Share

Kelima

Tidak melakukan kontak fisik baik itu pelukan, pegangan tangan bahkan ciuman Angga sangat menjaga batasan dengan seorang yang namanya 'Wanita' bahkan saat berpacaran saja Angga selalu menolak ketika si mantan mengajak kontak fisik. 

Etss ... Jangan salah paham dulu, Angga melakukan itu hanya untuk menepati janjinya saja untuk mengantarkan Raya pulang. 

"Dokter kira-kira kita bakal ketauan gak?" tanya Raya mengangkat wajahnya menatapnya

Salah-satu cara agar terlewat dari orang-orang Kepo adalah, menyamar selayaknya sepasang kekasih dan membelah kerumunan di lobi rumah sakit tersebut. 

Sedangkan Raya memakai jaket yang ia pinjam dari salah satu rekan Angga. Berjalan bersama terlihat sangat romantis, dengan saling dekap. Terlihat seperti sepasang kekasih sungguhan. Dengan perasaan tak karuan Raya berharap cemas semoga tidak dikenali oleh orang-orang tersebut. 

Penampilan Angga 180° berbeda biasanya dia selalu memakai pakaian yang rapi tapi kini terlihat jiwa bad-nya keluar. Dengan begitu baik Angga maupun Raya tidak dapat di curigai. 

Membetulkan topi hitam yang di kenakan Raya saat ini, Angga menurunkan sedikit topi tersebut menyembunyikan wajahnya, ya walaupun memakai masker bisa jadi kan? Namanya fans pasti hafal betul bagaimana bentukan dari sang idola. 

"Gak bakal, saya jamin itu." Angga menjawabnya dengan percaya. Melirik ke belakang melihat betapa banyaknya orang yang sedang berkumpul disana. 

Mempercepat langkahnya akhirnya sampai juga di tempat tujuan, yaitu tempat parkir khusus untuk tenaga kerja. 

"Kita aman." Angga membuka masker yang dia pakai menggunakan lengan kiri karena lengan kanannya dia gunakan untuk memeluk bahu Raya. 

"Bener aman?" tanyanya memastikan. 

"Ia amann," jawab Angga yakin

Sedangkan Raya, seperti mendapatkan keberuntungan. Raya sangat senang dalam benaknya. Kemungkinan besar Raya pernah merasakan pelukan dari lelaki luaran sana yang sama-sama berpropesi model. 

Tidak ada rasa nyaman sedikitpun yang ada hanya rasa risi dan tak nyaman yang dia dapat. Namun, berbeda dengan pelukan Angga. Dia tidak mengerti dengan perasaannya sendiri.

"Yaudah, terus mobil dokter mana?" tanyanya  membuyarkan lamunan Angga. Yang entah sedang memikirkan apa. Yang pasti lamunan itu bersumber dari Raya.

"Hah? Mobil? Saya pake motor. Kamu gak keberatan kan?" tanya Angga melepaskan dekapanya terlihat sangat tak rela.

"Hah?? Itu beneran motor dokter??" Tanya Raya tidak menyangka.

"Heum ...."

***

"Dokter kapan-kapan ajak saya jalan-jalan lagi ya, seruuu!" teriak Raya sambil merentangkan kedua lengannya keatas. Sesekali dia mengeluarkan tawaan lepas, hal tersebut membuat Angga mendengus di tempat. 

"Saya sibuk!" jawab Angga jutek, bagaimana bisa Angga mengajaknya lagi.  

Diakan seorang dokter dan pasti dirinya tidak memiliki luang waktu hanya untuk mengajak Raya naik motor. 

Wajah cerah Raya mendadak berubah suram setelah mendengar jawaban ketus Langga. 

"Kenapa?" tanya Raya menurunkan lengannya kebawah dan membawanya kedepan untuk memeluk perut Angga, dan menyenderkan wajahnya pada punggung tegap milik Angga. 

Tegang seketika, Angga merasakan ada sepasang lengan melilit di perutnya. Merasakan aura berbeda dari Raya, Buru-buru Angga mempercepat motornya. Soal alamat rumah, tenang dia sudah bertanya tadi. 

Raya merasa sedih, dirinya ingin kembali merasakan angin sore seperti ini. Tidak hanya itu, sebenarnya saat ini Aya sedang melawan rasa trauma yang dia derita sejak dulu. Di balik sikapnya yang bar-bar Aya memiliki masa lalu yang cukup gelap. 

Mengehembuskan nafasnya pelan, entah mengapa tiba-tiba kilatan memory masa lalu Aya berputar di kepala Aya. Sangat gelap dan menyeramkan bagi seorang Aya yang pada saat itu tengah duduk di meja sekolah SMA. 

Mata Aya tertutup rapat, keringat dingin bercucuran di wajah Aya saat ini, lengannya gemetar dan mengait kuat pada kemeja Langga, nafas Aya mulai terengah-engah bahkan sulit untuk sekedar menarik nafasnya. 

Kilatan memory tersebut sangat dia benci kenapa harus muncul saat ini? Aya ketakutan! Siapapun tolong dia! 

Wajah pucat. Angga bingung dengan keadaan Aya, pasalnya tadi bukanya baik-baik saja, tapi kini kenapa pucat dengan kedua matanya yang terlihat tertutup paksa. 

***

"Na? Aya udah pulang kan dari rumah sakitnya?" tanya Alan di sebrang sana khawatir pasalnya Rindu, selalu manager anaknya tadi menelponya jika ada beberapa foto yang menunjukkan Raya sedang dirumah sakit dan saling kerumunan. 

Wiana yang sedang memasak pun menghentikan kerjaannya, berjalan keruang tengah dia memastikan jika anaknya sudah ada. Tapi? belum melihat anaknya pulang. 

"Thea kamu liat kaka kamu gak?" tanya Wiana pada anak keduanya yang kini tengah rebahan santuy sambil menikmati tontonan di televisi yang tengah menayangkan berita tentang kakaknya. 

"Gak, Thea dari tadi disini gak liat kaka, emang kaka kemana?" tanya balik Thea. 

Wiana menghiraukan pertanyaan Thea. 

"Raya belum pulang. Aku kira sama kamu sekarang. Terus dia kemana?" tanya Wiana khawatir. 

Alan memijat keningnya pelan. Ini salahnya kenapa dirinya tidak menjemput anaknya dirumah sakit tadi. 

"Sekarang aku di kantor, kata Irshad ada metting dadakan jadinya aku suruh Aya pulang sendiri." jawab Alan jujur pada istrinya. 

"Gila kamu ya!!" sembur Wiana marah. Pasalnya dia tau bagaimana keadaan Raya jika di luar sana. 

"Maaf ..." Wiana mematikan telpon tersebut dan berjalan tergesa kedepan rumah mendengar suara kenalpot motor berisik mengema di luar. Wiana khawatir sangat-sangat khawatir karena Wiana tau jika Raya adalah perempuan yang pelupa dan juga Raya adalah publik figure jadi seharusnya dia harus dijaga ketat tapi sekarang Raya sedang berkelana bebas di luar sana.

Suara motor tersebut masih menyala dengan langkah cepat Wiana langsung pergi untuk memastikan siapa orang itu. Mungkin saja itu Raya kan? Tapi entahlah ... 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status