai saya dengan tulus,”Rayyan menunduk lesu.“Sabar ya Pak Rayyan, Anda sudah bertindak benar. Menyadari kesalahan dan ingin memperbaikinya. Yang terpenting sudah berusaha.”“Kamu masih muda, terlihat dewasa cara berpikirnya,”Dave menaikkan alisnya sebelah. “Masih muda? Yang benar saja Pak. Saya sudah kepala tiga,”Beberapa orang sering mengatakan hal serupa.“Serius?”“Iya, covernya saja terlihat dua puluh,”Akhirnya ke dua pemuda tampan yang berbeda usia tersebut tertawa bersama untuk pertama kalinya. Mereka berjalan beriringan keluar dari lobi apartemen sembari terus berbincang.“Ngomong-ngomong, apa hubungan Pak Rayyan dengan Andra?”“Andra anak teman saya, Darius. Saya, Darius dan Di

  • Taaruf dengan Anak Wanita Malam   247. Meminta restu

    Mahendra mengunjungi Dave di apartemennya. Dia ingin mempertemukan seseorang padanya.“Seseorang ingin bertemu denganmu,” ucap Mahendra merangkul pundak sahabatnya.“Siapa? Sejak kapan kamu bikin penasaran,”“Ayah kandung Selina,” bisik Mahendra ke telinga Dave. Dave terkejut sekali mendengar perkataan temannya. “Bela-belain langsung terbang dari Singapura. Padahal kakinya masih sakit akibat kecelakaan.”“Jangan bercanda, Andra!”Dave tertawa renyah.“Kalian bisa mengobrol empat mata,”“Baiklah,”Dave melirik sekilas pada lelaki paruh baya yang sangat tampan di belakang Mahendra. Dia berjalan dengan langkah lamban seperti tengah kesakitan. Dave mengulurkan tangannya terlebih dahulu padanya dan memperkenalkan diri.“Saya Davendra Diraya. Biasa dipanggil Dave,” ucap Dave dengan menampilkan senyum terbaiknya.“Saya Rayyan Sanjaya,” ucapnya dengan penuh wibawa.Dave seketika tertegun melihat penampilan Rayyan dan cara bicaranya. Dia bukan lelaki biasa. Dari penampilannya saja terlihat ber

  • Taaruf dengan Anak Wanita Malam   246. Sepucuk surat perpisahan

    Dave merasa bersalah karena telah membuat Selina menunggu kabar darinya. Mendadak, dia memiliki urusan penting di mana dia harus menangani pasien yang ternyata salah satu karyawan sang ibu-yang tengah berusaha mengakhiri hidupnya akibat depresi dengan meloncat dari rooftop gedung. Dengan kemampuannya Dave berhasil membujuk karyawan tersebut untuk mengurungkan niatnya. Padahal masalahnya sepele. Lelaki yang baru berusia dua puluh lima tahun itu baru saja memergoki kekasihnya selingkuh.Setelah semua masalahnya usai, Dave langsung memencet nomor Selina. Namun Selina tidak mengangkat teleponnya sebab dia tidak mengaktifkannya.‘Pasti my Selin marah,’ gumamnya.Tak menyerah, kali ini Dave benar-benar nekad. Dia mengirim voice note.[Assalamualaikum Sel, maaf aku baru bisa menghubungimu sebab ada urusan yang harus aku selesaikan.Sel, maaf, aku tak bisa bertemu apalagi berbincang denganmu langsung. Suatu hal yang sulit sebab aku tahu kamu begitu menjaga jarak dengan lawan jenis. Maaf, aku

  • Taaruf dengan Anak Wanita Malam   245. Klarifikasi yang sia-sia

    “Ummi, ada lagi yang bisa saya bantu?” tanya Rois.“Tidak ada, makasih Kang! Tolong jangan sampe bocor ya!” Sekali lagi Ummi Sarah menegaskan. Dia masih tidak percaya dengan foto-foto yang menampilkan wajah putri cantiknya.“Iya, Ummi, tenang aja. Seperti yang Ustaz katakan, jika kita menutup aib orang lain kelak di akhirat Allah akan menutup aib kita, Ummi,” ucapnya dengan begitu sopan.“Masyaallah, betul Kang,”Ummi Sarah kagum dengan respon Rois tersebut. Sempat terpikir ingin menjodohkan Selina dengan pemuda itu tetapi usianya jauh di bawah Selina.Selepas ashar, Ummi Sarah langsung menghampiri Selina yang baru saja pulang mengajar. Selina terlihat sudah mandi dan tengah duduk seperti biasa di meja belajar sembari memainkan kelopak bunga mawar warna-warni dalam vas bunga kaca.“Ummi boleh masuk?” ujar Ummi Sarah di ambang pintu kamarnya.“Ya,” jawab Selina singkat.“Ummi ingin bicara denganmu,”“Ya, bicaralah!” “Ummi percaya padamu. Tapi Ummi hanya ingin kamu menjelaskan soal fo

  • Taaruf dengan Anak Wanita Malam   244. Ujian yang bertubi-tubi

    Ummi Sarah menarik nafas dalam setelah melihat foto-foto Selina yang dia peroleh dari tangan Ceu Sari. Dilihatnya lekat-lekat foto tersebut satu per satu. Betul memang foto tersebut foto-foto Selina. Namun lelaki yang bersamanya tidak terlihat wajahnya. Hanya terlihat saja tubuhnya yang menjulang tinggi.“Bagaimana Ummi? Foto itu fitnah bukan?” seru wanita yang melempar foto tersebut ke arahnya. Lalu dia pergi meninggalkan kerumunan.“Sepertinya telah terjadi kesalahpahaman. Silahkan bubar kalian semua!” seru Ummi Sarah pasrah pada para orang tua santri. Mereka tidak bisa diajak kompromi lagi terlebih adanya foto-foto tersebut yang semakin membuat spekulasi yang di luar kendali. Ummi Sarah langsung melambaikan tangannya pada Rois, menyuruhnya untuk membubarkan mereka setelah membawa anak mereka.Beberapa anak menolak dijemput oleh ke dua orang tua mereka. Bahkan ada yang sampai menangis tak ingin pulang karena sudah betah tinggal di pesantren. Mereka berlarian pada Ummi Sarah, mencium

  • Taaruf dengan Anak Wanita Malam   243. Fitnah

    “Ceu, Ummi mau mendatangi mereka saja,” ucap Ummi Sarah seraya merapikan kerudungnya. Perlahan, Ummi Sarah menggerakan tangannya untuk menarik knop pintu rumah. Saat pintu terbuka tampaklah pemandangan para orang tua murid santri kelas tsanawiyah atau setingkat SMP tengah berkerumun di halaman rumah. Mereka langsung mendelik pada pintu dan menatap Ummi Sarah dengan tatapan yang tajam. “Ummi, saya mau mencabut anak saya dari pondok. Namanya Syamsul Hamid,” seru salah satu ayah santri. “Saya juga mau menjemput anak saya, Putri Annisa Lavina,” “Sebentar, sebentar, mohon maaf Ayah dan Bunda. Mari masuk terlebih dahulu. Kita bicara di dalam,” tawar Ummi Sarah bersikap sopan. Yang benar saja, mereka mengobrol masih di halaman itu pun dalam keadaan berdiri. “Tidak! Kami tidak sudi masuk ke rumah Anda, Ummi,” pekik salah satu orang tua murid yang lain. “Iya, jangan banyak basa-basi! Sudahlah jangan munafik kalau jadi orang! Saya sebagai orang tua murid sangat kecewa pada Ummi dan Ustaz

  • Taaruf dengan Anak Wanita Malam   242. Kedatangan orang tua santri

    Sambungan telepon dari Davendra Diraya kembali terdengar di telinga Selina. Gegas, Selina menyambar ponselnya dengan kecepatan sepersekian detik. Terlihat sangat bersemangat. Tanpa ba-bi-bu Dave berucap salam lalu mengatakan maksud pembicaraannya yang tertunda.[Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku … suka sama kamu, Sel! Aku jatuh cinta padamu. Aku ingin melamarmu,] ucap Dave dengan serius.[Apa?]Selina yang mendengar perkataan Dave via telepon benar-benar terkejut. Tak percaya jika memang dokter yang menjelma guardian angel yang selalu menolongnya tersebut menyatakan cinta padanya. Dia mengipasi wajahnya yang bersemu merah beberapa kali.[Maukah kamu menerima cintaku? Kamu tidak perlu menjawab sekarang. Aku bersedia menunggu. Jika kamu bersedia, aku akan merasa menjadi seorang lelaki yang paling beruntung di dunia ini. Aku akan melamarmu langsung pada Abahmu, kalau perlu hari ini juga,] katanya begitu bersemangat.[Um … ][Baiklah, kamu pasti syok aku menembakmu melalui sambungan te

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status