Share

03 : Ketiga

Memang Alan terlihat berlebihan pada putri nya itu tapi mau bagaimana lagi, memang seperti itulah sikapnya. 

Di satu sisi Angga menajamkan matanya saat Raya tersenyum pada handphonenya. 

'Alah dari pada merhatiin pasien gila mending lanjut beres-beres.' dia memalingkan wajahnya. 

'Gimana cara pulangnya?' 

Raya mendekat kearah Angga, detik berikutnya dia terdiam membeku. 

"Saya tidak akan berfoto dengan orang yang jelek," bisik Raya tepat di telinga Angga detik berikutnya bahunya terasa berat dan sebuah handphone berada di depannya. 

Raya tersenyum manis di samping wajah Angga, mereka sangat dekat sampai-sampai mereka satu sama lain bisa menghirup aroma masing-masing. Kepalanya dia sender kan pada kepala Angga. Yang membuat mereka terlihat seperti sepasang kekasih. 

Setelah mengambil foto tersebut, Raya menjauh dan mengucapkan terima kasih selanjutnya dia pergi dari rungan. 

Angga masih terdiam membeku. 

"Cewek gila bisa-bisanya buat gue baper," ucapnya setelah bayangan Raya menghilang.. 

.

"Aku gak tau pulangnya gimana ..." runtuk Raya berhenti di tengah jalan dan berjongkok. Tidak tau apa yang harus di lakukannya saat ini. 

Berlari seperti tengah di kejar setan. Seorang Raya tak peduli jika dirinya menabrak seseorang yang penting dia harus menemui dokter gigi tadi. 

***

"Dokter ...." panggilnya langsung menghampiri Angga. 

"Hmm?" jawabnya dengan deheman singkat saja. 

"Dokter di tunggu di kantin oleh dokter Nanda," ujar salah satu dokter perempuan disana. 

"Oke." Angga menjawab singkat lalu mengiring kakinya menuju ke kantin, jika tidak lupa dirinya sudah berjanji untuk makan siang dengan dokter yang disebut Nanda tersebut. 

***

"Yahh, si dokter mau kemana tuh?" tanya Raya dengan raut kecewa, cape-cape dia berlari tapi orang yang dicari ya malah menjauh dengan perempuan lain. 

Dengan kekuatan yang tersisa dia kembali menyusulnya pergi ke kantin. Dirinya ingin meminta bantuan. Tidak salahkan dirinya sebagai pasien meminta bantuan? 

Raya jalan di belakang Angga sedikit menjaga jarak, sempat terdengar jika Angga akan makan siang di kantin bersama seorang dokter bernama Nanda. 

"Secantik apa sih si dokter itu? Sampe si dokter mau aja di ajak makan." 

"Isshh, misalnya kalo mereka pacaran gimana? Terus Aku pulang gimana??" 

Angga sudah memasuki area kantin, kantin tersebut sepertinya khusus untuk para tenaga medis saja, buktinya hanya orang-orang berpakaian putih dan seragam suster saja. 

Aduhh ... Bisa-bisa Raya malu sendiri nih.

Tapi! Demi bisa pulang dirinya akan nekat!! 

"Saayaaaaang ...." panggilnya detik berikutnya tubuh Angga menengang kala mendapatkan serangan tiba-tiba dengan sebuah pelukan erat dari seorang perempuan berambut panjang hitam yang memiliki aroma? Sepertinya aroma ini--Angga menghirupnya beberapa saat yang lalu. 

Semua warga kantin terkejut dengan perlakuan Raya pada Angga, seumur-umur Langga bekerja di rumah sakit ini. Kali pertama Angga memperlihatkan hal yang berbau private. Cewek? Semua dokter disana menganggap Langga tak memiliki cewek karena pekerjaannya itu yang sering 'sibuk' 

"Dokter, maaf sebelumnya tapi saya butuh bantuan dokter ... Plisss ...." bisik Aya masih memeluk tubuh Langga. 

Tersenyum canggung, Angga membalas pelukan tersebut dengan mengelus punggung Raya yang langsung mendapat reaksi bangkitnya bulu kuduknya. 

"Ya ampun Dokter Angga ceweknya kasian ya kesepian makanya nyusul ke sini." 

"Pacar dari semasa sma ya dok?" 

"Kenalin dong dok?" 

Berbagai tanggapan mengenai hal itu. Angga mengaguk saja dan berucap izin untuk pamit undur diri. 

"Saya permisi dulu, pasie--eh?--pa--pacar saya lagi ada perlu," ucap Angga sedikit lagi terkeceletot menyebutnya pasien. 

"Si Dokter grogi sampe kaya gagu gitu--" timpal seseorang yang langsung membuat semua orang tertawa lepas. 

***

"Maksudnya apa maen peluk sambil ngomong 'sayang'?" tanya Angga sarkas dengan sorot mata datar. 

Sedangkan yang di tatap dia malah cengengesan di tempat. 

"Ehehe? Terus apa maksudnya 'pacar saya' aduhhh ... gak nyangka saya punya pacar seorang dokter ..." jawab Raya hehohhh..

"Padahal semalem saya gak mimpi aneh, sa--" ucapan Raya terpotong kala Angga mendekatkan wajahnya pada Raya.

"Langsung aja ke intinya, kamu butuh bantuan apa dari saya?" tanya Angga menjauhkan wajahnya dan melepaskan lengannya yang berada di bahu Raya.

Dan menjaga sejauh 5 langkah.

"Emm--em, minta anterin pulang kerumah, saya gak berani naek ojol," cicit Raya hampir saja tidak di dengar oleh Angga untungnya dia memiliki pendengaran yang sangat baik.

"Bisa, tapi--bisanya nanti sore. Sekitar jam 4 sore kamu mau nungguinnya?" 

Raya menganguk saja, dirinya tidak tau harus ngapain. 

Sepertinya Angga tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, buktinya kini dia mendekat kearah Raya dan meletakkan lengannya di bahu Raya, detik berikutnya angga menarik lengannya agar Raya lebih merapatkan tubuh mereka. 

"Dokter ..." ujar Raya pelan, merasa aneh dengan perlakuan dokter satu ini. 

Memasang wajah coolnya, Angga tak menanggapi ucapanya, dia malah menatap jalan di depan. 

Tersenyum dengan semburat merah di wajahnya, 

"Dokter kayanya naksir sama saya ya? Yaudah deh kita pacaran beneran aja mau gak? Soalnya saya terlanjur baper nih … dokter harus tanggung jawab," ucap Raya tidak ada rasa malu sama sekali bahkan. 

Beberapa pasang mata yang menyaksikan ke uwu an mereka merasa iri, Dokter terganteng no satu di rumah sakit tersebut kini sedang bermesraan dengan seorang perempuan. 

Bisik-bisik mulai terdengar di pendengaran Angga, jika tau akan seperti ini Angga tidak akan memeluk bahu Raya. 

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status